|
Bosly Saat disekap dan di ikat ( Atas ) MS saat pertama bertemu Saksi I ( bawah) |
LINTAS PUBLIK -SIANTAR, Tak ada
penyesalan karena sudah terjadi. Hadapi hukuman sebagai tanggungjawab.
Begitu pengakuan MS setelah dia ditangkap di Bengkulu.
Dia tega menghabisi Bosly Panjaitan
bukan semata-mata dendam, namun tergiur dengan janji LN yang akan
membantu persoalan anaknya yang masih sekolah.
Ditemui di ruang pemeriksaan Reskrim
Polres Siantar, Minggu (8/7) siang didampingi Kasat Reskrim AKP Daniel
Marinduri, bapak tiga anak ini tampak bugar saat dicecar lebih dari 100
pertanyaan oleh penyidik.
Bahkan saat ditanya METRO alasan ikut
menghabisi Bosly, dia mengaku karena anaknya yang sekolah di Perumnas
Batu VI, Kecamatan Siantar, Simalungun sedang bermasalah. “Aku dan dia
(LN) bertemu di rumah makan dekat kampungku. Di situlah aku diberitahu
rencana itu,” kata MS yang mengaku tinggal di Jalan Laucimba, Nagori
Rambung Merah, Kecamatan Siantar, Simalungun.
MS yang saat diperiksa didampingi KBO
Reskrim IPTU Lengkap Siregar mengisahkan, hal itu berawal dari
pertemuannya dengan LN di Rumah Makan Saroha tanggal 2 Juli lalu pukul
11.00 WIB. Saat makan, LN mengatakan perlu bantuan untuk membunuh
seorang penagih utang.
Tanpa diberitahu nama yang akan
dihabisi, usai makan, mereka berangkat ke kawasan Megaland dengan
mengendarai Kijang Innova BK 770 MY. Tidak diketahui siapa ditemui LN,
hanya berselang 20 menit kemudian, selanjutnya mengarah ke Perumnas Batu
VI untuk mengurus anak MS yang sedang bermasalah.
Bahkan selama di perjalanan, LN tetap
mengingatkan peran MS seperti yang sudah dibicarakan di rumah makan.
Skenarionya, MS berperan melumpuhkan Bosly begitu tiba di kamar hotel.
Bahkan bila Bosly duduk yang bangkunya sengaja diarahkan ke pintu depan,
MS harus cepat bertindak. Begitulah LN tetap mengingatkan MS untuk
berperan.
Setelah selesai urusan sekolah anak MS,
perjalanan dilanjutkan kembali menuju Siantar Hotel. Namun di
perjalanan, persisnya di depan Ramayana Jalan Sutomo, mereka bertemu
dengan JS dan sempat membicarakan rencana itu. Selanjutnya, JS bersedia
ikut dan naik ke mobil Kijang Innova yang dikendarai LN.
Tiba di Siantar Hotel, mereka lantas
menemui salah seorang petugas untuk membooking kamar. Namun pengakuan
satpam, kamar masih penuh, LN mengurungkan niatnya seraya membawa MS dan
JS ke Jalan Melanthon Siregar untuk makan siang dengan menu Khas Batak.
Selama makan itu, satpam tersebut menelpon LN, memberitahu kalau salah
satu kamar sudah kosong.
Kemudian, masih keterangan MS didampingi
penyidik, para pelaku meninggalkan rumah makan hingga tiba di Siantar
Hotel persisnya di depan kamar 138 sesuai pemberitahuan satpam.
Sesuai perencanaan yang sudah diatur LN,
pintu samping kiri dan kanan mobil sengaja tidak tertutup (terbuka
sedikit). LN langsung duduk menghadap pintu kamar, JS dan MS pada posisi
di luar tak jauh dari mobil. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul
15.00 WIB.
Selang setengah jam kemudian, korban
tiba dengan mengendarai Vario merah tanpa plat polisi, karena masih
baru. Setelah memarkirkan sepedamotor, Bosly Panjaitan berjalan menuju
kamar 138. Setelah korban masuk, MS dan JS langsung mengikuti.
Saat itulah MS langsung menolakkan tubuh
Bosly ke ranjang hingga posisi terlungkup. Dengan sekuat tenaga, MS
meraih kedua lengan Bosly dan menariknya ke belakang. Sementara JS
menahan kedua kaki korban dan bersamaan dengan itu, LN meraih sarung
bantal dan membekap mulut Bosly hingga tak ada suara.
MS mengaku tidak melihat LN memukul
korban, hanya memasukkan sarung bantal ke mulut Bosly. Setelah tidak ada
gerakan lagi atau sejam kemudian, mereka mengangkat tubuh Bosly ke
mobil Kijang Innova yang parkir persis di depan kamar.
