Header Ads

Rekontruksi Pembunuhan Bosly Panjaitan di Kamar 138 Siantar Hotel

Bosly Saat disekap dan di ikat ( Atas ) MS saat pertama bertemu Saksi I ( bawah)
LINTAS PUBLIK -SIANTAR, Tak ada penyesalan karena sudah terjadi. Hadapi hukuman sebagai tanggungjawab. Begitu pengakuan MS setelah dia ditangkap di Bengkulu.
Dia tega menghabisi Bosly Panjaitan bukan semata-mata dendam, namun tergiur dengan janji LN yang akan membantu persoalan anaknya yang masih sekolah.
Ditemui di ruang pemeriksaan Reskrim Polres Siantar, Minggu (8/7) siang didampingi Kasat Reskrim AKP Daniel Marinduri, bapak tiga anak ini tampak bugar saat dicecar lebih dari 100 pertanyaan oleh penyidik.
Bahkan saat ditanya METRO alasan ikut menghabisi Bosly, dia mengaku karena anaknya yang sekolah di Perumnas Batu VI, Kecamatan Siantar, Simalungun sedang bermasalah. “Aku dan dia (LN) bertemu di rumah makan dekat kampungku. Di situlah aku diberitahu rencana itu,” kata MS yang mengaku tinggal di Jalan Laucimba, Nagori Rambung Merah, Kecamatan Siantar, Simalungun.
MS yang saat diperiksa didampingi KBO Reskrim IPTU Lengkap Siregar mengisahkan, hal itu berawal dari pertemuannya dengan LN di Rumah Makan Saroha tanggal 2 Juli lalu pukul 11.00 WIB. Saat makan, LN mengatakan perlu bantuan untuk membunuh seorang penagih utang.
Tanpa diberitahu nama yang akan dihabisi, usai makan, mereka berangkat ke kawasan Megaland dengan mengendarai Kijang Innova BK 770 MY. Tidak diketahui siapa ditemui LN, hanya berselang 20 menit kemudian, selanjutnya mengarah ke Perumnas Batu VI untuk mengurus anak MS yang sedang bermasalah.
Bahkan selama di perjalanan, LN tetap mengingatkan peran MS seperti yang sudah dibicarakan di rumah makan. Skenarionya, MS berperan melumpuhkan Bosly begitu tiba di kamar hotel. Bahkan bila Bosly duduk yang bangkunya sengaja diarahkan ke pintu depan, MS harus cepat bertindak. Begitulah LN tetap mengingatkan MS untuk berperan.
Setelah selesai urusan sekolah anak MS, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Siantar Hotel. Namun di perjalanan, persisnya di depan Ramayana Jalan Sutomo, mereka bertemu dengan JS dan sempat membicarakan rencana itu. Selanjutnya, JS bersedia ikut dan naik ke mobil Kijang Innova  yang dikendarai LN.
Tiba di Siantar Hotel, mereka lantas menemui salah seorang petugas untuk membooking kamar. Namun pengakuan satpam, kamar masih penuh, LN mengurungkan niatnya seraya membawa MS dan JS ke Jalan Melanthon Siregar untuk makan siang dengan menu Khas Batak. Selama makan itu, satpam tersebut menelpon LN, memberitahu kalau salah satu kamar sudah kosong.
Kemudian, masih keterangan MS didampingi penyidik, para pelaku meninggalkan rumah makan hingga tiba di Siantar Hotel persisnya di depan kamar 138 sesuai pemberitahuan satpam.
Sesuai perencanaan yang sudah diatur LN, pintu samping kiri dan kanan mobil sengaja tidak tertutup (terbuka sedikit). LN langsung duduk menghadap pintu kamar, JS dan MS pada posisi di luar tak jauh dari mobil. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB.
Selang setengah jam kemudian, korban tiba dengan mengendarai Vario merah tanpa plat polisi, karena masih baru. Setelah memarkirkan sepedamotor, Bosly Panjaitan berjalan menuju kamar 138. Setelah korban masuk, MS dan JS langsung mengikuti.
Saat itulah MS langsung menolakkan tubuh Bosly ke ranjang hingga posisi terlungkup. Dengan sekuat tenaga, MS meraih kedua lengan Bosly dan menariknya ke belakang. Sementara JS menahan kedua kaki korban dan bersamaan dengan itu, LN meraih sarung bantal dan membekap mulut Bosly hingga tak ada suara.
MS mengaku tidak melihat LN memukul korban, hanya memasukkan sarung bantal ke mulut Bosly. Setelah tidak ada gerakan lagi atau sejam kemudian, mereka mengangkat tubuh Bosly ke mobil Kijang Innova yang parkir persis di depan kamar.
Meyakini tak ada yang melihat, selanjutnya mereka membawa mobil ke arah Jalan Gereja menuju Parapat.
Namun MS mengaku turun di Simpang Dua dan tidak mengetahui lagi apa yang terjadi. Tapi pengakuan itu masih didalami petugas.
“Itu kan pengakuan MS. Bisa saja untuk membela diri. Kita masih melakukan penyelidikan soal itu,” kata KBO Reskrim IPTU Lengkap Siregar. Setelah turun, MS akhirnya menumpang angkot dan kembali ke rumahnya.
Dua hari setelah itu, mendengar kabar penemuan mayat Bosly di Sungai Asahan, Tobasa dia kabur dan pamitan pada istrinya. Selama pelariannya, MS beberapa kali pindah-pindah hingga sepekan pelariannya, akhirnya memilih kerja dan menjadi centeng kebun sawit di Desa Penarik, Kecamatan Penarik, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Saat bekerja itulah, MS diintai petugas.
Penangkapan itu sendiri dipimpin Kasat Reskrim Polres Siantar AKP Daniel Marinduri, dibantu personil Jatanras Poldasu dan Polres Mukomuko, Bengkulu. Daerah yang perbatasan ke Padang itu menurut Iptu Lengkap Siregar, cukup memakan waktu. Selain harus menempuh jarak 20 km ke dalam areal perkebunan, juga harus melewati rintangan suasana gelap.
Namun demikian, MS tetap tidak mengetahui kepemilikan dua borgol yang mengikat tangan dan kaki korban. Karena saat diangkut ke mobil, tangan dan kaki Bosly hanya terikat lakban begitu juga dengan wajah yang dilakban LN.
Terkait mobil Innova yang sempat dikembalikan lantas disita lagi, Iptu Lengkap tak membantahnya. Setelah penangkapan MS, pihaknya langsung menyita kijang tersebut dari pemiliknya yang tak lain Aiptu Riah Tono yang bekerja di jajaran Polres Simalungun.
Sedangkan perburuan LN saat ini masih dilanjutkan setelah adanya kordinasi dengan pihak Poldasu. Selain LN, perburuan juga dilakukan terhadap JS yang juga berperan atas kematian Bosly Panjaitan. “Kami masih memburu pelaku lainnya, mudah-mudahan dalam waktu dekat berhasil,” kata Iptu Lengkap. Sumb. MS/t
MS Bersama LN bertemu di Rumah Makan

