95 Anak Papua Mati Karena Busung Lapar
LINTAS PUBLIK-JAYAPURA, Busung lapar mewarnai kematian anak-anak di tiga kampung di Distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw
Papua Barat.
Sekitar 95 orang meninggal dunia akibat busung lapar dan
wabah penyakit.
Tiga kampung yang terserang wabah itu antara lain Kampung Baddei, Jokjoker dan Kasyefo.
Anggota Majelis Rakyat Papua Barat, Wolas Krenak membenarkan adanya busung lapar didaerah tersebut. Mantan Wartawan Suara Pembaruan itu merasa miris melihat sebagian anak bangsa mati karena ketiadaan makan.
“Data yang dikeluarkan LSM Belantara Papua tentang busung lapar itu benar adanya,” katanya.
Menurut dia, LSM itu sangat dekat dengan masyarakat Papua. “Dan hendaknya pemerintah pusat dan daerah harus terbuka dan merasa malu dengan kejadian ini,” ujarnya kepada SP, Rabu (3/4) pagi.
Ketua LSM Belantara Provinsi Papua Barat, Abner Korwa kepada wartawan Selasa (2/4), mengatakan, telah terjadi kematian berturut-turut akibat busung lapar dan wabah penyakit yang terjadi sejak bulan Oktober 2012 lalu.
Awalnya, kata dia, informasi kematian karena busung lapar hanya laporan warga kampung. Namun setelah membentuk tim dan langsung turun bersama Kodim setempat, pihaknya menemukan fakta sesungguhnya.
Di Kampung Bakti, sekitar 15 anak meninggal dunia secara berturut turut dalam 1-2 minggu. “Setelah kami cek kepada Kadis Kesehatan Tambrauw, hanya dijawab hal itu disebabkan karena terbatasnya petugas kesehatan dan juga minimnya obat-obatan di daerah tersebut,” ujarnya.
Otsus Gagal
Kematian akibat busung lapar membuat anggota Majelis Rakyat Papua Barat marah dan menyesalkan kejadian ini.
“Untuk apa uang Otsus Papua yang begitu banyak bila ada kematian busung lapar di Papua. Sungguh mengenaskan,” kata Wolas.
Pemerintah daerah dan pusat diminta segera melakukan pertolongan kepada warga korban busung lapar tersebut.
“Jangan lagi lakukan rapat, rapat, rapat, dan rapat untuk ini dan itu. Segera ke sana menolong karena mereka, karena mereka juga bagian dari Republik Indonesia,” ujarnya.
Ironis memang, anak-anak Papua mati di atas kekayaan alam yang melimpah. Kemana uang hasil kekayaan alam Papua dibawa?. SP/T
Tiga kampung yang terserang wabah itu antara lain Kampung Baddei, Jokjoker dan Kasyefo.
Anggota Majelis Rakyat Papua Barat, Wolas Krenak membenarkan adanya busung lapar didaerah tersebut. Mantan Wartawan Suara Pembaruan itu merasa miris melihat sebagian anak bangsa mati karena ketiadaan makan.
“Data yang dikeluarkan LSM Belantara Papua tentang busung lapar itu benar adanya,” katanya.
Menurut dia, LSM itu sangat dekat dengan masyarakat Papua. “Dan hendaknya pemerintah pusat dan daerah harus terbuka dan merasa malu dengan kejadian ini,” ujarnya kepada SP, Rabu (3/4) pagi.
Ketua LSM Belantara Provinsi Papua Barat, Abner Korwa kepada wartawan Selasa (2/4), mengatakan, telah terjadi kematian berturut-turut akibat busung lapar dan wabah penyakit yang terjadi sejak bulan Oktober 2012 lalu.
Awalnya, kata dia, informasi kematian karena busung lapar hanya laporan warga kampung. Namun setelah membentuk tim dan langsung turun bersama Kodim setempat, pihaknya menemukan fakta sesungguhnya.
Di Kampung Bakti, sekitar 15 anak meninggal dunia secara berturut turut dalam 1-2 minggu. “Setelah kami cek kepada Kadis Kesehatan Tambrauw, hanya dijawab hal itu disebabkan karena terbatasnya petugas kesehatan dan juga minimnya obat-obatan di daerah tersebut,” ujarnya.
Otsus Gagal
Kematian akibat busung lapar membuat anggota Majelis Rakyat Papua Barat marah dan menyesalkan kejadian ini.
“Untuk apa uang Otsus Papua yang begitu banyak bila ada kematian busung lapar di Papua. Sungguh mengenaskan,” kata Wolas.
Pemerintah daerah dan pusat diminta segera melakukan pertolongan kepada warga korban busung lapar tersebut.
“Jangan lagi lakukan rapat, rapat, rapat, dan rapat untuk ini dan itu. Segera ke sana menolong karena mereka, karena mereka juga bagian dari Republik Indonesia,” ujarnya.
Ironis memang, anak-anak Papua mati di atas kekayaan alam yang melimpah. Kemana uang hasil kekayaan alam Papua dibawa?. SP/T
Tidak ada komentar