Anggota TNI di OKU “Dikandangkan”
LINTAS PUBLIK-PALEMBANG,
Aktivitas Kota Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan,
Jumat (8/3) pagi, mulai normal kembali pascapenyerbuan dan pembakaran
Mapolres setempat, Kamis (7/3). Sebelumnya, banyak warga takut ke
luar rumah, bank menghentikan pelayanan nasabah, dan pemilik
pertokoan menutup kegiatan bisnisnya.
dok/ant |
"Hari ini, aktivitas warga mulai
normal. Begitu pula, kegiatan perbankan dan semua pertokoan sudah
mulai buka kembali," ujar dosen Universitas Baturaja Dora Fatma
Nurshanti, Jumat pagi.
Menurutnya, warga mulai berani
melakukan berbagai aktivitas seperti biasanya setelah melihat
perkembangan kondisi keamanan tidak semakin buruk pascapenyerangan
dan pembakaran Mapolres OKU oleh sekelompok anggota Batalion Artileri
Medan (Armed) 15/Kodam II Sriwijaya.
Bahkan, tadi pagi Gubernur Alex
Noerdin menggelar apel bersama TNI-Polri di OKU. Sementara itu, Tim
Investigasi baik dari TNI maupun Polri masih mencari penyebab
kejadian tersebut. Anggota TNI di OKU dilarang keluar dari markas
hingga kondisi benar-benar membaik.
Untuk pengamanan, aparat Kodam II
Sriwijaya dan Polda Sumsel masih disiagakan di lokasi kejadian. Dari
Polda, diturunkan 400 personel Brimob yang langsung di bawah komando
Dansat Brimob Kombes Adeni Mohan.
Kepala Pusat
Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul kepada SH,
Jumat pagi ini menyatakan, situasi saat ini telah kondusif
pascaperistiwa penyerbuan dan pembakaran Mapolres OKU, Kamis pagi.
"Situasi sudah kondusif. Tadi
pagi di OKU sudah ada apel bersama TNI-Polri dipimpin gubernur. Saya
yakin suasana akan lebih kondusif. Jangan lagi ada yang
terprovokasi," tuturnya.
TNI menurutnya sampai saat ini masih
mencari penyebab di balik peristiwa tragis tersebut, termasuk
penggerak aksi unjuk rasa di Mapolres OKU.
Senada dengan Kepala Staf Angkatan
Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kapuspen TNI
memastikan anggota TNI yang terbukti melakukan kesalahan dalam
insiden berdarah itu akan ditindak tegas. "Tim investigasi baru
tiba kemarin sore. Ada harapan Komisi I DPR juga untuk melakukan
bersama-sama. Pasti akan kita sampaikan hasil investigasinya,"
ujarnya.
Ia mengatakan,
sebagai antisipasi terjadinya aksi balas dendam, TNI telah melarang
anggotanya di OKU untuk keluar Kesatriaan (markas-red)
hingga situasi dinyatakan telah benar-benar kondusif. TNI dan Polri
juga telah sepakat merenovasi bangunan Mapolres OKU yang hancur. Hal
itu sesuai instruksi Menko Polhukam Djoko Suyanto.
Disinggung mengenai
aksi yang mencoreng TNI, khususnya AD, Kapuspen TNI menyayangkan
peristiwa yang mengakibatkan korban luka dan hancurnya bangunan
pemerintahan tersebut. Namun, ia meminta permasalahan juga harus
dilihat dari akarnya.
Seperti peristiwa kemarin, menurutnya pemicu
disebabkan peristiwa penembakan yang mengakibatkan anggota TNI
meninggal dunia. Iskandar berharap Polri
lebih bijak dalam melakukan tindakan sehingga tidak ada peristiwa
penembakan yang terulang.
Ia
menambahkan, pihaknya akan membantu Polri untuk mencari 16 tahanan di
Mapolres OKU yang kabur akibat kejadian itu. "Tentunya kalau
polisi meminta bantuan, TNI siap bantu untuk kembalikan tahanan yang
kabur akibat peristiwa itu," tuturnya.
