SITOR SITUMORANG Nasionalis Sejati Meninggal, Para Tokoh angkat Bicara
Meninggalnya Sitor Situmorang yang pernah menjadi Wartawan, tokoh pergerakan Nasional dan seniman Para Tokoh Nasional di Indonesia Ucapkan Duka :
1. Joko Widodo
Para Tokoh Nasional termasuk Presiden Joko Widodo mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya sastrawan Sitor Situmorang yang tutup usia di Belanda, Minggu (21/12/2014). Hal ini disampaikan Jokowi melalui laman Facebook resmi Ir H Joko Widodo.
"Saya turut bela sungkawa atas wafatnya sastrawan besar nasional, Bapak Sitor Situmorang pada hari Minggu, 21 Desember 2014, yang wafat di Belanda pada usia 91 tahun," tulis Jokowi, Minggu (21/12/2014) malam.
Penyair yang wafat di usia 91 tahun itu pun disebut Jokowi sebagai "seorang Sukarnois". Ini disebabkan peran Sitor yang pernah memimpin Lembaga Kebudayaan Nasional ada 1959-1965.
"Sebuah Lembaga Kebudayaan yang saat itu berada dibawah Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di mana PNI adalah cikal bakal dari PDI Perjuangan," ungkap Jokowi.
Jokowi pun menyebut Sitor memiliki tekad untuk memegang teguh ajaran-ajaran Bung Karno dalam semangatnya berkarya.
"Semangat karya-karyanya menjadi ilham bagi generasi muda saat ini bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang," tulis Jokowi. "Selamat jalan sastrawan besar, Indonesia berterima kasih padamu," lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Sitor merupakan sastrawan angkatan '45 yang lahir pada 2 Oktober 1923 di Harianboho, Sumatera Utara. Dilahirkan dengan nama Raja Usu, Sitor menempuh pendidikan HIS di Balige dan Sibolga, MULO di Tarutung, melanjutkan AMS di Batavia (sekarang Jakarta), kemudian mendalami studi sinematografi di University of California, Amerika Serikat (1956-1957).
Sempat menjadi wartawan sejumlah harian nasional, Sitor kemudian lebih dikenal sebagai sastrawan dengan karya yang penuh makna. Kumpulan cerita pendek "Pertempuran dan Salju di Paris" (1955) mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN untuk prosa yang terbit tahun 1955-1956. Sedangkan kumpulan sajak "Peta Perjalanan: (1976) mendapatkan Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 1978 untuk buku puisi yang terbit tahun 1976-1977.
Di birokrasi dan politik, Sitor pernah menjadi pegawai Jawatan Kebudayaan Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, ketua Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (1959-1965), anggota Dewan Nasional, anggota Dewan Perancang Nasonal, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, dan anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (1961-1962).
2. Rieke Dyah Pitaloka
Penyair Sitor Situmorang meninggal dunia, Minggu, 21 Desember 2014. Sastrawan angkatan 1945 itu menghembuskan napas terakhir di Belanda dalam usia 91 tahun.
"Indonesia tentu sangat kehilangan salah satu putra terbaik bangsa di bidang sastra ini," kata Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDIP, Rieke Dyah Pitaloka, dalam keterangan persnya.
Menurut dia, tak hanya dunia sastra yang kehilangan atas kepergian sang penyair tiga zaman itu. Tapi, juga para kaum nasionalis yang mengenalnya sejak zaman kemerdekaan RI.
"Kabar duka ini tidak hanya memukul dunia sastra di tanah air tapi juga para kaum nasionalis yang tentu sudah banyak mengenal beliau sejak jaman kemerdekaan RI dan juga diri saya," kata politikus PDIP itu.
Rieke mengenang, dia diperkenalkan kepada Sitor oleh JJ Rizal (sejarawan), saat itu masih kuliah di Fakultas Sastra Belanda UI. Sejak itu seminggu sekali dia mendapatkan "kursus gratis" di rumah Sitor di Jalan Besuki Menteng.
"Sitor yang mendorong diri saya menerbitkan "Renungan Kloset". Sitor juga yang memperkenalkan saya dengan Hamzah Fansuri dan Gurindam dua belas," ujarnya.
Rieke lantas mengucapkan selamat jalan atas kepergian sang penyair. "Selamat jalan pak Sitor. Karya-karyamu akan tetap abadi dan menginspirasi semua anak bangsa." kata Rieke
3. Hasto Kristiyanto Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan
Bagi Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, sosok Sitor dianggapnya sebagai sastrawan 45 yang berpengaruh dalam masa perjuangan. Dalam catatan PDIP, pada tahun 1959 sampai dengan 1969, Sitor memimpin Lembaga Kebudayaan Nasional yang merupakan underbow Partai Nasional Indonesia.
"Sitor Situmorang menjabarkan nasionalisme melalui karya sastra yang luar biasa. Seluruh idealisme dan keyakinan politik-kebudayaan yang ditunjukkan Sitor membuatnya lengkap sebagai sosok sastrawan yang memiliki sikap kenegarawanan yang tinggi," papar Hasto dalam pernyataannya, Jakarta, Selasa (23/12/2014).
Hasto banyak berharap pemerintah bisa memberikan perhatian serius terhadap Sitor. Caranya dengan mewujudkan salah satu wasiat yang tertuang di dalam karya Sitor, yakni pulang ke Tanah Air.
