Header Ads

Berita Sampah “Tumbangkan” 7 Dosen FKIP HKBP Nommensen Siantar

LINTAS PUBLIK -SIANTAR, Gara – gara berita sampah, seperti dikatakan Ketua Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Siantar – Simalungun, Marolop Panjaitan MPd,  setidaknya 7 dosen FKIP HKBP Nommensen Siantar harus “tumbang” alias kena sanksi, berupa pemberhentian memberikan mata kuliah kepada mahasiswa dan mendapat pembinaan.

Pemberian sanksi tegas itu dibenarkan Dekan FKIP HKBP Nommensen Siantar, Dr Binur Panjaitan MPd, saat disambangi wartawan diruang kerjanya, Jumat (6/2/2015), di jalan Sangnaualuh Siantar.

Kata Dekan, soal pemberian sanksi ini telah dibahas dalam rapat yang dilaksanakan hari ini (Jumat, 6/2/2015). Ketika ditanya soal status ke-7 dosen yang dimaksud, Binur memberitahukan, bahwa 3 diantaranya adalah dosen tetap dan 4 masih berstatus honor di kampus yang dipimpinnya itu.
 
Dr Binur Panjaitan MPd, 
Dekan FKIP HKBP Nommensen Pematangsiantar
Binur juga mengaku kaget dan sama sekali tidak tahu soal adanya penjualan tiket Rp80.000 per mahasiswa untuk mengikuti seminar yang diprakarsai ISPI tersebut. Karena katanya, pihaknya pasti tidak akan mengijinkan mahasiswa untuk mengikuti kegiatan itu, apalagi sampai membuat mahasiswa merasa dirugikan.

“Jujur saja, saya kaget mendengarnya karena saya sangat pro kepada mahasiswa saya,”tegas Binur sambil mengerjakan tugasnya, meleges ijazah.

Kembali dijelaskan Binur, dirinya juga sempat menghadiri acara itu bahkan ikut jamuan makan, di Rumah Makan Panorama Siantar (dulunya rumah makan Garuda), bersama Wakil Wali Kota Siantar, Drs Koni Ismail Siregar, dan Rektor HKBP Nommensen Siantar, Dr Sabam Malau, namun soal kejadian ini dirinya sama sekali tidak tahu.

“Ya namanya juga ada undangan jamuan makan, kan tidak baik ditolak namun soal adanya pengerahan mahasiswa oleh dosennya sampai ada kutipan mengikuti kegiatan ini, ya jelas saya tidak tahu. Dan rektor sendiri bisa jadi tidak tahu masalah ini karena beliau juga diundang untuk menerima ISPI Award,”ujar Binur didampingi KTU FKIP HKBP Nommensen, marga Munte dan beberapa dosen seperti, Osko Sijabat, dan Aprido Simamora.

Menurut Binur, sebenarnya yang namanya kegiatan seminar itu positif dan sah – sah saja siapa yang melaksanakan dan termasuk soal dimana lokasinya, namun maunya jangan ada sampai merugikan peserta seperti mahasiswa dan termasuk lokasinya memang baiknya nyaman bagi peserta.

Ketika ditanya apa hubungan ISPI dengan FKIP HKBP Nommensen Siantar ? Binur menjelaskan, bahwa keberadaan ISPI itu diluar kampus dan anggota ISPI adalah para sarjana pendidikan, namun tidak otomatis semua sarjana pendidikan jadi anggota ISPI. Dalam artian, hanya bagi siapa yang mau saja.

Kedepan kata Binur, pihaknya akan melakukan pengawasan ketat disetiap program studi sehingga para dosen tidak sembarangan lagi mengajak mahasiswa, apalagi sampai merugikan mahasiswa.

