Pensiunan Kebun Marjandi Sepakat Gugat dan Adukan PTPN IV ke KPK
LINTAS PUBLIK - Simalungun, Para pensiunan kebun Marjandi yang merasa
dizolimi dan diberlakukan tidak manusiawi sepakat melakukan class action
(gugatan,red) terhadap PTPN IV, tempat mereka mencari nafkah selama
ini.
Tekad tersebut mereka putuskan dalam sebuah pertemuan, Sabtu (05/10/2013), dikediaman salah seorang pensiunan, Tongat Sitohang, di Panei Tongah.
Pensiunan perkebunan unit Marjandi yang umumnya lanjut usia (Lansia) ini mengaku belum mendapatkan mereka sepenuhnya seperti masalah pemotongan uang pensiunan mereka yang peruntukkan tidak jelas dan termasuk soal asuransi yang tak kunjung dicairkan, padahal mereka telah pensiun.
“Kami memang dibodoh-bodohi pihak perkebunan karena hingga kini kami tidak mendapatkan SK pensiun. Sehingga kami tidak tahu menahu tentang uang pensiunan kami. Berapa dikasi, ya segitu yang kami terima karena gak ada SK pensiun,”ungkap para pensiunan kebun itu dengan nada polos bercampur kesal.
Mereka sepakat akan mendesak pihak PTPN IV dalam hal ini unit kebun Marjandi agar segera mengeluarkan SK pensiunan mereka.
“Apalagi soal asuransi yang di Jiwasraya itu, kami bukan melihat besar atau tidaknya uang asuransi itu, tapi kami hanya ingin dihargai. Walaupun kami hanya karyawan biasa, tapi sikit tidaknya, kami telah berbuat untuk PTPN IV,”ujar para pensiunan ini.
Lagi-lagi, pensiunan kebun ini sangat berharap agar pihak Lintas Publik tetap mendampingi mereka sehingga hak-hak mereka tersebut secepatnya direalisasikan.
Pada pertemuan itu, Sahata Situmorang, Ketua Umum Lintas Publik, berjanji akan tetap mendampingi para pensiunan kebun dan bila perlu masalah ini akan dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta.
“Kita akan bawa semua datanya dan biarlah KPK yang memeriksa pihak PTPN IV atas indikasi penggelapan (pemotongan,red) uang pensiunan dan uang asuransi yang jumlahnya sampai miliaran,”katanya.
Dia juga berpesan agar para pensiunan kompak saat berjuang karena tidak menutup kemungkinan ada politik adu domba. “Mari kita sama-sama memperjuangkannya,”cetus Sahata.
Pria gemuk ini juga sangat sedih saat mendengar pengakuan para pensiunan yang dihargai hanya Rp90 ribu perbulan (uang pensiunan,red), padahal PTPN IV merupakan perusahaan besar.
“Harusnya pihak PTPN IV sadar, bahwa jauh lebih penting sumber daya manusia (SDA) ketimbang tanaman sawit tersebut atau hasil produksi karena tanpa karyawan, PTPN IV tidak akan jalan. Sungguh tidak manusiawi,”ujarnya dengan nada geram.Sumb.Mantab/t
Tekad tersebut mereka putuskan dalam sebuah pertemuan, Sabtu (05/10/2013), dikediaman salah seorang pensiunan, Tongat Sitohang, di Panei Tongah.
Pensiunan perkebunan unit Marjandi yang umumnya lanjut usia (Lansia) ini mengaku belum mendapatkan mereka sepenuhnya seperti masalah pemotongan uang pensiunan mereka yang peruntukkan tidak jelas dan termasuk soal asuransi yang tak kunjung dicairkan, padahal mereka telah pensiun.
“Kami memang dibodoh-bodohi pihak perkebunan karena hingga kini kami tidak mendapatkan SK pensiun. Sehingga kami tidak tahu menahu tentang uang pensiunan kami. Berapa dikasi, ya segitu yang kami terima karena gak ada SK pensiun,”ungkap para pensiunan kebun itu dengan nada polos bercampur kesal.
Mereka sepakat akan mendesak pihak PTPN IV dalam hal ini unit kebun Marjandi agar segera mengeluarkan SK pensiunan mereka.
“Apalagi soal asuransi yang di Jiwasraya itu, kami bukan melihat besar atau tidaknya uang asuransi itu, tapi kami hanya ingin dihargai. Walaupun kami hanya karyawan biasa, tapi sikit tidaknya, kami telah berbuat untuk PTPN IV,”ujar para pensiunan ini.
Lagi-lagi, pensiunan kebun ini sangat berharap agar pihak Lintas Publik tetap mendampingi mereka sehingga hak-hak mereka tersebut secepatnya direalisasikan.
Pada pertemuan itu, Sahata Situmorang, Ketua Umum Lintas Publik, berjanji akan tetap mendampingi para pensiunan kebun dan bila perlu masalah ini akan dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta.
“Kita akan bawa semua datanya dan biarlah KPK yang memeriksa pihak PTPN IV atas indikasi penggelapan (pemotongan,red) uang pensiunan dan uang asuransi yang jumlahnya sampai miliaran,”katanya.
Dia juga berpesan agar para pensiunan kompak saat berjuang karena tidak menutup kemungkinan ada politik adu domba. “Mari kita sama-sama memperjuangkannya,”cetus Sahata.
Pria gemuk ini juga sangat sedih saat mendengar pengakuan para pensiunan yang dihargai hanya Rp90 ribu perbulan (uang pensiunan,red), padahal PTPN IV merupakan perusahaan besar.
“Harusnya pihak PTPN IV sadar, bahwa jauh lebih penting sumber daya manusia (SDA) ketimbang tanaman sawit tersebut atau hasil produksi karena tanpa karyawan, PTPN IV tidak akan jalan. Sungguh tidak manusiawi,”ujarnya dengan nada geram.Sumb.Mantab/t
Tidak ada komentar