Modus Seminar, ISPI Siantar - Simalungun "Peras" Mahasiswa
Marolop Bilang Didanai Koni
LINTAS PUBLIK - Siantar, Cara Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) cabang Siantar - Simalungun untuk meraup keuntungan patut "ditiru".
Dengan modus kegiatan seminar nasional, ISPI berhasil mengantongi uang ratusan juta rupiah.
Mau tau caranya ? Uang tersebut didapatkan dari hasil penjualan tiket mengikuti seminar tersebut.
Tak tanggung - tanggung, tiket itu dijual Rp80.000 per peserta.
Sedangkan pesertanya adalah kalangan mahasiswa yang 90 persen adalah mahasiswa\i FKIP HKBP Nommensen Siantar dari berbagai jurusan seperti PBS, FMIPA dan FIPS dan FPAK.
Salah seorang peserta yang diminta tanggapannya, br Saragih, mahasiswi FKIP HKBP Nommensen Siantar, Selasa (3\2), menuturkan, para mahasiswa harus membayar untuk mengikuti seminar yang diprakarsai ISPI tersebut dan ada juga dosen yang menyarankan agar mengikutinya.
Masih katanya, mengingat dosen mereka juga terlibat dalam ISPI maka mau tak mau, mereka (mahasiswa\i) membeli tiket seminar tersebut.
"Gimanalah mahasiswa bang, kan takut juga tidak ikut apalagi udah dosen kita yang sarankan,"ujarnya.
Disisi lain, dia juga menyayangkan kegiatan seminar itu karena kurang maksimal apalagi lokasinya dibuat ditempat terbuka yang mana angin bertiup kencang sehingga tidak jelas apa yang dikatakan pembicara.
Harusnya katanya, panitia memillih tempat yang layak dan memperhatikan sound systemnya.
"Jadi kurang paham kita apa yang dikatakan pembicara, padahal materi yang disampaikan sangat berbobot yaitu soal jurnal ilmiah,"katanya.
Meski demikian, dia bersama rekannya yang lainnya tidak terlalu mempersoalkan masalah itu, yang penting sudah nampakkan wajah sama dosen mereka.
Ketika ditanya, siapa dosen yang dimaksud? Mahasiswa yang satu ini enggan menjawab pertanyaan wartawan.
Sementara itu, Ketua ISPI Siantar - Simalungun,
Drs Marolop Panjaitan MPd yang diminta tanggapannya soal pengadaan kegiatan
tersebut, menegaskan, bahwa seminar tersebut terlaksana karena didanai Drs Koni
Ismail Siregar, Wakil Wali Kota Siantar.
"Didanai Koni seminar ini,"katanya tanpa memberitahukan sumber dana lainnya seperti penjualan tiket yang dikeluhkan para mahasiswa tersebut.
Ucapan yang dilontarkan Marolop itu tentu mengagetkan wartawan karena kegiatan itu seakan untuk kepentingan Koni.
Sedangkan Koni yang hendak ditanyai wartawan, ternyata sudah keburu meninggalkan lokasi.
Dilain pihak, Gerson Simangunsong SKom, kader GAMKI Siantar yang juga diundang menghadiri kegiatan itu, menyesalkan adanya pengarahan mahasiswa untuk menghadiri seminar itu.
Gerson juga tidak menyangka ada penjualan tiket mengikuti seminar yang harganya cukup membebani para mahasiswa.
"Saya baru tahu setelah dilokasi. Ada beberapa mahasiswa tampak serius bicarakan soal harga tiket itu. Kalau kami dari GAMKI memang gratis, ntah karena undangan ya??, "ujarnya heran.
Menurutnya, harusnya ISPI tidak membebani para mahasiswa atau peserta dan berlomba memberikan yang terbaik bagi para mahasiswa.
"Harusnya digratiskan lah, namanya juga membantu para generasi muda. Lagian, kalau mahasiswa banyak datang, kan udah turut mensukseskan acara ini. Pokoknya kasihan lah,"ujarnya.
Lanjut Gerson, seminar tadi juga kurang maksimal karena lokasinya tidak mendukung, termasuk sarana pendukungnya.
"Kan bisa lihat sendiri bagaimana kualitas kegiatannya. Banyak yang tidak duduk, jadi bagaimana mau tepat sasaran hasilnya,"ujarnya.