Komentar DPR
Insiden
di Mapolres OKU ditanggapi beragam kalangan anggota DPR. Anggota DPR
Fraksi Hanura, Susaningtyas Kertopati kepada SH, pagi ini, mendesak
pemerintah tidak hanya bersikap kasuistis dalam menyikapi tindakan 95
personel TNI yang melakukan perusakan dan pembakaran Mapolres OKU.
“Pemerintah sudah saatnya memperbaiki sistem kelembagaan yang ada
sehingga tak ada dominasi di antara kedua belah pihak," ujarnya.
Susaningtyas mengungkapkan, masalah
yang terjadi di OKU sudah merupakan mata rantai adanya permasalahan
di antara kedua institusi itu. Dominasi salah satu lembaga membuat
lembaga lainnya merasa seperti dianak-tirikan.
TB Hasanuddin yang mewakili Fraksi PDI
Perjuangan di Komisi I berharap bentrokan antara TNI dengan Polri di
OKU jangan dianggap sepele. Kasus ini, menurutnya, merupakan puncak
dari fenomena gunung es yang terlihat dan mencuat. Baginya, yang
muncul ke permukaan hanyalah manifestasi dari persoalan yang lebih
besar dan senantiasa disangkal.
"Seolah-olah cuma kenakalan
prajurit di lapangan atau kenakalan anak-anak muda semata. Ini bukan
sekadar persoalan psiko-politik antara 'kakak tua dan adik bungsu' di
mana dipersepsikan sebagai adik bungsu yang setelah era reformasi
petentang-petenteng sok jagoan (hampir semua kasus bentrokan antara
TNI vs Polri berawal dari persoalan lalu lintas, timbul ketegangan
dan kemudian Polri membuka tembakan)," ucapnya.
Ketua DPD Irman Gusman seusai
menghadiri Pengukuhan Kepengurusan Ormas DPP Perindo di Auditorium
MNC Tower, Jakarta, Kamis siang, menilai konflik yang masih terjadi
antara TNI dan Polri tak lepas dari masih adanya kecemburuan
struktural pascareformasi.
Ia menjelaskan,
dalam melakukan reformasinya TNI saat ini telah berada di bawah
sipil, dalam hal ini Kementerian Pertahanan. Sementara itu, Polri
hingga kini masih di bawah langsung presiden. Hal ini menurutnya
membuat adanya kecemburuan, hingga akhirnya legislatif memunculkan
usulan Polri dibawahi Kementerian Dalam
Negeri.
"Mungkin ada kecemburuan. Kalau
TNI di bawah sipil di bawah Kemenhan. Di Senayan, Polri juga ingin di
bawah sipil di bawah Kementerian Dalam Negeri atau Kehakiman. Perlu
kesadaran kolektif bahwa Polri harus di bawah sipil," ujarnya.
Pengamat militer
Atmadji Sumarkidjo mengatakan pemisahan tentara dan polisi dari
institusi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ialah awal
ketegangan. Tentara yang pada masa lalu mempunyai banyak kewenangan
tiba-tiba hanya diserahi masalah pertahanan menghadapi musuh negara
saja. Sementara itu, wewenang keamanan menjadi milik Polri.
Akibatnya timbul kecemburuan, termasuk dalam
masalah ekonomi. Wewenang yang dimiliki polisi tidak dipungkiri
membuat anggota di kepolisian bisa lebih sejahtera secara ekonomi.
“Sementara itu, tentara nggak bisa ikut
cawe-cawe lagi,” tuturnya.
Kecemburuan ini terjadi sampai ke level bawah. Karena itu bisa
terjadi ada sekitar 90 tentara keluar dari markasnya untuk menyerang
kantor polisi. “Tidak mungkin pemimpin peleton, kompi atau batalion
tidak mengetahui adanya pergerakan sebanyak itu. Mereka mungkin tidak
memerintahkan, minimal mengetahui tetapi mendiamkan saja,” katanya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dalam keterangan persnya di Budapest, Kamis petang waktu setempat,
menginstruksikan penyelesaian segera insiden pembakaran Mapolres OKU,
Sumsel agar peristiwa itu tidak melebar. "Cegahlah yang seperti
itu, segera atasi, konsolidasi dan jangan sampai melebar,"
ujarnya.
