Header Ads

Jenderal pemilik kasus rekning gendut berpeluang jadi Kapolri

LINTAS PUBLIK- Jakarta, Komisaris Jenderal (Komjen) Oegroseno yang sebelumnya menjabat Kepala Badan Pertahanan dan Keamanan (Kabaharkam) dilantik menjadi Wakil Kepala Polri (Wakapolri) menggantikan Komjen Nanan Sukarna yang memasuki masa pensiun. Terpilihnya Oegroseno dipercaya untuk mengamankan jalannya proses Pemilu 2014.
Persaingan menuju tampuk pemimpin Polri pada tahun ini dirasakan memanas, seiring dengan akan segera dihelatnya pesta demokrasi pemilu pada 2014.
Kapolri terpilih mendatang mempunyai tugas mengamankan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) demi lancarnya agenda Pemilu 2014. Kompolnas saat ini diketahui telah menyerahkan sejumlah nama calon Kapolri untuk dipertimbangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan menggunakan hak prerogatifnya.
Menariknya dari nama calon Kapolri, tiga jenderal di antaranya merupakan mantan ajudan presiden dari masa berbeda. Komjen Sutarman yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri merupakan ajudan mantan Presiden Abdurrahman Wahid.
Sementara Komjen Budi Gunawan pernah menjadi ajudan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Generasi yang lebih muda, yakni Irjen Putut Eko Bayuseno yang saat ini menjabat Kapolda Metro Jaya merupakan mantan ajudan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Berbagai analisis sebelumnya disampaikan sejumlah pihak. Salah satunya Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta Sanusi Pane. Neta pada awalnya meyakini bukan tak mungkin skenario pemilihan Kapolri akan menyerupai pola sebelumnya, ketika Jenderal Timur Pradodpo terpilih sebagai Kapolri.
Ia awalnya menjabat Kapolda Metro Jaya lalu dipromosikan menempati jabatan baru dengan pangkat bintang tiga, sebelum akhirnya dipilih menjadi Kapolri. Berkaca dengan apa yang pernah terjadi, peluang Putut tampaknya terbuka lebar, terlebih jika ia diangkat menjadi Kabaharkam.
Prediksi ini tentu wajar mengingat kariernya yang cemerlang. Putut tercatat merupakan lulusan Akpol 84. Usai menjalani tugas sebagai ajudan Presiden RI sejak 2004, Putut beberapa kali menempati posisi strategis, yaitu Wakapolda Metro Jaya, Kapolda Banten, dan Kapolda Jawa Barat hingga akhirnya kembali berlabuh di Ibu Kota sebagai Kapolda Metro Jaya.
Namun skenario ini agaknya masih mengalami kendala, karena hingga Komjen Oegroseno dilantik menjadi Wakapolri, nama Putut tak jua menjadi pengganti posisi Kabaharkam yang ditinggalkan Oegro.
Alih-alih menempati posisi tersebut, Asisten Operasi Kapolri Irjen Badrodin Haiti justru menjadi kuda hitam calon Kapolri setelah dirinya memperoleh promosi menjadi Kabarhakam. Dengan jabatan Kabaharkam, bintang di pundak Badrodin bertambah menjadi tiga dan membuatnya sebagai salah satu kandidat kuat calon Kapolri.
Hal ini mengacu pada pernyataan Komisi Kepolisian Nasional yang menyebutkan calon kuat Kapolri adalah jenderal berbintang tiga. Meski demikian, peluang Putut sebagai calon Kapolri belum tertutup jika dalam waktu dekat ia dipromosikan jabatan dengan pangkat bintang tiga.
Melirik pada calon lain, nama Budi Gunawan sempat melekat sebagai salah satu perwira tinggi yang memiliki rekening gendut. Komjen Budi Gunawan yang saat ini menjabat sebagai Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Mabes Polri diyakini sebagai sosok yang memiliki kecakapan dan kemampuan memimpin.
Pengalamannya sebagai Kapolda Jambi dan Kapolda Bali membuktikan sosoknya yang familiar dengan masyarakat dan bertanggung jawab atas segala hal di wilayahnya. Jabatan bintang tiga yang diembannya dan penghargaan Adi Makayasa (lulusan terbaik) Akpol 83 ini merupakan bukti bahwa isu kepemilikan rekening gendut sejauh ini telah diproses dan tidak ada masalah.
Nama Sutarman juga tak kalah santer disebut sebagai calon Kapolri dengan berbagai kelebihannya. Mempertimbangkan segi angkatan dan penyesuaian dengan Panglima TNI, sosok satu ini tentunya bisa disebut sebagai yang paling pantas. Sutarman dan Moeldoko adalah perwira tinggi lulusan angkatan 81. Hal ini tentunya akan memberi kemudahan untuk melakukan sinergitas, sesuai dengan grand strategy Polri dan partnership building.
Semasa menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya, Sutarman yang ketika itu berpangkat irjen juga dipandang sebagai sosok visioner dan memiliki hubungan baik dengan jajarannya. Meski dipandang memiliki ketegasan, Sutarman mungkin bisa disebut sebagai salah seorang yang mengerti pentingnya pemaksimalan fungsi humas hingga tataran terendah.
Pembentukan unit humas hingga di setiap polsek memudahkan masyarakat atau stakeholder terkait, termasuk para pencari berita untuk mengetahui kondisi maupun status terkini dari sebuah kasus.
Kemampuan public speaking pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 5 Oktober 1957 ini juga patut diacungi jempol, dengan gaya pemaparan berapi-api tanpa teks sekalipun. Namun kecermelangan Sutarman yang menjabat sebagai Kabareskrim Mabes Polri sejak 6 Juli 2011 ini sedikit mendapat kritikan dari berbagai pihak atas pengadaan kartu Inafis, termasuk saat dirinya berseteru dengan KPK ketika penggeledahan gedung Korlantas dalam kasus simulator SIM.
Selain nama ketiga mantan ajudan presiden dan Komjen Badrodin, satu nama lain yang tentunya tak bisa dilupakan adalah kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar, lulusan Akpol 1982. Pria yang berasal dari keluarga sederhana ini dikenal sebagai sosok murah senyum namun memiliki ketegasan.
Mantan Kapolda Jambi Kadiv Humas Polri dan Gubernur Akademi Kepolisian ini sempat mencatatkan penghargaan dari Gubernur BI, atas prestasinya mengungkap peredaran uang palsu.SH/t

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.