Header Ads

Merrill J Fernando Dan Cerita Keistimewaan Teh Dilmah

Revolusi tidak terjadi dalam semalam. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk melakukan sebuah perubahan. Bagi seorang Merrill J Fernando, upayanya mendobrak kultur lama industri teh memakan waktu hingga empat dekade. Sekitar 34 tahun, pendiri perusahaan teh Dilmah itu berjuang agar pengusaha kecil bisa memproduksi, mengemas dan menjual sendiri teh asal negaranya.

Sejak remaja, Fernando sudah dekat dengan dunia teh. Menyaksikan para pemetik teh bekerja adalah pemandangan yang biasa untuk Fernando. Rupanya hal ini menumbuhkan rasa penasaran mendalam terhadap industri teh.
Merrill J Fernando

“Saya mengagumi dedikasi para pemetik teh. Hal itu sangat berkesan bagi saya. Saya jadi dekat dengan industri teh,” kata Fernando, dalam sebuah wawancara di Hotel JW Marriot, Selasa (24/3/2015).

Kedekatannya dengan industri teh membukakan jalan kepada Fernando untuk mengeyam pendidikan sebagai pencicip teh di pusat teh dunia saat itu, yaitu London, Inggris Raya. Kesempatan emas itu tidak disia-siakan oleh Fernando. Selain mengasah ketajaman lidah terhadap berbagai macam jenis teh, Fernando juga mempelajari teknik pencampuran teh, branding dan pemasarannya.

Pendidikan di London itu membuka mata Fernando. Bahwa teh yang dibeli oleh pengusaha dari negaranya justru dicampur dengan teh dari negara lain, kemudian dikemas dan diberi merek salah satu produsen teh asal Inggris. Fernando kemudian mendapati kenyataan bahwa teh Ceylon asal negaranya itu dibeli dari petani teh dengan harga yang sangat murah. Sementara di sisi lain, pengusaha menjual ke konsumen dengan harga yang tinggi. Padahal, teh Ceylon asal negaranya merupakan teh dengan kualitas terbaik di dunia.
“Tahun 1954 saya mempunyai mimpi. Saya berpikir untuk memiliki brand sendiri.Memberikan teh dengan kualitas terbaik kepada konsumen dan sekaligus menjadikan para petani teh lebih sejahtera,” imbuh Fernando.

Selama berpuluh-puluh tahun, Fernando berusaha mewujudkan mimpinya tersebut. 34 tahun kemudian, impian itu pun menjadi kenyataan. Ia memperkenalkan teh ceylon yang ditanam, dipetik, diolah, dikemas dan yang terpenting dicantumkan negara asal teh, yaitu Sri Lanka. Dilmah, merek teh ceylon produksi Fernando diambil dari nama dua putranya, yaitu Dilhan dan Malik.

Tentunya, Fernando tidak sekejap mata mereguk keberhasilan. Perusahaan besar yang risih dengan revolusi yang dilakukan Fernando menyebut bisnisnya tidak akan berhasil. Para perusahaan besar tersebut melakukan berbagai macam cara agar revolusi yang dilakukan oleh Fernando tidak berjalan.

“Saya mendekati pers di Australia dan New Zealand dan menekankan bahwa teh kehilangan integritasnya ketika jadi komoditas. Dimana asal teh dianggap tidak penting untuk dicantumkan di kemasan. Hal itu tidak benar. Saya perkenalkan Dilmah dan menuliskan di kemasan bahwa Dilmah adalah single origin tea (teh yang tidak dicampur). Saya memberikan teh dengan kualitas terbaik,” ujarnya.

Aksi para perusahaan besar terhadap peluncuran Dilmah, lumayan membuat Fernando kewalahan. Ia kehilangan banyak uang lantaran perusahaan teh besar menurunkan harga jual mereka. Namun penggemar teh di Australia dan New Zealand rupanya sudah mengenal baik teh Ceylon, sehingga mereka tetap setia memilih Dilmah.

“Dilmah adalah sebuah pembelajaran penting. Bahwa kami bisa membuat brand global dengan integritas. Yang saya lakukana dalah merubah kultur industri teh. Teh petani dihargai secara wajar,” kata Fernando.

Bertahan selama 25 tahun
Dalam 25 tahun perjalanannya di industri teh dunia, Dilmah masih dinilai sebagai kompetitor yang patut diwaspadai. Bahkan sejumlah perusahaan teh besar masih melancarkan usaha untuk membeli Dilmah dari Fernando. Akan tetapi, Fernando memilih mempertahankan apa yang sudah ia bangun. Ia memiliki kekhawatiran, perpindahan kepemillikan dapat meruntuhkan revolusi yang telah ia perjuangkan.
Fernando mengungkapkan kunci keberhasilannya membangun kerajaan bisnis teh adalah kualitas dan kesegaran dari teh Dilmah.

“Strategi saya sangat sederhana: integritas, kualitas, kejujuran dan kesegaran. Hal itu yang tidak ditawarkan oleh brand lainnya, kecuali Dilmah,” Fernando berbagi strategi yang digunakannya dalam membangun Dilmah.

Keberhasilan Fernando tidak hanya dinikmatinya seorang diri. Sejak awal dibangun, Fernando memiliki komitmen menjadikan Dilmah sebagai perusahaan yang berbasis pada kemanusian. Maka dari itu, keuntungan dari Dilmah, dialokasikan untuk kegiatan amal di bawah bendera MJF Charitable Foundation.
“Dari awal saya berjanji bahwa keuntungan akan saya bagi ke komunitas dan orang miskin,” ujar Fernando.

Saat ini, Fernando telah menyerahkan tongkat estafet bisnis Dilmah kepada anaknya Dilhan. Sementara putra Fernando lainnya, yaitu Malik mengurusi bisnis lainnya di bidang perhotelan. Sebagai pendiri Dilmah, Fernando tidak lantas hanya bersantai di rumah menikmati kesuksesannya. Ia justru masih giat datang ke kantor. Kehadirannya di kantor Dilmah di Peliyagoda, Sri Lanka selain untuk bekerja juga untuk memberikan inspirasi kepada para pekerjanya.

Sementara di hari libur, Fernando gemar mendengarkan musik klasik dan bermain poker. Ia pun menikmati perjalanan rutinnya ke Inggris dan Australia.

Ditanya soal mimpi lain yang belum terwujud, Fernando menjawab dengan rendah hati. Tidak seperti kebanyakan pengusaha yang menginginkan agar perusahaannya menjadi besar, Fernando malah ingin terus menjadi perusahaan teh terbaik di dunia yang memberikan teh berkualitas kepada konsumen. Menurut Fernando, dengan memberikan yang terbaik kepada konsumen, secara otomatis perusahaan akan menjadi besar.
 
“Semua orang menjadi sukses kalau dia berharap tidak terlalu tinggi, namun hanya pada level tertentu saja. Selain itu orang yang ingin sukses juga harus mempunyai komitmen total, dedikasi dan ketekunan untuk mengikuti impiannya. Kalau gagal, jadikan itu pelajaran. Kalau jatuh lagi, berusaha lagi. Lalu kali ketiga, kamu pasti akan sukses,” pesan Fernando.sp/T

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.