"Spirit yang digelorakan Presiden Jokowi agar Indonesia berkepribadian dalam kebudayaan juga disarikan dari perjuangan para sastrawan seperti Sitor Situmorang," jelas Hasto
1. Joko Widodo
Para Tokoh Nasional termasuk Presiden Joko Widodo mengucapkan bela sungkawa atas wafatnya sastrawan Sitor Situmorang yang tutup usia di Belanda, Minggu (21/12/2014). Hal ini disampaikan Jokowi melalui laman Facebook resmi Ir H Joko Widodo.
"Saya turut bela sungkawa atas wafatnya sastrawan besar nasional, Bapak Sitor Situmorang pada hari Minggu, 21 Desember 2014, yang wafat di Belanda pada usia 91 tahun," tulis Jokowi, Minggu (21/12/2014) malam.
Penyair yang wafat di usia 91 tahun itu pun disebut Jokowi sebagai "seorang Sukarnois". Ini disebabkan peran Sitor yang pernah memimpin Lembaga Kebudayaan Nasional ada 1959-1965.
"Sebuah Lembaga Kebudayaan yang saat itu berada dibawah Partai Nasionalis Indonesia (PNI) di mana PNI adalah cikal bakal dari PDI Perjuangan," ungkap Jokowi.
Jokowi pun menyebut Sitor memiliki tekad untuk memegang teguh ajaran-ajaran Bung Karno dalam semangatnya berkarya.
"Semangat karya-karyanya menjadi ilham bagi generasi muda saat ini bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang," tulis Jokowi. "Selamat jalan sastrawan besar, Indonesia berterima kasih padamu," lanjut mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Sitor merupakan sastrawan angkatan '45 yang lahir pada 2 Oktober 1923 di Harianboho, Sumatera Utara. Dilahirkan dengan nama Raja Usu, Sitor menempuh pendidikan HIS di Balige dan Sibolga, MULO di Tarutung, melanjutkan AMS di Batavia (sekarang Jakarta), kemudian mendalami studi sinematografi di University of California, Amerika Serikat (1956-1957).
Sempat menjadi wartawan sejumlah harian nasional, Sitor kemudian lebih dikenal sebagai sastrawan dengan karya yang penuh makna. Kumpulan cerita pendek "Pertempuran dan Salju di Paris" (1955) mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN untuk prosa yang terbit tahun 1955-1956. Sedangkan kumpulan sajak "Peta Perjalanan: (1976) mendapatkan Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 1978 untuk buku puisi yang terbit tahun 1976-1977.
Di birokrasi dan politik, Sitor pernah menjadi pegawai Jawatan Kebudayaan Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, ketua Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (1959-1965), anggota Dewan Nasional, anggota Dewan Perancang Nasonal, anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, dan anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (1961-1962).
2. Rieke Dyah Pitaloka
Penyair Sitor Situmorang meninggal dunia, Minggu, 21 Desember 2014. Sastrawan angkatan 1945 itu menghembuskan napas terakhir di Belanda dalam usia 91 tahun.
"Indonesia tentu sangat kehilangan salah satu putra terbaik bangsa di bidang sastra ini," kata Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDIP, Rieke Dyah Pitaloka, dalam keterangan persnya.
Menurut dia, tak hanya dunia sastra yang kehilangan atas kepergian sang penyair tiga zaman itu. Tapi, juga para kaum nasionalis yang mengenalnya sejak zaman kemerdekaan RI.
"Kabar duka ini tidak hanya memukul dunia sastra di tanah air tapi juga para kaum nasionalis yang tentu sudah banyak mengenal beliau sejak jaman kemerdekaan RI dan juga diri saya," kata politikus PDIP itu.
Rieke mengenang, dia diperkenalkan kepada Sitor oleh JJ Rizal (sejarawan), saat itu masih kuliah di Fakultas Sastra Belanda UI. Sejak itu seminggu sekali dia mendapatkan "kursus gratis" di rumah Sitor di Jalan Besuki Menteng.
"Sitor yang mendorong diri saya menerbitkan "Renungan Kloset". Sitor juga yang memperkenalkan saya dengan Hamzah Fansuri dan Gurindam dua belas," ujarnya.
Rieke lantas mengucapkan selamat jalan atas kepergian sang penyair. "Selamat jalan pak Sitor. Karya-karyamu akan tetap abadi dan menginspirasi semua anak bangsa." kata Rieke
3. Hasto Kristiyanto Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan
Bagi Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, sosok Sitor dianggapnya sebagai sastrawan 45 yang berpengaruh dalam masa perjuangan. Dalam catatan PDIP, pada tahun 1959 sampai dengan 1969, Sitor memimpin Lembaga Kebudayaan Nasional yang merupakan underbow Partai Nasional Indonesia.
"Sitor Situmorang menjabarkan nasionalisme melalui karya sastra yang luar biasa. Seluruh idealisme dan keyakinan politik-kebudayaan yang ditunjukkan Sitor membuatnya lengkap sebagai sosok sastrawan yang memiliki sikap kenegarawanan yang tinggi," papar Hasto dalam pernyataannya, Jakarta, Selasa (23/12/2014).
Hasto banyak berharap pemerintah bisa memberikan perhatian serius terhadap Sitor. Caranya dengan mewujudkan salah satu wasiat yang tertuang di dalam karya Sitor, yakni pulang ke Tanah Air.
"Spirit yang digelorakan Presiden Jokowi agar Indonesia berkepribadian dalam kebudayaan juga disarikan dari perjuangan para sastrawan seperti Sitor Situmorang," jelas Hasto
Tidak ada komentar