Header Ads

Mesin Politik Prabowo-Hatta Kedodoran di 29 Provinsi

LINTAS PUBLIK- Jakarta,  Hasil hitung cepat (quick count) Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 yang dirilis sebagian besar lembaga survei menunjukkan kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) atas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta). Pasangan nomor urut dua mendapat dukungan 52 persen sampai 53 persen pemilih, sedangkan pasangan nomor urut satu sekitar 47 persen atau 48 persen.
Salah satu lembaga survei yang ikut merilis hasil hitung cepat dan menyatakan Jokowi-JK sebagai pemenang adalah Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan di 4.000 tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh Indonesia, Jokowi-JK meraup 52,97 persen suara, sedangkan Prabowo-Hatta 47,03 persen.
Pernyataan sejumlah pakar yang menyebutkan bahwa perolehan suara partai politik (parpol) dalam pemilu legislatif (pileg) tak berbanding lurus dengan dukungan mereka terhadap pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dalam pilpres, terbukti benar. Bahkan, bukan hanya tak berbanding lurus, melainkan menyimpang!
Dalam Pilpres 2014, pasangan Prabowo-Hatta didukung tujuh parpol peserta Pileg 2014, yakni Gerindra, Partai Amanat Nasional, Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Bulan Bintang (tak lolos parliamentary threshold/PT), serta belakangan Partai Demokrat.
Pasangan Jokowi-JK didukung lima parpol, yakni PDI Perjuangan, Partai Nasional Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Hati Nurani Rakyat, serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (tak lolos PT).
Bila melihat hasil Pileg 2014, seharusnya Prabowo-Hatta memenangi pilpres karena ketujuh parpol yang mengusung mereka mendapat 59,11 persen suara, sedangkan kubu Jokowi-JK hanya disokong 40,89 persen suara. Namun--seperti yang disampaikan sejumlah pakar--hasil pileg memang tak berbanding lurus dengan pilpres. Suara yang diraup Prabowo-Hatta justru anjlok, sebaliknya dukungan bagi Jokowi-JK melonjak.
Kemenangan koalisi parpol pengusung Prabowo-Hatta saat pileg di 31 provinsi tak mampu dipertahankan. Dari 33 provinsi, hanya tiga provinsi yang memperoleh suara lebih tinggi dalam pilpres dibanding pileg, yakni Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara. Mesin parpol koalisi kedodoran di 29 provinsi, karena terjadi penurunan perolehan suara saat pilpres.
Dari kemenangan di 31 provinsi dalam pileg, koalisi hanya mampu mempertahankan kemenangan di 11 provinsi, yakni Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, dan Maluku Utara. Provinsi Sumatera Barat menjadi provinsi dengan persentase tertinggi pemberi kemenangan Prabowo-Hatta, yakni 74,27 persen.
Sebaliknya, koalisi parpol pendukung Jokowi-JK yang hanya menang di dua provinsi saat pileg, yakni di Bali dan Kalimantan Tengah, justru mampu melesat dengan menguasai mayoritas suara di 22 provinsi. Persentase kemenangan tertinggi Jokowi-JK tercatat di Sulawesi Barat, yakni 74,61 persen.BS/T

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.