Karyawan Beber Bobrok Perusahaan, Olagafood Daur Ulang Mi Expired
MEDAN - Hati-hatilah mengonsumsi mi instan produk PT. Olagafood
seperti Alhami, Santremie, mapun Alimi. Belasan karyawan yang
dirumahkan membocorkan bobrok perusahaan yang didirikan Djoesianto Law
ini.
Saat mendatangi Tribun-Medan.com, Selasa (17/3), karyawan menyebut mi instan produksi Olagafood mengandung mi instan yang sudah kedaluwarsa alias expired yang diolah ulang. Tak hanya itu, mi yang jatuh ke lantai, selama proses produksi juga diolah ulang. Pengakuan karyawan Olagafood ini didukung beberapa rekaman video yang mendukung keterangan mereka.
Sayang manajemen PTOlagafood tidak bersedia memberikan konfirmasi atas informasi yang disampaikan karyawannya. Padahal sudah dua hari, Tribun mendatangi kantor maupun pabrik yang berada di Medan dan Tanjungmorawa, Medan.
Sukirmansyah, operator penggorengan, bersama dua belas rekannya mengatakan yang ada di dalam video itu adalah mereka. "Orang yang ada dalam video itu adalah kami yang datang ini. Hal ini sudah kami kerjakan sejak bulan Sepuluh lalu hingga Februari ini. Ini job desk harian yang diberikan atasan kami. Karena saya operator penggorengan jadi saya bisa lihat jelas adonan yang diaduk rekan saya di operator mixer, Sulistio, masuk ke penggorengan yang saya kerjakan," ujarnya.
Sulistio mengamini keterangan Sukirman. Ia bertugas mencampur tepung. "Saya adalah operator mixer-nya, yang mencampur tepung. Saya mencampurkan tepung AA Giling (sebutan tepung giling berasal dari mi expired) dengan tepung segar," katanya. Ia menceritakan sebanyak 15 kg tepung AA Giling pada tiap adonan. "Setiap hari kami membuat 37 adonan. Setiap adonan ini kami masukkan 15 kg tepung AA Giling."
Menurutnya pekerjaan mencampur adonan segar dan tepung AA Giling ini mereka lakukan sudah lima bulan. "Pekerjaan mengaduk ini disuruh saya kerjakan sejak Oktober 2014 hingga Februari 2015. Video yang kami berikan itu kami ambil di antara Oktober 2014 hingga Februari 2015," ujar karyawan yang bergaji Rp 2.196.000 per bulan.
Sulistio menuturkan setelah adonan diaduk, proses selanjutnya adalah perebusan. "Setelah saya aduk, adonan ini akan direbus dan setelah direbus masuk ke penggorengan, nah pas perebusan ini pun kami kerap disuruh memasukkan kembali mi yang hancur atau jatuh ke tempat mesin penggorengan. Padahal kami tahu itu sudah jorok, ya untuk membersihkanya kami siramlah dengan air.
"Lelaki yang sudah bekerja di Olagafood selama 14 tahun ini mengatakan hasil produk dari tepung yang mereka campur ini ada tiga jenis. "Produk yang dicampur dengan tepung AA Giling ini hanya untuk produk yang diedarkan di lokal saja, seperti merk Alhami, Santremie, dan Alimi. Sedangkan yang untuk mi vegetarian dan impor, tepungnya tidak dicampur."
Sulistio mengatakan bahwa mie-mie yang dicampur dengan tepung AA Giling susah untuk dikenali. "Dari pengalaman kami selama ini, untuk mengenali mana yang dicampur dan mana yang tidak dicampur itu susah. Tunggu empat bulan, baru tahu mana produk yang dicampur. Biasanya minya lebih cepat rusak, baunya apek, dan warnanya lebih pucat."
Kenapa mau melakukan pekerjaan seperti ini? Sukirmansyah dan Sulistio mengaku terpaksa karena hanya pekerja dan takut dipecat. "Waktu kita mendapat perintah melakukan pekerjaan ini, saya dan teman pernah tanya kenapa demikian. Atasan saya hanya menjawab,' Kerjakan aja ini adalah perintah dari atas.' Karena kami takut dipecat akhirnya kami kerjakanlah."
Kenapa baru sekarang mau mengungkap bobrok Olagafood ? Sukirman mengatakan selama ini mereka sebenarnya sudah ingin menceritakan masalah ini kepada yang berwajib.
"Kami dari awal sudah gerah dengan masalah ini. Cuma karena kami tidak tahu mau ke mana, makanya bisa lama begini. Syukurlah kami ketemu sama bang Nur Sopian dari Serikat Buruh Republik Indoensia. Setelah berkonsultasi, kami akhirnya memutuskan mendatangi Tribun Medan. Kami juga sudah melapor ke Badan Pengawas Obat dan Makanan di Medan. Di sana kami disambut bidang pelayanan dan katanya mereka akan menyelidiki pengaduan kami ini," katanya.
