Soal ISPI, Dekan FKIP HKBP Nommensen Siantar Harus Ambil Tindakan
LINTAS PUBLIK - SIANTAR, Adanya pengerahan mahasiswa/i FKIP HKBP Nommensen Siantar untuk mengikuti seminar
nasional yang diprakarsai Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Siantar –
Simalungun, kemarin, mendapat perhatian publik kota Siantar.
Yang menjadi masalah, kegiatan yang dibarengi penganugerahaan ISPI Awards 2015 itu, dinilai sangat membebani para mahasiswa/i yang harus membayar Rp80.000/orang agar bisa mengikutinya.
Tidak hanya itu, masyarakat juga mempertanyakan tujuan kegiatan itu yang dianggap bermuatan politis dan kurang bermanfaat bagi mahasiswa sendiri.
“Apa sih gol dari seminar itu? Dan apa manfaatnya bagi mahasiswa? Karena pelaksanaan seminarnya juga kurang maksimal karena diadakan ditempat terbuka. Kalau pun ada disediakan sertifikat oleh ISPI, lalu apa untungnya bagi mahasiswa? Yang cocok menghadiri seminar itu ya para lulusan sarjana lah atau para guru yang mau membuat jurnal ilmiah untuk kenaikan pangkat. Jadi kita sangat heran,”ungkap BS (62), warga jalan Dalil Tani yang mempunyai anak kuliah di FKIP HKBP Nommensen Siantar, menanggapi keterlibatan mahasiswa/i FKIP Nommensen dalam seminar ISPI kemarin, Jumat (6/2).
Lagi – lagi BS menyayangkan kutipan Rp80.000 bagi para mahasiswa yang mengikuti acara tersebut karena untuk membayar uang kuliah saja sudah sulit minta ampun.
Ditegaskannya, masalah ini harus segera disikapi Dekan FKIP HKBP Nommensen Siantar, sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi dikemudian hari.
Harusnya, lanjutnya, di tiket seminar itu ada pengesahan dari pihak Dekan dan kalau boleh acaranya juga diadakan di kampus.
“Kita orang tua ini mau bilang apalagi karena yang ngajak anak kita untuk ikut juga adalah dosen mereka sendiri yang katanya pengurus ISPI juga. Namanya mahasiswa ya segan juga lah kalau tidak ikut karena kawan – kawannya sudah pada mendaftar,”ujarnya kesal.
Tanggapan serupa diutarakan D Manik (54), warga jalan Bali Siantar, meminta pihak FKIP HKBP Nommensen Siantar bertanggungjawab atas adanya kutipan mengikuti seminar itu.
Menurut Manik, pihak Kampus bisa dikatakan telah lalai karena membiarkan pihak ISPI mengajak mahasiswa/i mengikuti seminar, bahkan sampai ada pungutan biaya.
Manik mencium ada bau komersialisasi pada kegiatan seminar itu dan hal itu jelas – jelas sangat disayangkan dan merugikan dunia pendidikan.
“Yang jadi pertanyaan, apa pula hubungan ISPI dengan FKIP Nommensen Siantar? Kenapa ISPI leluasa membawa mahasiswa mengikuti seminar diluar kampus dan harus bayar pula itu? "tanyanya heran.
Manik menilai ISPI sangat pintar mengambil kesempatan dengan melibatkan beberapa tokoh penting dan pejabat untuk memuluskan niat mereka itu.
Lanjutnya, kegiatan ISPI tersebut juga ada indikasi “menjual” figur oknum tertentu, katakanlah seperti Koni Ismail Siregar, Wakil Wali Kota Siantar yang isunya punya niat maju jadi Wali Kota Siantar,”ujarnya.
Saat diminta tanggapannya soal kehadiran Rektor HKBP Nommensen pada acara seminar itu, menurutnya, kehadiran Rektor HKBP Nommensen saat itu sangatlah wajar karena mungkin dia menghormati undangan ISPI dan saat itu juga menerima ISPI Award dari ISPI Siantar – Simalungun.
Namun soal adanya kutipan Rp80.000 lewat penjualan tiket terhadap mahasiswa/i FKIP HKBP Nommensen, bisa saja dia tidak tahu masalah itu.
