Pengamat: Jokowi Lebih Kuasai Materi Debat Senin, 23 Juni 2014 | 17:28
LINTAS PUBLIK- JEMBER, Pengamat politik Universitas Jember, Drs Agung
Purwanto MSi menilai, calon presiden
Joko Widodo lebih menguasai materi dibandingkan Prabowo Subianto dalam debat
capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum, Minggu (22/6) malam.
"Jokowi memberikan pemaparan lebih detail tentang langkah-langkah teknis operasional yang dilakukan, sedangkan Prabowo menonjolkan materi dan penjelasan secara umum saja," kata Agung Purwanto di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (23/6).
Secara umum, lanjut dia, substansi materi yang disampaikan Prabowo dan Jokowi dalam debat calon presiden putaran ketiga bertema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional" tidak banyak perbedaan, namun cara penyampaian dan sudut pandangnya sedikit berbeda.
"Jawaban calon presiden nomor urut dua lebih bervariasi dalam memaparkan gagasan dan menjawab pertanyaan, bahkan mantan Wali Kota Solo itu lebih berani menyampaikan gagasan yang mungkin tidak diduga oleh kubu Prabowo," kata pengajar Ilmu Hubungan Internasional itu.
Menurut dia, komitmen Jokowi mendukung kemerdekaan Palestina sebagai sebuah negara yang diakui secara penuh keanggotaannya di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merupakan sikap tegas dalam menegakkan kemanusiaan.
"Pernyataan Jokowi menunjukkan bahwa masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan yang harus ditegakkan dan kemerdekaannya tidak bisa ditawar-tawar lagi," tuturnya.
Agung menuturkan debat capres bertema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional" seharusnya milik capres nomor urut satu yang dinilai lebih menguasai materi tentang itu, namun Prabowo justru kurang memaksimalkan pengalaman dan pengetahuannya di bidang politik internasional dan militer.
"Kalau masyarakat menengah ke bawah akan melihat bahwa debat capres semalam adalah milik Jokowi karena gagasan dan jawabannya lebih teknis operasional secara detail," kata Kepala Humas dan Protokol Universitas Jember itu.
Hal senada juga disampaikan pengamat politik Universitas Jember lainnya Drs Joko Susilo MSi, yang mengatakan Jokowi jauh lebih baik secara substansi penyampaian materi, meskipun gaya bicaranya yang terlalu "kalem" dan tidak bombastis seperti Prabowo.
"Memang diakui bahwa Prabowo menang secara retorika, namun ia lemah dalam menyampaikan gagasan substansi yang dipaparkan. Seharusnya ia lebih kuat pada isu ketahanan nasional karena capres nomor urut satu itu seorang militer," ucap pengajar hukum internasional itu.
Menurut dia, fenomena sikap Prabowo yang memuji dan sepakat dengan pendapat Jokowi membuktikan bahwa Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu lebih menguasai materi dan dalam tiga kali debat capres, Prabowo terlihat menunjukkan sikap tersebut.
"Kendati demikian, kedua capres memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing dalam menyampaikan gagasannya secara rasional karena paparan yang disampaikan akan menjadi hal yang penting untuk menentukan masa depan Indonesia dalam politik internasional," ujarnya.
Pemilu Presiden yang digelar 9 Juli 2014 diikuti oleh dua pasangan capres dan cawapres yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.ANT/t
"Jokowi memberikan pemaparan lebih detail tentang langkah-langkah teknis operasional yang dilakukan, sedangkan Prabowo menonjolkan materi dan penjelasan secara umum saja," kata Agung Purwanto di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (23/6).
Secara umum, lanjut dia, substansi materi yang disampaikan Prabowo dan Jokowi dalam debat calon presiden putaran ketiga bertema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional" tidak banyak perbedaan, namun cara penyampaian dan sudut pandangnya sedikit berbeda.
"Jawaban calon presiden nomor urut dua lebih bervariasi dalam memaparkan gagasan dan menjawab pertanyaan, bahkan mantan Wali Kota Solo itu lebih berani menyampaikan gagasan yang mungkin tidak diduga oleh kubu Prabowo," kata pengajar Ilmu Hubungan Internasional itu.
Menurut dia, komitmen Jokowi mendukung kemerdekaan Palestina sebagai sebuah negara yang diakui secara penuh keanggotaannya di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merupakan sikap tegas dalam menegakkan kemanusiaan.
"Pernyataan Jokowi menunjukkan bahwa masalah Palestina adalah masalah kemanusiaan yang harus ditegakkan dan kemerdekaannya tidak bisa ditawar-tawar lagi," tuturnya.
Agung menuturkan debat capres bertema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional" seharusnya milik capres nomor urut satu yang dinilai lebih menguasai materi tentang itu, namun Prabowo justru kurang memaksimalkan pengalaman dan pengetahuannya di bidang politik internasional dan militer.
"Kalau masyarakat menengah ke bawah akan melihat bahwa debat capres semalam adalah milik Jokowi karena gagasan dan jawabannya lebih teknis operasional secara detail," kata Kepala Humas dan Protokol Universitas Jember itu.
Hal senada juga disampaikan pengamat politik Universitas Jember lainnya Drs Joko Susilo MSi, yang mengatakan Jokowi jauh lebih baik secara substansi penyampaian materi, meskipun gaya bicaranya yang terlalu "kalem" dan tidak bombastis seperti Prabowo.
"Memang diakui bahwa Prabowo menang secara retorika, namun ia lemah dalam menyampaikan gagasan substansi yang dipaparkan. Seharusnya ia lebih kuat pada isu ketahanan nasional karena capres nomor urut satu itu seorang militer," ucap pengajar hukum internasional itu.
Menurut dia, fenomena sikap Prabowo yang memuji dan sepakat dengan pendapat Jokowi membuktikan bahwa Gubernur DKI Jakarta nonaktif itu lebih menguasai materi dan dalam tiga kali debat capres, Prabowo terlihat menunjukkan sikap tersebut.
"Kendati demikian, kedua capres memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing dalam menyampaikan gagasannya secara rasional karena paparan yang disampaikan akan menjadi hal yang penting untuk menentukan masa depan Indonesia dalam politik internasional," ujarnya.
Pemilu Presiden yang digelar 9 Juli 2014 diikuti oleh dua pasangan capres dan cawapres yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.ANT/t
Tidak ada komentar