Header Ads

Universitas Negeri Siantar (UNSTAR) Dan Calon Walikota

Catatan : Tagor Leo Sitohang, SH

Saat ini masyarakat Siantar sedang menunggu sosok tokoh yang dapat mewujudkan Siantar kota modern, metropolitan dan tentunya kota yang mensejahterakan. Tapi siapa tokoh itu?. Melihat besarnya minat masyarakat yang ingin dan menginginkan  walikota Pematangsiantar yang memiliki visi misi yang benar-benar tulus tampaknya tidak dapat diukur dari apa yang ada pada dirinya, apalagi saat ini kota Siantar sedang mengarah kepada kota yang tak jelas?

Ini dapat kita lihat konsep walikota yang saat ini menjabat,  jauh dari harapan masyarakat. Sebelumnya, walikota yang katanya mampu mendatang ratusan investor untuk membangun kota Siantar nampaknya melangkah tanpa “jejak” pembangunan .
Ilustrasi Universitas Negeri Siantar

Mimpi demi mimpi, cita-cita demi cita, harapan masyarakat untuk mewujudkan kota Siantar yang modern  tidak terlihat, apalagi menonjolkan kemajuan. Dan angin keberhasilan itu belum dirasakan masyarakat sampai saat ini. Harapkan masyarakat untuk mewujudkan Siantar yang modern ini kelihatan hanya angan-angan belaka. Nampaknya benar juga kata Jokowi, kita harus revolusi mental. 

Ya, menjadi pemimpin itu kan bukan hanya pintar bernyanyi, tapi harus bisa menciptakan lagu, bahkan mengubah lagu, dari lagu slow ke lagu rock, sesuai irama perkembangan jaman. Artinya bila seseorang itu menjadi walikota dan menguasai pembangunan kota, pastilah dia harus mampu merubah wajah kota lebih baik, dan bukan justru merusak kota, dan akhirnya keadaan kota berantakan menentu. 

 Penting diketahui, Siantar atau kota Pematangsiantar  adalah kota terbesar nomor 2 (dua) di Sumatera Utara setelah kota Medan, mungkin saja dapat menjadi kota terbesar pertama kalau ada pemimpin yang berkwalitas, tapi apa mau dikata, semua mimpi Siantar menjadi kota maju dan modern hanya isapan jempol belaka.

 Jangankan menjadi kota nyaman dan sejahtera, Siantarpun kini tidak lagi aman untuk ditingali, hari-hari masyarakat Siantar kemalingan sepeda motor, dan akhirnya pelaku kejahatanpun dapat menjangkau dan mencuri sepeda motor Lingga Napitupulu seorang tokoh Siantar yang juga ketua partai dan mantan ketua DPRD Siantar, sepeda motornya hilang didepan rumahnya. Kehilangan sepeda motor itu Dr. Maya Damanik istri Lingga Napitupulu mengungkapkan emosinya dalam akun jejaring sosialnya, bahwa  Siantar tidak aman lagi. Separah itukah Siantar saat ini?.

Tapi kelihatan ada benarnya, pemimpin Siantar saat ini kurang peduli terhadap kenyamanan rakyatnya, sehingga rakyat mencari jalannya sendiri. Masyarakat Siantar kecewa terhadap kepemimpinan saat ini, kekecewaan itu juga ditunjukan anak Siantar yang tinggal diperantauan melalui jejaring sosial face book.
 Untuk memperbaiki selokan saja pemerintah yang menjabat saat ini tidak  mampu, karena bila hujan turun, kota Siantar dilanda banjir, sama seperti situasi Jakarta saat ini, Sementara di Siantar banyak sungai dan anak sungai, yang dapat dihubungkan dengan selokan-selokan itu untuk menangulangi banjir,  mengalirkan, serta mengatur derasnya  air hujan, sehinga tidak membuat kota Siantar dilanda kebanjiran. Kenapa kota Siantar tetap banjir? , karena pemimpinnya tidak memiliki konsep yang jelas terhadap kemajuan kota Siantar.

 Kita dapat melihat, peristiwa banjir kota Siantar pada Jumat sore, 27 Februari 2015, ketika itu turun hujan yang sangat deras, dimana-mana air hujan tergenang dan membanjiri jalan kota, mulai dari jalan Adam Malik, jalan Kartini, Ade Irma, Jalan Gereja, DI. Panjaitan, jalan Pane, Jalan Parapat, dan parahnya pusat kota seperti jalan Sutomo, dan Merdeka juga menjadi sasaran banjir. Pada saat kejadian banjir itu, rame-rame facebooker memanggil walikota, mana walikota…mana walikota, saat itu tak ada jawaban walikota, dan mungkin saja walikota Siantar juga tidak tahu bila ada anak SD yang hanyut karena terbawa arus derasnya air hujan. Adakah walikota kita peduli?. 

