Header Ads

Ketua DPR RI Setya Novanto Didesak Menyampaikan Permohonan Maaf

Setya Novanto
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Ketua DPR RI Setya Novanto didesak menyampaikan permohonan maaf  kepada Gereja, LSM yang berlindung di bawah Gereja serta masyarakat NTT. Pasalnya, Novanto sudah mengeluarkan pernyataan  dinilai melukai Gereja dan masyarakat NTT.

Sebelumnya, Novanto mengungkapkan bahwa "Daerah ini kaya mangan, marmer, emas, dan pasir besi. Namun saat investor hendak mengelola potensi sumber daya alam selalu ada penolakan dari LSM yang berlindung di bawah gereja.

Karena itu, gereja sebagai elemen penting dalam pembangunan di NTT, harus memberi pencerahan kepada masyarakat termasuk LSM agar menerima investor yang memiliki niat baik membangun daerah ini," (Kupang, 26/2).

Desakan permohonan maaf ini disampaikan oleh Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Tambang untuk NTT dalam acara konferensi "Novanto Melukai Gereja dan Masyarakat NTT" di Kantor Jaringan Anti Tambang (Jatam), Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (8/3).

Dalam konferensi pers ini hadir sebagai pembicara Umbu Wulang T. Paranggi (Direktur Kampanye Publik Jatam), Yons Wilfirdus Ebit (Koordinator Divisi Kaderisasi Formadda NTT), Valens Dulmin (JPIC-OFM), Arman Suparman (Inisiator Petisi Desak Novanto Minta Maaf), dan Edo Rokhman (Walhi),

"Kami yang tergabung dalam Koalisi merasa terluka dengan pernyataan Novanto yang tidak tahu diri dengan menuding dan menyudutkan gereja, LSM dan masyarakat NTT sebagai penyebab kegagalan di NTT karena menolak investor tambang.

Padahal, Novanto adalah wakil rakyat NTT yang harus mengetahui kebutuhan riil rakyat NTT. Novanto harus belajar banyak Gereja dan tentang masyarakat NTT," ujar Yons Wilfridus Ebiet saat menyampaikan sikap Koalisi dalam konferensi pers.

Ebit mendesak Novanto untuk harus mengklarifikasi pernyataannya. Novanto, katanya harus menjelaskan mengapa dia mengeluarkan pernyataan seperti itu dengan argumentasi-argumentasi yang menunjang pernyataannya, Gereja dan LSM yang mana dimaksudnya,

"Novanto harus meminta maaf kepada Gereja dan Masyarakat NTT serta mencabut kembali pernyataannya. Sebagai bentuk permohonan maaf, Novanto yang juga menjadi salah satu pemain tambang di NTT, segera menghentikan berbagai aktivitas pertambangan yang dijalankan perusahaannya," tegasnya.

Sementara Edo Rokman dari Walhi juga kecewa terhadap pernyataan Novanto. Menurutnya, pernyataannya adalah pukulan besar bagi warga NTT pada umumnya dan organisasi masyarakat penolak tambang pada khususnya.

"Kami pun mencurigai, beliau sengaja mengeluarkan pernyataan tersebut untuk mengganggu kekuatan LSM dan Lembaga gereja yang selama ini bergandengan tangan menolak kehadiran tambang. Kekacauan Gereja dan LSM-LSM adalah peluang bagi Novanto untuk terus menggalakkan investasi tambang di NTT," terang Edo.

Bukan Tanpa Alasan

Peneliti JPIC-OFM Valens Dulmin dan Direktur Kampanye Publik Jatam Umbu Wulang T. Paranggi mengungkapkan bahwa Gereja, LSM dan masyarakat NTT menolak tambang bukan tanpa alasan.  Valens menilai tambang di NTT telah terlihat sebagai investasi perusak, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Tambang, katanya justru menghambat laju pembangunan.

"Tambang terbukti telah menimbulkan kerusakan lingkungan atau ekologis. Bahkan kebanyakan tambang di NTT dilakukan  di daerah  hutan lindung. Tambang juga dapat meracuni air bersih, menyebabkan polusi udara, merusak hutan dan lahan pertanian serta ekosistem alam," papar Valens.

Sementara Umbu menilai pertambangan di NTT telah menimbulkan persoalan persediaan air bersih, pangan, energi dan persoalan sosial-budaya. Dalam konteks persedian air, NTT, katanya terkenal dengan dengan kekuarangan air dan kehadiran tambang jelas memperparah persoalan.

"Di mana-mana, tambang sangat tidak bersahabat dengan air. Di mana ada tambang, di sana hilangnya mata air dan terjadinya kegersangan. Maka, menolak kehadiran tambang adalah harga mati," tegasnya.

Tambang juga , tambahnya, menyebabkan terjadi persoalan sosial-budaya. Pasalnya, tambang di NTT sering mencaplok tanah ulayat masyarakat adat, memaksa rakyat NTT yang umumnya berkerja sebagai petani dan peternak menjadi buruh tambang, dan konflik di tengah masyarakat

"Tambang telah memecah belah kerukunan dalam kelompok masyarakat, karena di sana, selalu ada yang pro dan kontra akan kehadiran tambang. Bahkan yang pro tambang sebenarnya karena telah terlanjur mendapat kenikmatan sesaat dari tambang," tuturnya.

Sebagai dikatahui, sejak Novanto mengeluarkan pernyataan yang mengecam Gereja dan LSM karena tolak tambang, banyak tokoh, elemen  masyarakat dan Gereja mengkritik pernyataan Novanto. Tidak hanya mengkritik pernyataannya, tetapi sudah beredar petisi yang mendesak Novanto menyampaikan permohanan maaf.

"Kami membuat petisi ini sebagai bagian dari gerakan publik agar Novanto mengetahui kebutuhan real masyarakat NTT dan alasan Gereja dan LSM menolak tambang di NTT.

Sudah ada 200 lebih yang menandatangi petesi ini dengan berbagai alasan. Bahkan ada desak Novanto mundur dari DPR RI yang mewakili NTT. Hasil petisi akan diberikan kepada Novanto," tutur salah satu inisiator petisi yang bekerja di Floresa Institute Arman Suparman.

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Tolak Tambang di NTT yang berasal dari JPIC-OFM Indonesia, JPIC-OFM Timor, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT, Angkatan Muda Anti Korupsi (AMAK) NTT, Forum Pemuda NTT Penggerak Keadilan dan Perdamaian (Formadda NTT), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STKIP Ruteng, Forum Pemberantasan Anti Mafia Pendidikan NTT (Forsaming NTT), Save NTT, Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) dan Komite Masyarakat Ngada Jakarta (Komas Ngada Jakarta).SP/t

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.