Universitas Negeri Siantar (UNSTAR) Dan Calon Walikota
Catatan : Tagor Leo Sitohang, SH
Saat ini masyarakat Siantar sedang menunggu sosok tokoh yang
dapat mewujudkan Siantar kota modern, metropolitan dan tentunya kota yang mensejahterakan.
Tapi siapa tokoh itu?. Melihat besarnya minat masyarakat yang ingin dan menginginkan
walikota Pematangsiantar yang memiliki
visi misi yang benar-benar tulus tampaknya tidak dapat diukur dari apa yang ada
pada dirinya, apalagi saat ini kota Siantar sedang mengarah kepada kota yang
tak jelas?
Kita harapkan para tokoh Siantar yang saat ini
telah berhasil diperantauannya, baik berhasil menjadi pengusaha, birokrat dan
Profesional ,hendaklah turut, datang dan
kembali ke Siantar memberikan kontribusi pemikiran, dana dan Usaha, untuk kemajuan kota Siantar yang kita cintai
ini, paling tidak 5 (lima) tahun ke depan kita dapat melihat serta mewujudkan
Universitas Negeri Siantar (UNSTAR) atau Universitas H.Adam Malik (UNHAM),
sebagai wujud dan mewujudkan kota Siantar adalah kota pendidikan, yang nantinya
dapat menempah dan menjadikan pemimpin-pemimpin bangsa, untuk Indonesia, khsusus pemimpin masa depan kota Siantar yang lebih
bermakna,berwibawa dan sejahtera, mungkin saja semua itu bisa terwujud oleh walikota Pematangsiantar yang ke 18, semoga.***
Ini dapat kita lihat konsep walikota yang saat ini menjabat,
jauh dari harapan masyarakat. Sebelumnya,
walikota yang katanya mampu mendatang ratusan investor untuk membangun kota
Siantar nampaknya melangkah tanpa “jejak” pembangunan .
Ilustrasi Universitas Negeri Siantar |
Mimpi demi mimpi, cita-cita demi cita, harapan masyarakat
untuk mewujudkan kota Siantar yang modern
tidak terlihat, apalagi menonjolkan kemajuan. Dan angin keberhasilan itu
belum dirasakan masyarakat sampai saat ini. Harapkan masyarakat untuk mewujudkan
Siantar yang modern ini kelihatan hanya angan-angan belaka. Nampaknya benar
juga kata Jokowi, kita harus revolusi mental.
Ya, menjadi pemimpin itu kan bukan hanya pintar bernyanyi,
tapi harus bisa menciptakan lagu, bahkan mengubah lagu, dari lagu slow ke lagu
rock, sesuai irama perkembangan jaman. Artinya bila seseorang itu menjadi
walikota dan menguasai pembangunan kota, pastilah dia harus mampu merubah wajah
kota lebih baik, dan bukan justru merusak kota, dan akhirnya keadaan kota
berantakan menentu.
Penting diketahui,
Siantar atau kota Pematangsiantar adalah
kota terbesar nomor 2 (dua) di Sumatera Utara setelah kota Medan, mungkin saja
dapat menjadi kota terbesar pertama kalau ada pemimpin yang berkwalitas, tapi
apa mau dikata, semua mimpi Siantar menjadi kota maju dan modern hanya isapan
jempol belaka.
Jangankan menjadi kota
nyaman dan sejahtera, Siantarpun kini tidak lagi aman untuk ditingali,
hari-hari masyarakat Siantar kemalingan sepeda motor, dan akhirnya pelaku
kejahatanpun dapat menjangkau dan mencuri sepeda motor Lingga Napitupulu
seorang tokoh Siantar yang juga ketua partai dan mantan ketua DPRD Siantar,
sepeda motornya hilang didepan rumahnya. Kehilangan sepeda motor itu Dr. Maya
Damanik istri Lingga Napitupulu mengungkapkan emosinya dalam akun jejaring
sosialnya, bahwa Siantar tidak aman
lagi. Separah itukah Siantar saat ini?.
Tapi kelihatan ada benarnya, pemimpin Siantar saat ini
kurang peduli terhadap kenyamanan rakyatnya, sehingga rakyat mencari jalannya
sendiri. Masyarakat Siantar kecewa terhadap kepemimpinan saat ini, kekecewaan
itu juga ditunjukan anak Siantar yang tinggal diperantauan melalui jejaring
sosial face book.
Untuk memperbaiki
selokan saja pemerintah yang menjabat saat ini tidak mampu, karena bila hujan turun, kota Siantar dilanda
banjir, sama seperti situasi Jakarta saat ini, Sementara di Siantar banyak
sungai dan anak sungai, yang dapat dihubungkan dengan selokan-selokan itu untuk
menangulangi banjir, mengalirkan, serta
mengatur derasnya air hujan, sehinga
tidak membuat kota Siantar dilanda kebanjiran. Kenapa kota Siantar tetap banjir?