Disisih lain, Walau katanya Dr. Ria Telambanua Direktur Rumah Sakit Umum Djasamen Saragih lahir dari “Rahim” rumah sakit kebanggaan masyarakat kota Siantar itu, nyatanya kinerjanya telah mengecewakan masyarakat, Dr.Ria  telah “lalai” dalam pengabdiannya  karena telah menelantarkan seorang ibu  Mennaria Garingging yang telah berumur 77 tahun, pasien BPJS dan akhirnya meninggal dunia senin, 16 Februari 2015. Berita inipun menjadi trending topic di media sosial baik local maupun nasional, Semua mengutuk kelalaian ini, mengutuk walikota Siantar, mengutuk Direktur Rumah Sakit, mengutuk perawat, tapi siapa yang harus disalahkan, kalau Tuhan sudah berkehendak lain, toh… merekalah (Walikota dan perangkatnya)  penentu kota ini, yang seharusnya mengabdikan diri 24 jam untuk mensejahterakan rakyatnya.

Bukan sampai disitu saja, lagi-lagi kita kecewa terhadap pemimpin Siantar saat ini, Siantar bagaikan kota rongsokan, yang tidak tertatah baik. Dapat dibayangkan, lapangan H.Adam malik yang seharusnya menampilkan wajah kota yang Asri dan nyaman, kota yang berwibawa karena melahirkan tokoh-tokoh Nasional, nyatanya pemakaianlapangan H.Adam malik dipakai sembarangan, sehingga menampilkan kumuh dan buruk, tentunya menghilangkan kota penuh makna, berwibawa, dan memiliki jati diri sesunguhnya. Ini dapat terlihat ketika ada acara yang dilangsungkan di Lapangan H.Adam Malik, maka kita akan melihat tenda-tenda biru yang menghiasi pusat kota Siantar yang berserahkan tak menentu, sesak, penuh sampah, comberan dan kotoran manusia, lihat juga: taman bunga, dan Gedung Olah Raga di Siantar. 

Hah!!!, tak habis pikir penulis yang tinggal di Siantar sejak kecil, berumah tangga dan memiliki anak, dan bahkan berprestasi membawa nama harum kota Siantar ketingkat Nasional, melihat Siantar bukan saja kota tertinggal dari insfratruktur pembangunan, namun Siantarpun tertinggal dari kemajuan pembangunan pendidikan dilihat dari pesatnya kemajuan pendidikan disetiap daerah, yang memiliki sekolah unggulan di daerahnya, dan bahkan berlomba mendirikan Universitar negeri didaerahnya, tapi Siantar apa, apa keunggulan kita saat ini, hanya membanggakan tempat sampah yang hanya di cat Paragon?. 

Sebagai anak Siantar, tentunya kita tidak harus hanyut dengan kesedihan ini, dan harus menyesalkan ketertinggalan ini,  kita harus tetap semangat, bangga,  bahwa Siantar adalah kota yang telah mendunia, karena seorang anak Siantar telah mengabdikan dirinya untuk negara ini, menjadi seorang kepala Negara yaitu H.Adam Malik yang menjadi wakil presiden ke 3 Republik Indonesia, dan bahkan telah menjadi ketua DPR /MPR RI , yang hebatnya lagi mantan wartawan ini dapat memimpim organisasi dunia yaitu PBB menjadi Ketua Majelis Umum PBB ke-26, orang Indonesia pertama dan satu-satunya sebagai Ketua SMU PBB, hebat bukan?.

Dan sebenarnya masih banyak tokoh Nasional asal Siantar, yang dapat mengharumkan kota Siantar di level nasional maupun Internasional, sebut saja Otto hasibuan yang menjadi ketua Persatuan Advokat Indonesia (Peradi), Anton Sihombing (Anggota DPR RI), TB.Silalahi (seorang jenderal dan Menteri), tapi anehnya apa kata mereka tentang Siantar, kenapa dibiarkan?.

Kita harapkan para tokoh Siantar yang saat ini telah berhasil diperantauannya, baik berhasil menjadi pengusaha, birokrat dan Profesional ,hendaklah turut,  datang dan kembali ke Siantar memberikan kontribusi pemikiran, dana dan Usaha,  untuk kemajuan kota Siantar yang kita cintai ini, paling tidak 5 (lima) tahun ke depan kita dapat melihat serta mewujudkan Universitas Negeri Siantar (UNSTAR) atau Universitas H.Adam Malik (UNHAM), sebagai wujud dan mewujudkan kota Siantar adalah kota pendidikan, yang nantinya dapat menempah dan menjadikan pemimpin-pemimpin bangsa, untuk  Indonesia, khsusus  pemimpin masa depan kota Siantar yang lebih bermakna,berwibawa dan sejahtera, mungkin saja semua itu bisa terwujud oleh walikota Pematangsiantar yang ke 18, semoga.*** 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.