Nyanyi Sunyi Budi Gunawan
Siapa Budi
Gunawan? Ada apa dengan Budi Gunawan (BG)? Begitu mungkin pertanyaan
yang menyelimuti benak rakyat Indonesia sebulan terakhir ini hingga
mampu membuat Jokowi pusing, kalang kabut dan menjadi peragu untuk
memutuskan pencalonannya sebagai Kapolri.
Tak hanya Jokowi yang dibuat pusing, masalah BG inipun makin hiruk pikuk dengan terlibatnya KPK, Polri, PDIP, Nasdem hingga TNI memanaskan suasana. Dari pertarungan terbuka Polri – KPK, Tekanan hingga pelecehan PDIP dan Nasdem pada presiden sampai dilibatkannya TNI untuk mensiagakan Kopasus menjaga kantor KPK dari isu penyerbuan Pamen Polri pasca dijadikannya Bambang Wijayanto sebagai tersangka saksi palsu pilkada Kobar.
Namun jika tidak
membatalkan dan menonaktifkan BG maka Jokowi bisa jadi akan berhadapan
langsung dengan rakyat, baik yang dulu mendukung maupun yang tak
mendukungnya. Jika ini terjadi maka kredibilitas Jokowi akan pudar
dimata rakyat apalagi jika dibarengi dengan robohnya KPK karena semua
pimpinannya dijadikan tersangka oleh Polri maka bisa Jokowi akan
dianggap sebagai rezim pemerintahan terburuk sepanjang sejarah
Indonesia.
Namun
satu hal yang pasti, bagaimanapun Jokowi berusaha menghindar dan
mengulur waktu tetap saja suatu saat harus memutuskan nasib BG dan
mungkin juga berimbas pada KPK nanti. Dan semakin lama kasus ini
bergulir dan berlarut – larut makin hilang pulalah kepercayaan rakyat
pada Jokowi dan berubah menjadi kepercayaan bahwa Jokowi adalah seorang
presiden yang peragu.
Tak hanya Jokowi yang dibuat pusing, masalah BG inipun makin hiruk pikuk dengan terlibatnya KPK, Polri, PDIP, Nasdem hingga TNI memanaskan suasana. Dari pertarungan terbuka Polri – KPK, Tekanan hingga pelecehan PDIP dan Nasdem pada presiden sampai dilibatkannya TNI untuk mensiagakan Kopasus menjaga kantor KPK dari isu penyerbuan Pamen Polri pasca dijadikannya Bambang Wijayanto sebagai tersangka saksi palsu pilkada Kobar.
Budi Gunawan |
Namun sepertinya ada
satu hal yang menarik dan luput dari perhatian adalah sikap diamnya Budi
Gunawan saat ini seolah – olah tak mau tahu kehebohan yang terjadi
akibat ditetapkan dirinya jadi calon tunggal Kapolri. BG seolah – olah
menjauh dari pusaran konflik dan memilih duduk manis menonton jalannya
pertarungan KPK – Polri dan kehebohan Jokowi sambil menunggu ujung drama
pencalonannya saat ini. Mediapun seolah – olah juga tak tertarik
memburu info langsung ke BG sebagai pihak yang namanya paling sering
disebut dalam kekisruhan politik dan hukum saat ini. Justru para pemain
figuranlah yang seolah berebut panggung meramaikan pertunjukan dari
mulai orang – orang PDIP, ring satu Jokowi, menteri, wantimpres, tim
independen sampai pengamat yang memang selalu memanaskan suasana.
Padahal sebagai salah
satu aktor utama pertunjukan, BG sangat layak dinantikan pendapat, sikap
dan langkahnya terkait nasib pencalonannya yang berada diujung tanduk.
Namun ibarat sniper atau penembak jitu veteran BG justru memilih diam
membisu sambil mengintai dengan senapan berpeluru mematikan dan hanya
menyiratkan keberadaan dirinya semata. Dalam perang, penembak jitu
adalah sesosok monster mengerikan karena keberadaannya adalah ibarat
cerita mitos antara ada dan tiada. Tak perlu menunjukkan sosoknya tapi
namanya sudah cukup membuat lawan terintimidasi untuk sekedar berjalan
sendirian ataupun membuat langkah ceroboh yang membuat dia masuk dalam
jangkauan bidikan peluru mematikan.