Meyakini tak ada yang melihat, selanjutnya mereka membawa mobil ke arah Jalan Gereja menuju Parapat.
Namun MS mengaku turun di Simpang Dua dan tidak mengetahui lagi apa yang terjadi. Tapi pengakuan itu masih didalami petugas.
“Itu kan pengakuan MS. Bisa saja untuk
membela diri. Kita masih melakukan penyelidikan soal itu,” kata KBO
Reskrim IPTU Lengkap Siregar. Setelah turun, MS akhirnya menumpang
angkot dan kembali ke rumahnya.
Dua hari setelah itu, mendengar kabar
penemuan mayat Bosly di Sungai Asahan, Tobasa dia kabur dan pamitan pada
istrinya. Selama pelariannya, MS beberapa kali pindah-pindah hingga
sepekan pelariannya, akhirnya memilih kerja dan menjadi centeng kebun
sawit di Desa Penarik, Kecamatan Penarik, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.
Saat bekerja itulah, MS diintai petugas.
Penangkapan itu sendiri dipimpin Kasat
Reskrim Polres Siantar AKP Daniel Marinduri, dibantu personil Jatanras
Poldasu dan Polres Mukomuko, Bengkulu. Daerah yang perbatasan ke Padang
itu menurut Iptu Lengkap Siregar, cukup memakan waktu. Selain harus
menempuh jarak 20 km ke dalam areal perkebunan, juga harus melewati
rintangan suasana gelap.
Namun demikian, MS tetap tidak
mengetahui kepemilikan dua borgol yang mengikat tangan dan kaki korban.
Karena saat diangkut ke mobil, tangan dan kaki Bosly hanya terikat
lakban begitu juga dengan wajah yang dilakban LN.
Terkait mobil Innova yang sempat
dikembalikan lantas disita lagi, Iptu Lengkap tak membantahnya. Setelah
penangkapan MS, pihaknya langsung menyita kijang tersebut dari
pemiliknya yang tak lain Aiptu Riah Tono yang bekerja di jajaran Polres
Simalungun.
Sedangkan perburuan LN saat ini masih
dilanjutkan setelah adanya kordinasi dengan pihak Poldasu. Selain LN,
perburuan juga dilakukan terhadap JS yang juga berperan atas kematian
Bosly Panjaitan. “Kami masih memburu pelaku lainnya, mudah-mudahan dalam
waktu dekat berhasil,” kata Iptu Lengkap. Sumb. MS/t
|
MS Bersama LN bertemu di Rumah Makan |
|
MS Bertemu Satpam dan memesan Kamar |
|
MS dan LN Bertemu di Rumah Makan |
|
Kamar 138 yang dipesan telah disediakan pihak Hotel |
|
Satpam Siantar Hotel menjelaskan harga kamar dan pertemuan mereka dengan LN |
|
Satpam Siantar Hotel dan LN berpisah diteras Kamar 138 |
|
Satpam ( Saksi ) melihat Sepeda Motor Bosly Panjaitan |
|
Kamar telah siap di pakai oleh LN |
|
MS saat menunggu Bosly Panjaitan di dalam mobil Avanca di depan kamar Hotel 138 |
|
Bosly Datang mengendarai sepeda motor baru tanpa plat kendaraan |
|
Bosly Panjaitan memarkirkan sepeda motor dan masuk ke kamar yang telah di tuinggu LN dan JS |
|
Setelah Bosly Panjaitan masuk ke kamar, MS menyusul dari belakang |
|
Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138 |
|
Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138, dan di ikat lakban |
|
Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138 dan di ikat lakban |
|
Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138 dan di ikat lakban |
|
Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138 dan di ikat lakban |
|
Kamar 138 dimana Bosly di sekap |
|
Bosly dimasukan ke Mobil di bawah kursi mobil inova |
|
Bosly sudah tidah berdaya di dalam mobil inova |
|
MS masuk ke mobil Inova |
|
Bosly yang sudah di lakbat dan di ikat dimasukan di Mobil Inova |
|
Bosly yang sudah di lakbat dan di ikat dimasukan di Mobil Inova |
|
MS turun di Simpang 2 |
|
Abang Bosly Panjaitan saat meyaksikan Rekontruksi, Menangis dan pedih, karena yang mengeksekusi adiknya dikenalnya |
|
MS Masuk ke mobil dimana Bosly sudah tak berdaya di bawa bangku mobil Inova |
|
Masyarakat dan keluarga ketika meyaksikan rekontruksi |
|
Masyarakat dan keluarga ketika meyaksikan rekontruksi |
|
Masyarakat dan keluarga ketika meyaksikan rekontruksi |
Tidak ada komentar