, karena pemimpinnya tidak memiliki konsep yang jelas terhadap kemajuan kota
Siantar.
Kita dapat melihat, peristiwa
banjir kota Siantar pada Jumat sore, 27 Februari 2015, ketika itu turun hujan
yang sangat deras, dimana-mana air hujan tergenang dan membanjiri jalan kota,
mulai dari jalan Adam Malik, jalan Kartini, Ade Irma, Jalan Gereja, DI.
Panjaitan, jalan Pane, Jalan Parapat, dan parahnya pusat kota seperti jalan
Sutomo, dan Merdeka juga menjadi sasaran banjir. Pada saat kejadian banjir itu,
rame-rame facebooker memanggil walikota, mana walikota…mana walikota, saat itu
tak ada jawaban walikota, dan mungkin saja walikota Siantar juga tidak tahu
bila ada anak SD yang hanyut karena terbawa arus derasnya air hujan. Adakah
walikota kita peduli?.
Disisih lain, Walau katanya Dr. Ria Telambanua Direktur
Rumah Sakit Umum Djasamen Saragih lahir dari “Rahim” rumah sakit kebanggaan
masyarakat kota Siantar itu, nyatanya kinerjanya telah mengecewakan masyarakat,
Dr.Ria telah “lalai” dalam
pengabdiannya karena telah menelantarkan
seorang ibu Mennaria Garingging yang
telah berumur 77 tahun, pasien BPJS dan akhirnya meninggal dunia senin, 16
Februari 2015. Berita inipun menjadi trending topic di media sosial baik local
maupun nasional, Semua mengutuk kelalaian ini, mengutuk walikota Siantar,
mengutuk Direktur Rumah Sakit, mengutuk perawat, tapi siapa yang harus
disalahkan, kalau Tuhan sudah berkehendak lain, toh… merekalah (Walikota dan
perangkatnya) penentu kota ini, yang
seharusnya mengabdikan diri 24 jam untuk mensejahterakan rakyatnya.
Bukan sampai disitu saja, lagi-lagi kita kecewa terhadap
pemimpin Siantar saat ini, Siantar bagaikan kota rongsokan, yang tidak tertatah
baik. Dapat dibayangkan, lapangan H.Adam malik yang seharusnya menampilkan
wajah kota yang Asri dan nyaman, kota yang berwibawa karena melahirkan
tokoh-tokoh Nasional, nyatanya pemakaianlapangan H.Adam malik dipakai
sembarangan, sehingga menampilkan kumuh dan buruk, tentunya menghilangkan kota
penuh makna, berwibawa, dan memiliki jati diri sesunguhnya. Ini dapat terlihat
ketika ada acara yang dilangsungkan di Lapangan H.Adam Malik, maka kita akan
melihat tenda-tenda biru yang menghiasi pusat kota Siantar yang berserahkan tak
menentu, sesak, penuh sampah, comberan dan kotoran manusia, lihat juga: taman
bunga, dan Gedung Olah Raga di Siantar.
Hah!!!, tak habis pikir penulis yang tinggal di Siantar
sejak kecil, berumah tangga dan memiliki anak, dan bahkan berprestasi membawa
nama harum kota Siantar ketingkat Nasional, melihat Siantar bukan saja kota tertinggal
dari insfratruktur pembangunan, namun Siantarpun tertinggal dari kemajuan
pembangunan pendidikan dilihat dari pesatnya kemajuan pendidikan disetiap
daerah, yang memiliki sekolah unggulan di daerahnya, dan bahkan berlomba mendirikan
Universitar negeri didaerahnya, tapi Siantar apa, apa keunggulan kita saat ini,
hanya membanggakan tempat sampah yang hanya di cat Paragon?.
Sebagai anak Siantar, tentunya kita tidak harus hanyut
dengan kesedihan ini, dan harus menyesalkan ketertinggalan ini, kita harus tetap semangat, bangga, bahwa Siantar adalah kota yang telah mendunia,
karena seorang anak Siantar telah mengabdikan dirinya untuk negara ini, menjadi
seorang kepala Negara yaitu H.Adam Malik yang menjadi wakil presiden ke 3
Republik Indonesia, dan bahkan telah menjadi ketua DPR /MPR RI , yang hebatnya
lagi mantan wartawan ini dapat memimpim organisasi dunia yaitu PBB menjadi
Ketua Majelis Umum PBB ke-26, orang Indonesia pertama dan satu-satunya sebagai
Ketua SMU PBB, hebat bukan?.
Dan sebenarnya masih banyak tokoh Nasional asal Siantar,
yang dapat mengharumkan kota Siantar di level nasional maupun Internasional,
sebut saja Otto hasibuan yang menjadi ketua Persatuan Advokat Indonesia
(Peradi), Anton Sihombing (Anggota DPR RI), TB.Silalahi (seorang jenderal dan
Menteri), tapi anehnya apa kata mereka tentang Siantar, kenapa dibiarkan?.
Tidak ada komentar