Presiden telah
berkomunikasi langsung dengan Kapolri Jenderal Timur Pradopo terkait
konflik antara anggota Polri dan prajurit TNI itu. "Saya tahu
Panglima TNI, Kapolri, dan Pangdam telah bekerja (untuk menyelesaikan
insiden itu-red)," katanya. SBY juga
meminta semua pihak bisa menahan diri dan menyebut insiden itu
sebagai "contoh yang kurang baik".
Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Suhardi Alius di Jakarta, Kamis siang mengatakan, penyerangan dan pembakaran Mapolres Ogan Komering Ulu, Baturaja, Sumatera Selatan itu mengakibatkan empat anggota polisi mengalami luka tusuk.
Sementara itu, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Suhardi Alius di Jakarta, Kamis siang mengatakan, penyerangan dan pembakaran Mapolres Ogan Komering Ulu, Baturaja, Sumatera Selatan itu mengakibatkan empat anggota polisi mengalami luka tusuk.
Kepala Bidang Humas Polda Sumsel, AKBP
Djarot Podakova secara terpisah, juga membantah ada korban tewas.
“Dipastikan tidak ada korban tewas,” ujarnya. Penegasan ini
sekaligus koreksi atas pemberitaan koran ini yang sebelumnya
menyebutkan empat polisi tewas dalam kejadian tersebut.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat
Jenderal Pramono Edhie Wibowo menegaskan komandan harus memahami
kondisi psikologis anak buahnya untuk mencegah terjadinya tindakan
anarkistis atau brutal yang dilakukan anggota TNI.
Ia meyakinkan akan menghukum anggota
yang terlibat dalam peristiwa penyerangan yang terjadi Kamis pagi di
Sumatera Selatan, di mana sejumlah anggota Armen 15 Kodam II
Sriwijaya melakukan pembakaran Polres Ogan Komering Ulu.
Kronologis Kejadian
Penyerbuan Mapolres OKU di Baturaja
oleh anggota Yon Armed 76/15 Tarik ternyata bertepatan dengan
peringatan 40 hari tewasnya korban Pratu Heru; juga setelah pasukan
BKO dari Kodim dan CPM habis masa tugasnya di Mapolres OKU
pascapenembakan Pratu Heru.
Almarhum Pratu
Heru Oktavianus, anggota Yon Armed, tewas ditembak oleh anggota
Polres OKU Brigadir Wijaya pada Minggu 27 Januari lalu dalam sebuah
insiden. Terkait kasus inilah sedikitnya 95 anggota TNI dari Yon
Armed diduga menyerbu Mapolres OKU.
Data terakhir menyebutkan, puluhan
sepeda dan tujuh mobil terbakar, Mapolres tak bersisa, kecuali Musala
Alikhlas di samping Satlantas dan gedung serbaguna. Termasuk alat
simulator SIM yang belum sempat digunakan juga ikut rusak.
Korban luka, dua di
antaranya mengalami luka cukup parah yakni seorang perwira menengah,
Kompol Ridwan dan Aiptu Marbawi. Ridwan mengalami luka tusuk dan
bacok serta lebam. Sementara itu, Marbawi luka tusuk dan lebam.
Kedua korban kritis
ini kini dirawat di Palembang setelah dievakuasi menggunakan
helikopter dari Baturaja, Kamis sore. Kompol Ridwan sempat dibawa ke
RS Bhayangkara dan terakhir dirawat di RS Siti Khodijah. Kondisinya
sudah membaik.
Marbawi tetap dirawat di RS Bhayangkara. Korban
lainnya yang mengalami luk-luka, Briptu Berlin Mandala, Aipda
Solahudin, Edy M, Dansubdenpom 4 Baturaja Kapten CPM Nuri, Koptu CPM
Rudi K, dan Praka Hendra.SH/T
Tidak ada komentar