Rumah Purba Yang Kumuh, Sejarah Simalungun Semakin Tertinggal
Tak dapat dibayangkan, siapa lagi kalau bukan masyarakat
Simalungun, atau masyarakat yang peduli terhadap Simalungun, yang seharusnya
menjaga warisan budaya nenek moyangnya. Tapi lain halnya di Kabupaten
Simalungun, warisan budaya yang sunguh sangat mahal harganya kini semakin “dibiarkan”,
bahkan tidak dipedulikan.
Catatan : Tagor Leo Sitohang
Catatan : Tagor Leo Sitohang
Warisan budaya itu ada di Kecamatan Purba, tepatnya di rumah
Bolon Raja Purba. Kini kondisinya sangat-sangat memprihatinkan, Kenapa?,
demikian pasti kita bertanya. Rumah Bolon Raja Purba kebanggaan Kabupaten
Simalungun, khusunya marga Purba ini kini kondisinya semakin memprihatinkan.
Tidak tahu apakah kondisi ini disengaja atau tidak, yang
pastinya ketika keluarga besar Siantar Touring Clud mengunjungi lokasi rumah
bolon Sabtu (23/08/2014) ini kondisi rumah utama (rumah Bolon) kondisinya sudah semakin parah.
Siantar Touring Clud saat mengunjungi Rumah Bolon Raja Purba di Kecamatan purba Kab. Simalungun |
Pertama atap rumah : Kondisi atap rumah yang sudah termakan
usia kondisinya rusak, dan beberapa penyangga dari kayu diikat diatap rumah
yang terbuat dari ijuk. Atap rumah sudah kelihatan kusam, mungkin saja tidak
ada ahli atau paling tidak mengerti merawat rumah bolon ini, sehingga
kondisinya terkesan dibiarkan.
Kedua Tanduk : Istilah tanduk kerbau adalah kembangaan orang
batak pada umumnya, kenapa harus dibanggaan, karena setiap ada pertemuan atau
pesta raja-raja pada masa lalu harus memotong kerbau. Dan itupun bukan kerbau
sembarangan, haruslah kerbau yang benar-benar sehat, dan kalau perlu yang
terbesar, bahkan tergemuk dimasa itu. Ini terlihat dari begitu besarnya
tanduk-tanduk kerbau didalam lokasi rumah Purba, panjanya hampir 2 (dua) meter
lebih. Kondisi tanduk-tanduk itu tidak terurus, dan tempatnya yang seharusnya
rapi berbaris kini kondisinya bergelantungan dan tidak lagi rapi pada
tempatnya.
Indahnya Rumah Bolon Raja Purba. Photo/ Siantar Touring Clud |
Ketiga Pondasi : Pondasi Rumah Bolon yang cukup besar dan
kokoh kini satu persatu semakin rusak, dan ada satu pondasi yang benar-benar
sudah rusak parah. Karena rusak parah kelihatan pondasi itu diganti oleh kayu
sembarang, dan sifatnya hanya keperluan darurat.
Keempat penyangga rumah : Penyangga rumah yang semuanya
terbuat dari kayu-kayu besar kondisinya kelihatan lapuk dan tua, maka kalau
tidak secepatnya diperbaiki dan direnovasi rumah bolon ini akan rubuh, dan
hancur .
Kelima Balai-Balai dan Penerangan : Anehnya walau pengunjung
membayar masuk memberikan ritribusi, tapi penerangan didalam rumah bolon itu
sangat minim sekali, hanya ada penerangan lampu ukuran 15 Watt, yang kondisi
penerangan sangat –sangat minim sekali. Walau balai-balai tempat permain suri
raja itu masik kelihatan rapi, tapi beberapa lantai yang terbuat dari kayu
sudah rusak, alias kayu-kayu tersebut patah-patah, dan patahan ini menembus
lantai bawah tanah, sehingga pengunjung tidak betah dan nyaman melihat kondisi
rumah bolon itu. Rumah bolon itu kini semakin kumuh dan tertinggalkan.
Ke enam Keindahan dan Fasilitas Jorok : Tak dapat dipungkiri
disekitar rumah bolon yang penuh sejarah dan peristiwa itu keindahannya dapat
diajungi jempol, tapi nanti dulu. Jempol..jempol kita akan turung dengan sendirinya
ketika kita melihat fasilitas kamar mandi disekitar rumah bolon itu. Yah..kamar
mandi tempat sesuatu yang seharusnya tidak menjijikan, tapi bila kita masuk
kamar kecil dari pintu masuk maka kita akan diperlihatkan kejorokan dan kondisi
tempat yang benar-benar kumuh, seolah tempat itu bukan tempat sejarah dan
wisata, tapi tempat tersebut layaknya pembuangan sampah dan kotoran manusia,
siapa peduli?.
Melihat kondisi rumah bolon itu yang seharusnya dijaga dan
dilestariakan, kini kondisinya semakin tak berdaya. Akankah
kita hanya sebagai pendengar, atau hanya prihatin, melihat kondisi ini?. Mari
masyarakat Simalungun, Siapapun kita, Mari selamatkan warisan Budaya kita,
Budaya Simalungun yang kita cintai.
Mari Kita Selamatkan Rumah Bolon Raja Purba dari kepunahan.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya, leluhurnya dan
budayanya. Meninggalkan/menghilangkan budaya sama dengan menghilangkan anak
cucunya, sekali lagi ayo, selamatkan budaya kita, Jangan biarkan rumah Bolon
Raja Purba tinggal kenangan.
Tidak ada komentar