Sebagai penembak jitu,
nama BG sepertinya masih sangat diperhitungkan dan membuat pusing
Jokowi, PDIP dan Nasdem sampai hanya berani digantung nasibnya, tak
jelas apakah bakalan dilantik atau dibatalkan. Jokowi seolah – olah
hanya berani melakukan psywar pada sang sniper via buya Sfafii Ma’arif
dan Kompolnas yang melontarkan isu pembatalan sebagai Kapolri dan
pemilihan calon Kapolri baru sebagai upaya “Taste the water” menunggu
gerakan ceroboh sang sniper sehingga bisa segera dihabisi. Namun sebagai
sniper, BG rupanya telah teruji mental dan daya tahannya sehingga tak
terpancing ikut dalam pusaran konflik secara terbuka dan lebih memilih
melontarkan psywar balasan isu “ Akan membuka kecurangan pilpres 2014
jika gagal dilantik” yang segera menghangatkan suasana karena disebar
luaskan pihak – pihak yang mempunyai agendanya masing – masing selama
konflik berlangsung.
Jalan Buntu Budi Gunawan
Secara nalar sungguh
aneh jika Jokowi tak mampu segera menyelesaikan kisruh Budi Gunawan
hingga berlarut – larut seperti sekarang, Sebagai Polisi bintang 3, akan
sangat mudah sebenarnya bagi Jokowi untuk menonaktifkan BG, tinggal
perintah ke plt Kapolri yang notabene bawahannya dan atasan BG maka
selesai sudah nasib BG. Namun kenyataannya BG memang ibarat sniper,
hanya seorang diri tapi layaknya sosok yang menakutkan bagi Jokowi
karena mampu membuat terror bagi koalisinya untuk balik menekan Jokowi
agar tidak membatalkan pelantikan BG yang akan membuat sang sniper
segera menembak balik mereka satu persatu.
Bahkan sebagai langkah
hati – hati dalam menangani terror mental sang sniper, Jokowi tak segan
– segan bertindak diluar pakem yang berpotensi menurunkan
kewibawaannya. Alih – alih menggunakan kekuasaannya dalam membawahi
polri tapi justru langkah membujuk dan meminta BG mengundurkan diri
karena sudah menjadi tersangka korupsi KPK. Tak hanya sekali, tindakan
yang seharusnya tidak pantas dilakukan oleh presiden ini dilakukan
berkali – kali seperti yang diberitakan oleh media massa. Namun apa
lacur, walaupun presiden sudah berlaku diluar kepantasan BG tetap kukuh
menolak untuk mundur dan seperti menantang Jokowi untuk membatalkan
pelantikannya, sesuatu yang membuat Jokowi gamang dan ragu hingga saat
ini.
Lantas hal apakah yang
mampu membuat BG nekat melawan dan tak mengindahkan permintaan Jokowi
yang notabene adalah atasan yang wajib dia patuhi? Mungkin status
tersangka korupsi KPK adalah jawabannya. Sebagaimana kita ketahui
bersama KPK tak punya kebijakan mengeluarkan SP3 bagi orang yang sudah
dilabeli tersangka korupsi KPK, hanya satu langkah pasti yang harus
ditempuh : menggelar penyidikan, menuntut dan menjadikan sang tersangka
menjadi terdakwa dan menjadi pesakitan korupsi dipengadilan. Apalagi
rekor 100% meng KO lawan – lawannya membuat status tersangka KPK itu
nyaris tak berbeda dengan Narapidana korupsi dan hanya berapa lama vonis
penjara saja sebagai pembeda.
Karena kenyataan
inilah mungkin BG kemudian seperti melihat jalan buntu didepannya, tak
ada langkah mundur karena berarti masuk jurang berupa penjara maupun
belokan untuk menghindar. Yang ada hanya tembok yang dulu kokoh bernama
KPK untuk dihancurkan walau itu berarti harus nekat menjadi seperti
sniper yang dalam diam mengamati sekitar untuk menembak satu persatu
musuh yang perlu dibunuh atau meledakkan granat atau bom bunuh diri jika
diperlukan, mati bersama musuh ataupun kawan yang dianggap berhianat
jika diperlukan, karena bagi BG tak ada pilihan lain saat ini, dia
ataukah para pimpinan KPK yang akan masuk penjara.
Simalakama Jokowi
Kasus Budi Gunawan ini
tak pelak menjadi seperti buah simalakama bagi Jokowi, jika memenuhi
harapan rakyat untuk membatalkan pelantikan dan sekaligus menonaktifkan
BG bisa jadi akan membuat Jokowi berhadapan dengan parpol koalisinya
sekaligus bertaruh akan kebenaran isu bahwa BG akan membuka kecurangan
pilpres 2014. Jika isu ini salah tentu tak mengapa, tapi jika ternyata
isu itu benar tentu akan sangat merepotkan Jokowi, apalagi jika BG nanti
mampu menghantam telak Jokowi yang bisa berujung pada upaya pemakzulan
Jokowi atau setidaknya hilangnya kepercayaan rakyat pada Jokowi.
Penulis |
Tidak ada komentar