Saat diminta tanggapannya, seberapa pentingkah sertifikat bagi peserta seminar karena akhir – akhir ini banyak kegiatan seminar “menjual” sertifikat, apalagi dikalangan guru yang akan mengikuti sertifikasi ? Binur menyebutkan, sertifikat atau bukti mengikuti seminar memang memberikan poin atau nilai untuk proses sertifikasi guru, namun itu bukanlah penentu, namun gol sebuah seminar adalah keberhasilan peserta memahami materi seminar, jadi bukan masalah sertifikatnya.

Seperti diketahui, bahwa kegiatan seminar nasional tentang penulisan jurnal ilmiah yang diprakarsai ISPI Siantar – Simalungun ini dihadiri sekitar 2000-an peserta dan diperkirakan melibatkan sekitar 90 % mahasiswa FKIP HKBP Nommensen Siantar dan anehnya lulusan sarjana pendidikan malah sangat minim dalam kegiatan itu.

Beberapa mahasiswa yang ditemui dilokasi seminar mengaku membeli tiket Rp80.000 yang mana tiket tersebut berasal dari dosen mereka sendiri yang juga ikut terlibat dalam seminar ISPI.

Mahasiswa tersebut mengaku kecewa dengan kegiatan itu karena lokasinya tidak mendukung dan termasuk sarananya sehingga mereka kebanyakan menggosip apalagi karena tidak mendapat bangku.

Kata mahasiswa yang enggan namanya dipublikasikan itu, waktu yang digunakan panitia lebih banyak menjelaskan soal Taman Hewan dan harapan – harapan Wakil Wali Kota Siantar, Koni Ismail Siregar tentang kota Siantar.

“Yang penting ikut ajalah bang karena dosen kami yang mengajak,”ujar mahasiswa tersebut polos.

Yang lebih menghebohkan lagi, ternyata postingan berita dengan judul Modus Seminar, ISPI Siantar - Simalungun "Peras" Mahasiswa  mendapat reaksi dari ketua panitia yang juga ketua ISPI Siantar – Simalungun, Marolop Panjaitan, yang mempertanyakan berita Lintas Publik Online dan menuding berita yang diterbitkan Lintas Publik adalah bohong dan fitnah. Parahnya lagi, komentar Marolop itu telah melakukan kriminalisasi terhadap kebebasan insan pers yang menuding berita yang diterbitkan Lintas Publik adalah berita sampah atau “ RUBISH NEWS"..
Namun anehnya, komentar itu disampaikannya hanya lewat jejaring sosial alias facebook.  Inilah kutipan komentar Marolop Panjaitan menanggapi postingan berita tersebut yang tertera di dinding facebook atas nama Kerja Kerja Kerja.

Kerja Kerja Kerja : bah boha do i ate

Albert Tony Lumban Gaol : Nga maol hu antusi on,,

Kerja Kerja Kerja :  i ma ate, dana sian pak Koni, alai mhsw dikutip 80 rb per orang,,,,

Albert Tony Lumban Gaol  : Ido didok media i!

Antony Sinamo : Wao....tong do songon namasai ateh...sai lalap seminar..hadehh

Kerja Kerja Kerja :  ai na gabe targoar do di barita i parsameanta i,,, apalagi pakai istilah "peras".... so tung gabe kampus pemeras i do na bahaya,,, jala kata "ada dosen" onpe so tung maraprap so magulang na "meraup untung ratusan juta" na dibarita ni koran on,,,

Sirajaoloan Hotang : Ondehhh.... mangtabs nai puank

Marolop Panjaitan : BERITA BOHONG = FITNAH.

Marolop Panjaitan : ADA APA DGN MEDIA ONLINE LINTAS PUBLIK??? 2 HARI YANG LALU BERITANYA MENDUKUNG DAN MENYANJUNG PROGRAM ISPI,, SEKARANG MENYEBARKAN BERITA BOHONG. WOW'.... ADA APA YA?? APAKAH KARENA ............He..he..he..