Hingga berita ini diterbitkan, manajemenOlagafood tidak bersedia memberikan konfirmasi.Trbn/t
Saat mendatangi Tribun-Medan.com, Selasa (17/3), karyawan menyebut mi instan produksi Olagafood mengandung mi instan yang sudah kedaluwarsa alias expired yang diolah ulang. Tak hanya itu, mi yang jatuh ke lantai, selama proses produksi juga diolah ulang. Pengakuan karyawan Olagafood ini didukung beberapa rekaman video yang mendukung keterangan mereka.
Sayang manajemen PTOlagafood tidak bersedia memberikan konfirmasi atas informasi yang disampaikan karyawannya. Padahal sudah dua hari, Tribun mendatangi kantor maupun pabrik yang berada di Medan dan Tanjungmorawa, Medan.
Sukirmansyah, operator penggorengan, bersama dua belas rekannya mengatakan yang ada di dalam video itu adalah mereka. "Orang yang ada dalam video itu adalah kami yang datang ini. Hal ini sudah kami kerjakan sejak bulan Sepuluh lalu hingga Februari ini. Ini job desk harian yang diberikan atasan kami. Karena saya operator penggorengan jadi saya bisa lihat jelas adonan yang diaduk rekan saya di operator mixer, Sulistio, masuk ke penggorengan yang saya kerjakan," ujarnya.
Sulistio mengamini keterangan Sukirman. Ia bertugas mencampur tepung. "Saya adalah operator mixer-nya, yang mencampur tepung. Saya mencampurkan tepung AA Giling (sebutan tepung giling berasal dari mi expired) dengan tepung segar," katanya. Ia menceritakan sebanyak 15 kg tepung AA Giling pada tiap adonan. "Setiap hari kami membuat 37 adonan. Setiap adonan ini kami masukkan 15 kg tepung AA Giling."
Menurutnya pekerjaan mencampur adonan segar dan tepung AA Giling ini mereka lakukan sudah lima bulan. "Pekerjaan mengaduk ini disuruh saya kerjakan sejak Oktober 2014 hingga Februari 2015. Video yang kami berikan itu kami ambil di antara Oktober 2014 hingga Februari 2015," ujar karyawan yang bergaji Rp 2.196.000 per bulan.
Sulistio menuturkan setelah adonan diaduk, proses selanjutnya adalah perebusan. "Setelah saya aduk, adonan ini akan direbus dan setelah direbus masuk ke penggorengan, nah pas perebusan ini pun kami kerap disuruh memasukkan kembali mi yang hancur atau jatuh ke tempat mesin penggorengan. Padahal kami tahu itu sudah jorok, ya untuk membersihkanya kami siramlah dengan air.
"Lelaki yang sudah bekerja di Olagafood selama 14 tahun ini mengatakan hasil produk dari tepung yang mereka campur ini ada tiga jenis. "Produk yang dicampur dengan tepung AA Giling ini hanya untuk produk yang diedarkan di lokal saja, seperti merk Alhami, Santremie, dan Alimi. Sedangkan yang untuk mi vegetarian dan impor, tepungnya tidak dicampur."
Sulistio mengatakan bahwa mie-mie yang dicampur dengan tepung AA Giling susah untuk dikenali. "Dari pengalaman kami selama ini, untuk mengenali mana yang dicampur dan mana yang tidak dicampur itu susah. Tunggu empat bulan, baru tahu mana produk yang dicampur. Biasanya minya lebih cepat rusak, baunya apek, dan warnanya lebih pucat."
Kenapa mau melakukan pekerjaan seperti ini? Sukirmansyah dan Sulistio mengaku terpaksa karena hanya pekerja dan takut dipecat. "Waktu kita mendapat perintah melakukan pekerjaan ini, saya dan teman pernah tanya kenapa demikian. Atasan saya hanya menjawab,' Kerjakan aja ini adalah perintah dari atas.' Karena kami takut dipecat akhirnya kami kerjakanlah."
Kenapa baru sekarang mau mengungkap bobrok Olagafood ? Sukirman mengatakan selama ini mereka sebenarnya sudah ingin menceritakan masalah ini kepada yang berwajib.
"Kami dari awal sudah gerah dengan masalah ini. Cuma karena kami tidak tahu mau ke mana, makanya bisa lama begini. Syukurlah kami ketemu sama bang Nur Sopian dari Serikat Buruh Republik Indoensia. Setelah berkonsultasi, kami akhirnya memutuskan mendatangi Tribun Medan. Kami juga sudah melapor ke Badan Pengawas Obat dan Makanan di Medan. Di sana kami disambut bidang pelayanan dan katanya mereka akan menyelidiki pengaduan kami ini," katanya.
Hingga berita ini diterbitkan, manajemenOlagafood tidak bersedia memberikan konfirmasi.Trbn/t
Tidak ada komentar