Penjualan BBM Eceran Bakal Dihilangkan
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Rencana pemerintah mengurangi
subsidi BBM menimbulkan ekses. Tak hanya terhadap ancaman kenaikan
inflasi, namun untuk memastikan tak ada kebocoran subsidi dari
konsumsi yang membengkak, pemerintah bahkan akan menghilangkan
penjualan BBM secara eceran di pinggir jalan.
"Sebetulnya sudah ada usulan semua
(penjual BBM) eceran di pinggir jalan itu dilarang, baik yang di luar
kota maupun di batas kota. Kita mesti realistis, itu memang
dibutuhkan juga oleh masyarakat walaupun dijual sampai Rp 7.000 per
liter seperti sekarang. Tapi nanti kita tertibkan pelan-pelan,"
ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik di Jakarta,
Selasa (16/4).
Pengamat Energi
Maxensius Tri Sambodo yang dihubungi Rabu (17/4) mengatakan,
keberadaan pedagang eceran bensin merupakan wujud kearifan lokal dari
kreativitas masyarakat dalam membantu para konsumen yang membutuhkan
BBM di tempat-tempat yang tidak ada infrastruktur SPBU terdekat.
“Sebetulnya masyarakat juga tidak ingin membeli bensin yang
pastinya jauh lebih tinggi dari yang dijual di SPBU, tapi lagi-lagi
karena kebutuhan mendesak dan ketiadaan infrastruktur SPBU yang
menjadikan maraknya para penjual bensin eceran ini,” kata Maxensius
kepada SH di Jakarta, Rabu.
Ia mengingatkan Menteri ESDM mestinya
hati-hati memutuskan nasib para pedagang bensin eceran ini. Kondisi
ini justru timbul atau marak karena lemahnya atau tidak tersedianya
infrastruktur penunjang penjualan BBM di lokasi yang sulit dijangkau.
Sebaliknya, pemerintah harusnya memberi peluang pada masyarakat untuk
menjangkau mereka yang sulit dijangkau.
“Jika itu dilakukan, bukan tidak
mungkin ini akan memberikan peluang usaha kepada masyarakat,”
ujarnya.
Dua Harga
Kebijakan kenaikan BBM dengan dua harga
yang berbeda dalam satu produk memang menimbulkan kekhawatiran
penjualan BBM eceran makin marak. Diperkirakan, akan ada aksi
penyelewengan yang dilakukan pengguna BBM bersubsidi dengan
memanfaatkan disparitas harga yang ada.
Misalnya saja mobil pelat kuning atau
motor yang memang berhak mendapat subsidi akan bolak-balik ke SPBU
untuk mengsisi BBM, tapi kemudian “kencing” di tempat lain untuk
dijual lebih mahal ke pengguna yang tak berhak. Aksi ini akan lebih
marak terjadi jika keberadaan SPBU di suatu daerah memang kurang.
Pemerintah akan memastikan penyaluran
BBM pascakenaikan harga (dengan skema satu produk dua harga), hanya
dilakukan oleh SPBU resmi. Kekurangan jumlah SPBU akan diatasi dengan
pembukaan banyak SPBU di sejumlah daerah.
"Ada satu lagi
yang menarik dengan diskusi dengan para gubernur. Memang disinyalir
kita kekurangan SPBU di seluruh Indonesia. Nggak ada urusan dengan
jangka pendek, jangka menengah, dan panjang, kami akan tambah SPBU di
seluruh Tanah Air, seperti di Sulawesi dan Kalimantan. Ini belum ada
keputusan, tapi kami persiapkan," ucap Jero.
Jero yakin penambahan SPBU yang banyak
akan membuat penjualan eceran BBM bersubsidi akan dengan sendirinya
menghilang. “Kalau SPBU-nya sudah banyak, mungkin pedagang eceran
itu pelan-pelan akan hilang sendiri," ucapnya.
Senada, Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan, ke depan pemerintah memang
akan segera menata SPBU untuk mendukung rencana pengendalian konsumsi
BBM. Hatta mengklaim sejauh ini gubernur se-Indonesia sudah sepakat
mendukung kebijakan pemerintah terkait kebijakan yang akan diambil
pemerintah untuk mengelola BBM bersubsidi.
Menurutnya, dalam menentukan kebijakan
tentunya pemerintah tetap akan memperhatikan daya beli masyarakat,
inflasi, dampaknya terhadap masyarakat yang kurang mampu, dan
memberikan dampak yang kuat bagi kesehatan perekonomian secara
keseluruhan.
Saat ini, lanjutnya, pemerintah sedang
mendalami opsi untuk mengurangi subsidi dengan metode dua harga,
yaitu Rp 4.500 untuk motor, angkutan barang, dan angkutan massal.
Sementara itu untuk pengguna pelat hitam harganya jauh lebih tinggi.
Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku
Buwono X mengatakan, pihaknya akan menerima keputusan pemerintah
terkait BBM, asalkan kuota subsidinya harus bisa mencukupi hingga 31
Desember 2013. Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Gubernur DKI
Jakarta Basuki T Purnama, yang mengaku akan mengikuti keputusan
pemerintah pusat.
“Kami ikut saja, yang penting DKI
Jakarta bisa siapkan APBD yang memberi jaminan kesehatan, pendidikan
buat warganya," katanya.
Hanya saja, Wakil
Menteri Keuangan Anny Ratnawaty menegaskan, pemerintah pusat sudah
memastikan langkah pembatasan subsidi tidak akan membuat alokasi
anggaran untuk kementerian atau lembaga atau pun dana ke daerah jadi
bertambah.
Ini lantaran penghematan yang terjadi bukan untuk
mengambil dana tunai tambahan, tapi lebih untuk mengamankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tak jebol dan harus mengorbankan
anggaran lain.SH/T
Tidak ada komentar