Seperti diketahui, seminar nasional dan penganugerahan ISPI Award 2015 ini diadakan di Balai Rahmat, jalan MH Siantar, Selasa (3\2\2015).tim
LINTAS PUBLIK - Siantar, Cara Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) cabang Siantar - Simalungun untuk meraup keuntungan patut "ditiru".
Dengan modus kegiatan seminar nasional, ISPI berhasil mengantongi uang ratusan juta rupiah.
Mau tau caranya ? Uang tersebut didapatkan dari hasil penjualan tiket mengikuti seminar tersebut.
Tak tanggung - tanggung, tiket itu dijual Rp80.000 per peserta.
Tiket masuk seminar yang dilaksanakan ISPI di Balai Rahmat Siantar. Photo Lintas Publik. |
Sedangkan pesertanya adalah kalangan mahasiswa yang 90 persen adalah mahasiswa\i FKIP HKBP Nommensen Siantar dari berbagai jurusan seperti PBS, FMIPA dan FIPS dan FPAK.
Salah seorang peserta yang diminta tanggapannya, br Saragih, mahasiswi FKIP HKBP Nommensen Siantar, Selasa (3\2), menuturkan, para mahasiswa harus membayar untuk mengikuti seminar yang diprakarsai ISPI tersebut dan ada juga dosen yang menyarankan agar mengikutinya.
Masih katanya, mengingat dosen mereka juga terlibat dalam ISPI maka mau tak mau, mereka (mahasiswa\i) membeli tiket seminar tersebut.
"Gimanalah mahasiswa bang, kan takut juga tidak ikut apalagi udah dosen kita yang sarankan,"ujarnya.
Disisi lain, dia juga menyayangkan kegiatan seminar itu karena kurang maksimal apalagi lokasinya dibuat ditempat terbuka yang mana angin bertiup kencang sehingga tidak jelas apa yang dikatakan pembicara.
Harusnya katanya, panitia memillih tempat yang layak dan memperhatikan sound systemnya.
"Jadi kurang paham kita apa yang dikatakan pembicara, padahal materi yang disampaikan sangat berbobot yaitu soal jurnal ilmiah,"katanya.
Meski demikian, dia bersama rekannya yang lainnya tidak terlalu mempersoalkan masalah itu, yang penting sudah nampakkan wajah sama dosen mereka.
Ketika ditanya, siapa dosen yang dimaksud? Mahasiswa yang satu ini enggan menjawab pertanyaan wartawan.
"Didanai Koni seminar ini,"katanya tanpa memberitahukan sumber dana lainnya seperti penjualan tiket yang dikeluhkan para mahasiswa tersebut.
Ucapan yang dilontarkan Marolop itu tentu mengagetkan wartawan karena kegiatan itu seakan untuk kepentingan Koni.
Sedangkan Koni yang hendak ditanyai wartawan, ternyata sudah keburu meninggalkan lokasi.
Dilain pihak, Gerson Simangunsong SKom, kader GAMKI Siantar yang juga diundang menghadiri kegiatan itu, menyesalkan adanya pengarahan mahasiswa untuk menghadiri seminar itu.
Gerson juga tidak menyangka ada penjualan tiket mengikuti seminar yang harganya cukup membebani para mahasiswa.
"Saya baru tahu setelah dilokasi. Ada beberapa mahasiswa tampak serius bicarakan soal harga tiket itu. Kalau kami dari GAMKI memang gratis, ntah karena undangan ya??, "ujarnya heran.
Menurutnya, harusnya ISPI tidak membebani para mahasiswa atau peserta dan berlomba memberikan yang terbaik bagi para mahasiswa.
"Harusnya digratiskan lah, namanya juga membantu para generasi muda. Lagian, kalau mahasiswa banyak datang, kan udah turut mensukseskan acara ini. Pokoknya kasihan lah,"ujarnya.
Lanjut Gerson, seminar tadi juga kurang maksimal karena lokasinya tidak mendukung, termasuk sarana pendukungnya.
"Kan bisa lihat sendiri bagaimana kualitas kegiatannya. Banyak yang tidak duduk, jadi bagaimana mau tepat sasaran hasilnya,"ujarnya.
Seperti diketahui, seminar nasional dan penganugerahan ISPI Award 2015 ini diadakan di Balai Rahmat, jalan MH Siantar, Selasa (3\2\2015).tim
Tidak ada komentar