Marolop Panjaitan : LIHATLAH PARA PESERTA BANYAK YANG FOTO BARENG DENGAN NARASUMBER Dr. M.Rohhmadi, M.Hum. Apakah diwajah mereka ada unsur keterpaksaan??? Let the fact speaks.BACA JUGA  90 % Mahasiswa Di Siantar Copy Paste

Marolop Panjaitan : Pembaca yang cerdas adalah pembaca yang tidak percaya begitu saja atas sebuah pemberitaan. Coba simak kedua berita diatas. Hanya dalam waktu 2 hari saja Media online yang sama menyajikan berita yang sangat kontaproduktif...

Marolop Panjaitan Semoga Media Online "Lintas Publik" tidak ditinggalkan oleh para pembacanya. Tks.

Marolop Panjaitan "Marolop Bilang Didanai Koni" = "BULLSHIT". I NEVER SAY IT.

Marolop Panjaitan "meraup untung ratusan juta" = " RUBISH NEWS". Everybody knows that it's imposible.

Marolop Panjaitan I really realized why they publish "this rubbish news" . A day before they came to me and asked me " bla..bla..bla" and I said "I couldn't fullfill your needs" and the next day "They published this nightmare".Aku benar-benar menyadari mengapa mereka menerbitkan "Berita sampah ini". Sehari sebelum mereka datang kepada saya dan bertanya "bla...bla...bla "dan aku berkata" saya tidak bisa memenuhi kebutuhan Anda "dan hari berikutnya"mereka diterbitkan mimpi buruk ini".

Sebelumnya juga, soal adanya tiket mengikuti seminar nasional ini juga menuai kritikan dari kader Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) kota Siantar, Gerson Simangunsong SKom yang ketepatan mengikuti jalannya seminar itu.

Kata Gerson, pihaknya (GAMKI) tidak menduga kalau kegiatan ini bakal dihadiri mayoritas mahasiswa/i FKIP HKBP Nommensen Siantar dan konyolnya lagi, GAMKI begitu kaget saat mengetahui kegiatan itu harus bayar lewat penjualan tiket kepada mahasiswa/i tersebut.

Alasan mengatakan begitu, kata Gerson, karena GAMKI sendiri mengikuti seminar itu gratis bahkan Wakil Walikota Siantar, Drs Koni Ismail Siregar sendiri yang langsung menyerahkan undangannya kepada pihaknya.

“Satu hari sebelum kegiatan berlangsung, Bapak Wakil Wali Kota tampak sibuk mempersiapkan acara seminar itu seperti menandatangani undangan, mengatur anggotanya untuk mengantar undangan dan termasuk mengarahkan anggotanya untuk mempersiapkan lokasi seperti menyusun bangku. Jadi waktu itu, Pak Koni sangat sibuk mempersiapkan acaranya karena katanya ada juga penyerahan ISPI Award dalam acara tersebut,”ujar Gerson.

Sehingga dalam benak Gerson bersama rekannya GAMKI yang hadir dalam acara itu, bahwa kegiatan itu terbuka untuk umum dan gratis, apalagi lokasinya dipusatkan ditempat terbuka, yaitu Balai Rahmat di jalan MH Sitorus.

Menurut Gerson, sangat wajar jika mahasiswa yang hadir mengeluhkan kegiatan itu karena banyak juga yang tidak dapat kursi, termasuk undangan dari GAMKI sendiri yang terpaksa duduk diakar pohon besar.

“Kan kasihan lihat mahasiswa yang hadir, udah bayar mahal, eh gak dapat tempat duduk pula lagi. Jadi apa yang mereka dapatkan dari seminar itu?, ujar Simangunsong menyayangkan.

Masih kata Gerson, sangat wajar jika mahasiswa banyak datang keacara itu karena dosen mereka juga terlibat dalam ISPI atau kepanitiaan seminar nasional itu.

“Gimanalah psyikoligi seorang mahasiswa, sudah maklumlah kita. Pasti mereka segan menolak arahan dosen mereka yang mengajak menghadiri seminar itu,”ujarnya.(tim)  

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.