Mengenaskan, Ada Kelas Three in One di Medan
LINTAS PUBLIK - MEDAN - Satu kelas digabung menjadi satu atau disebut kelas Two in One, meski tidak lazim, sudah jamak dijumpai di Medan.
Namun di SD yang satu ini, kelaziman ini lebih menukik tajam. Bukan
cuma dua, tapi tiga digabung jadi satu. Kelas I, II, dan III digabung
dalam satu ruangan dan diajar oleh tiga guru.
Kelas "Three in One" ini terjadi di SD PAB TI di Jl Brayan Bengkel, Medan, Sumut.
Padahal sekolah ini ada di tengah kota dan di pinggir jalan besar. Namun, bangunan sekolah masih sangat memprihatinkan. Hanya berdinding kayu dan dan masih mengandalkan penerangan dari sinar matahari.
"Kalau hujan ruangan kelas ya gelap," ujar Nani, Wakil Kepala Sekolah di SD ini, Kamis (26/3/2015).
Nani bercerita SD ini hanya tiga ruangan. Kelas I, II, dan III digabung dalam satu kelas. Kelas IV dan V digabung satu kelas. Sedangkan ruangan kelas VI dibagi dua, untuk ruang belajar dan ruang guru.
"Guru di sini hanya lima orang," terang Nani
Satu guru, tambah Nani, bisa mengajar di dua kelas sekaligus. Misalnya kelas IV dan V yang digabung diajar oleh satu kelas. Ada juga guru yang mengajar di ruangan berbeda sekaligus.
Nani misalnya. Kemarin ia mengajar di kelas I, setelah memberi tugas ia pindah ke ruangan sebelah yang berisi siswa kelas VI. Sekitar 10 menit mengajar di kelas VI, ia kembali lagi ke ruangan sebelahnya untuk memeriksa tugas siswa kelas I.
Sebagian besar siswa berasal dari keluarga tergolong tidak mampu. Banyak siswa yang menunggak uang sekolah karena memang berasal dari keluarga tidak mampu. Bahkan ada siswa yang tinggal di kawasan Yon Zipur Helvetia berjalan kaki pulang-pergi untuk menuju sekolah. Pasalnya hanya di sekolah ini yang uang sekolahnya murah, Rp 20 ribu per bulan dan bisa menunggak beberapa bulan.
Tak heran jika rencana sekolah untuk memperbaiki ruang kelas atau menambah ruang kelas masih sebatas angan.Trbn/t
Kelas "Three in One" ini terjadi di SD PAB TI di Jl Brayan Bengkel, Medan, Sumut.
KELAS I, II, dan III digabung satu kelas dan diajar tiga guru |
Padahal sekolah ini ada di tengah kota dan di pinggir jalan besar. Namun, bangunan sekolah masih sangat memprihatinkan. Hanya berdinding kayu dan dan masih mengandalkan penerangan dari sinar matahari.
"Kalau hujan ruangan kelas ya gelap," ujar Nani, Wakil Kepala Sekolah di SD ini, Kamis (26/3/2015).
Nani bercerita SD ini hanya tiga ruangan. Kelas I, II, dan III digabung dalam satu kelas. Kelas IV dan V digabung satu kelas. Sedangkan ruangan kelas VI dibagi dua, untuk ruang belajar dan ruang guru.
"Guru di sini hanya lima orang," terang Nani
Satu guru, tambah Nani, bisa mengajar di dua kelas sekaligus. Misalnya kelas IV dan V yang digabung diajar oleh satu kelas. Ada juga guru yang mengajar di ruangan berbeda sekaligus.
Nani misalnya. Kemarin ia mengajar di kelas I, setelah memberi tugas ia pindah ke ruangan sebelah yang berisi siswa kelas VI. Sekitar 10 menit mengajar di kelas VI, ia kembali lagi ke ruangan sebelahnya untuk memeriksa tugas siswa kelas I.
Sebagian besar siswa berasal dari keluarga tergolong tidak mampu. Banyak siswa yang menunggak uang sekolah karena memang berasal dari keluarga tidak mampu. Bahkan ada siswa yang tinggal di kawasan Yon Zipur Helvetia berjalan kaki pulang-pergi untuk menuju sekolah. Pasalnya hanya di sekolah ini yang uang sekolahnya murah, Rp 20 ribu per bulan dan bisa menunggak beberapa bulan.
Tak heran jika rencana sekolah untuk memperbaiki ruang kelas atau menambah ruang kelas masih sebatas angan.Trbn/t
Tidak ada komentar