“Nah, inilah yang harus diklarifikasi pihak FKIP HKBP Nommensen Siantar karena yang dirugikan dalam hal ini adalah orang tua mahasiswa bersangkutan,”ujarnya.tim
Yang menjadi masalah, kegiatan yang dibarengi penganugerahaan ISPI Awards 2015 itu, dinilai sangat membebani para mahasiswa/i yang harus membayar Rp80.000/orang agar bisa mengikutinya.
Tidak hanya itu, masyarakat juga mempertanyakan tujuan kegiatan itu yang dianggap bermuatan politis dan kurang bermanfaat bagi mahasiswa sendiri.
“Apa sih gol dari seminar itu? Dan apa manfaatnya bagi mahasiswa? Karena pelaksanaan seminarnya juga kurang maksimal karena diadakan ditempat terbuka. Kalau pun ada disediakan sertifikat oleh ISPI, lalu apa untungnya bagi mahasiswa? Yang cocok menghadiri seminar itu ya para lulusan sarjana lah atau para guru yang mau membuat jurnal ilmiah untuk kenaikan pangkat. Jadi kita sangat heran,”ungkap BS (62), warga jalan Dalil Tani yang mempunyai anak kuliah di FKIP HKBP Nommensen Siantar, menanggapi keterlibatan mahasiswa/i FKIP Nommensen dalam seminar ISPI kemarin, Jumat (6/2).
Lagi – lagi BS menyayangkan kutipan Rp80.000 bagi para mahasiswa yang mengikuti acara tersebut karena untuk membayar uang kuliah saja sudah sulit minta ampun.
Ditegaskannya, masalah ini harus segera disikapi Dekan FKIP HKBP Nommensen Siantar, sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi dikemudian hari.
Harusnya, lanjutnya, di tiket seminar itu ada pengesahan dari pihak Dekan dan kalau boleh acaranya juga diadakan di kampus.
“Kita orang tua ini mau bilang apalagi karena yang ngajak anak kita untuk ikut juga adalah dosen mereka sendiri yang katanya pengurus ISPI juga. Namanya mahasiswa ya segan juga lah kalau tidak ikut karena kawan – kawannya sudah pada mendaftar,”ujarnya kesal.
Tanggapan serupa diutarakan D Manik (54), warga jalan Bali Siantar, meminta pihak FKIP HKBP Nommensen Siantar bertanggungjawab atas adanya kutipan mengikuti seminar itu.
Menurut Manik, pihak Kampus bisa dikatakan telah lalai karena membiarkan pihak ISPI mengajak mahasiswa/i mengikuti seminar, bahkan sampai ada pungutan biaya.
Manik mencium ada bau komersialisasi pada kegiatan seminar itu dan hal itu jelas – jelas sangat disayangkan dan merugikan dunia pendidikan.
“Yang jadi pertanyaan, apa pula hubungan ISPI dengan FKIP Nommensen Siantar? Kenapa ISPI leluasa membawa mahasiswa mengikuti seminar diluar kampus dan harus bayar pula itu? "tanyanya heran.
Manik menilai ISPI sangat pintar mengambil kesempatan dengan melibatkan beberapa tokoh penting dan pejabat untuk memuluskan niat mereka itu.
Lanjutnya, kegiatan ISPI tersebut juga ada indikasi “menjual” figur oknum tertentu, katakanlah seperti Koni Ismail Siregar, Wakil Wali Kota Siantar yang isunya punya niat maju jadi Wali Kota Siantar,”ujarnya.
Saat diminta tanggapannya soal kehadiran Rektor HKBP Nommensen pada acara seminar itu, menurutnya, kehadiran Rektor HKBP Nommensen saat itu sangatlah wajar karena mungkin dia menghormati undangan ISPI dan saat itu juga menerima ISPI Award dari ISPI Siantar – Simalungun.
Namun soal adanya kutipan Rp80.000 lewat penjualan tiket terhadap mahasiswa/i FKIP HKBP Nommensen, bisa saja dia tidak tahu masalah itu.
“Nah, inilah yang harus diklarifikasi pihak FKIP HKBP Nommensen Siantar karena yang dirugikan dalam hal ini adalah orang tua mahasiswa bersangkutan,”ujarnya.tim
Tidak ada komentar