MS Bertemu Satpam dan memesan Kamar

MS dan LN Bertemu di Rumah Makan

Kamar 138 yang dipesan telah disediakan pihak Hotel

Satpam Siantar Hotel menjelaskan harga kamar dan pertemuan mereka dengan LN

Satpam Siantar Hotel dan LN berpisah diteras Kamar 138

Satpam  ( Saksi ) melihat Sepeda Motor Bosly Panjaitan

Kamar telah siap di pakai oleh LN

MS saat menunggu Bosly Panjaitan di dalam mobil Avanca di depan kamar Hotel 138

Bosly Datang mengendarai sepeda motor baru tanpa plat kendaraan

Bosly Panjaitan memarkirkan sepeda motor dan masuk ke kamar yang telah di tuinggu LN dan JS



Setelah Bosly Panjaitan masuk ke kamar, MS menyusul dari belakang

Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138

Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138, dan di ikat lakban


Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138 dan di ikat lakban

Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138 dan di ikat lakban

Bosly Langsung disekap MS, LN dan JS di kamar Hotel 138 dan di ikat lakban

Kamar 138 dimana Bosly di sekap

Bosly dimasukan ke Mobil di bawah kursi mobil inova

Bosly sudah tidah berdaya di dalam mobil inova

MS masuk ke mobil Inova

Bosly yang sudah di lakbat dan di ikat dimasukan di Mobil Inova

Bosly yang sudah di lakbat dan di ikat dimasukan di Mobil Inova

MS turun di Simpang 2

Abang Bosly Panjaitan saat meyaksikan Rekontruksi, Menangis dan pedih, karena yang mengeksekusi adiknya dikenalnya

MS Masuk ke mobil dimana Bosly sudah tak berdaya di bawa bangku mobil Inova

Masyarakat dan keluarga ketika meyaksikan rekontruksi

Masyarakat dan keluarga ketika meyaksikan rekontruksi

Masyarakat dan keluarga ketika meyaksikan rekontruksi




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.