Harga Beras Melambung, Sofyan Djalil: Panen Belum Rata
LINTAS PUBLIK - Jakarta, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan
Djalil berkomentar soal tingginya harga beras, khususnya di DKI Jakarta.
Tingginya harga beras disebabkan panen yang belum merata, di beberapa
sentra produksi beras.
"Panen bulan ini belum dan produksi masih terbatas. Maret, April, Mei baru puncak panen," kata Sofyan di Gudang Bulog, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (25/02/2015).
Sofyan mengakui dari beberapa daerah di Indonesia, kenaikan harga beras tertinggi ada di Jakarta dengan presentase kenaikan 25-30%. Namun ada juga beberapa daerah khususnya di Utara Sumatera, yang harga berasnya justru turun.
"Jakarta yang paling tinggi naiknya, ada beberapa yang sudah turun," imbuhnya.
Selain karena belum meratanya musim panen raya, penyebab lain kenaikan harga beras adalah jatah raskin yang tidak dibagikan pada November-Desember 2014.
Menurut Sofyan, seharusnya pada November-Desember 2014 jumlah raskin yang dibagikan sebesar 200.000-300.000 ton. Sementara penyaluran raskin di Januari 2015 baru 4.000, dan Februari 2015 baru 144.000 ton.
"Sehingga di Februari 2015 kita gojlok lagi raskin 300.000 ton," imbuhnya
Hingga kini, menurut Sofyan, jumlah stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 1,4 juta ton. Jumlah itu cukup untuk mengintervensi tingginya harga beras di pasar umum.
"Kenaikan harga beras baru sebulan ini saja menjadi masalah, bulan depan sudah panen. Produksi kita itu tidak surplus sehingga ada bulan tertentu kita paceklik sehingga Bulog harus masuk," paparnya.
Lewat kejadian ini, pemerintah berkomitmen membenahi sektor produksi beras di dalam negeri. Sofyan berharap Menteri Pertanian Amran Sulaiman bisa merealisasikan produksi beras 72 juta ton tahun ini, atau paling lambat tahun depan, sehingga Indonesia bisa berswasembada.
"Secara strategi, tentu meningkatkan produksi dengan tujuan swasembada, tetapi tidak tahun ini, paling cepat tahun depan. Kita perbaiki irigasi yang 52% tidak tertangani, penyediaan bibit, pupuk, itu semua untuk membuat surplus suplai. Kalau semua bagus alsintan (alat mesin pertanian) ada, produksi kita meningkat. Kalau begitu kita surplus," terangnya.Det/t
"Panen bulan ini belum dan produksi masih terbatas. Maret, April, Mei baru puncak panen," kata Sofyan di Gudang Bulog, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelapa Gading, Jakarta, Rabu (25/02/2015).
Sofyan mengakui dari beberapa daerah di Indonesia, kenaikan harga beras tertinggi ada di Jakarta dengan presentase kenaikan 25-30%. Namun ada juga beberapa daerah khususnya di Utara Sumatera, yang harga berasnya justru turun.
"Jakarta yang paling tinggi naiknya, ada beberapa yang sudah turun," imbuhnya.
Selain karena belum meratanya musim panen raya, penyebab lain kenaikan harga beras adalah jatah raskin yang tidak dibagikan pada November-Desember 2014.
Menurut Sofyan, seharusnya pada November-Desember 2014 jumlah raskin yang dibagikan sebesar 200.000-300.000 ton. Sementara penyaluran raskin di Januari 2015 baru 4.000, dan Februari 2015 baru 144.000 ton.
"Sehingga di Februari 2015 kita gojlok lagi raskin 300.000 ton," imbuhnya
Hingga kini, menurut Sofyan, jumlah stok beras yang ada di gudang Bulog mencapai 1,4 juta ton. Jumlah itu cukup untuk mengintervensi tingginya harga beras di pasar umum.
"Kenaikan harga beras baru sebulan ini saja menjadi masalah, bulan depan sudah panen. Produksi kita itu tidak surplus sehingga ada bulan tertentu kita paceklik sehingga Bulog harus masuk," paparnya.
Lewat kejadian ini, pemerintah berkomitmen membenahi sektor produksi beras di dalam negeri. Sofyan berharap Menteri Pertanian Amran Sulaiman bisa merealisasikan produksi beras 72 juta ton tahun ini, atau paling lambat tahun depan, sehingga Indonesia bisa berswasembada.
"Secara strategi, tentu meningkatkan produksi dengan tujuan swasembada, tetapi tidak tahun ini, paling cepat tahun depan. Kita perbaiki irigasi yang 52% tidak tertangani, penyediaan bibit, pupuk, itu semua untuk membuat surplus suplai. Kalau semua bagus alsintan (alat mesin pertanian) ada, produksi kita meningkat. Kalau begitu kita surplus," terangnya.Det/t
Tidak ada komentar