Header Ads

Warisan Lee Kuan Yew

Lee Kuan Yew
Gaya kepemimpinan Lee Kuan Yew yang tegas namun santun selama 31 tahun menjadikan Singapura salah satu negara dengan pendapat per kapita terbesar di dunia. Sebagai Perdana Menteri Singapura pada 1959 hingga 1990, Lee menunjukkan bahwa mengubah negara dunia ketiga menjadi negara maju merupakan suatu keniscayaan.

Semasa hidupnya, Lee telah menjadi inspirasi bagi para pemimpin dunia. Dia adalah sosok pemimpin yang mampu mengajak rakyatnya memiliki tekad yang kuat untuk bekerja keras demi kemajuan negara. Bersama rakyatnya, Lee telah menjadikan Singapura sebagai Macan Asia.

Pada Senin (23/3), rakyat Singapura berduka. Sang pemimpin besar telah berpulang dalam usia 91 tahun. Sebelum wafat, Lee memang sempat mengalami kritis.

PM pertama Singapura itu telah menjalani perawatan di rumah sakit selama beberapa hari akibat penyakit pneumonia parah. Saat Lee baru diangkat sebagai perdana menteri, Singapura baru saja melepaskan diri dari federasi Malaysia.

Ketika itu, Negeri Singa hanya sebuah kota kecil yang biasa-biasa saja. Singapura hanya sebuah kota yang tidak memiliki sumber daya alam yang bisa diandalkan untuk membangun negara tersebut.

Ketika Singapura resmi berpisah dari Malaysia, Lee harus menghadapi berbagai persoalan berat, seperti angka pengangguran yang tinggi, permukiman warga yang minim dan jauh dari layak, serta korupsi yang meluas. Tapi, Lee tak putus asa. Dia menyadari betul bahwa sumber kekuatan Singapura ada pada manusianyputus asaa.

Oleh karena itu, alumnus Universitas Cambridge, Inggris, itu fokus pada pembangunan manusia. Tujuannya jelas bahwa SDM yang andal dan berkualitas akan mampu mengubah keterbatasan sumber daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat. Lee pun menggenjot kualitas pendidikan warganya.

Dia menjadikan sistem pendidikan yang berorientasi pada inovasi dan mencetak para wirausahawan. Menurut dia, seorang terpelajar harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

"Mereka yang memiliki otak cerdas untuk menjadi terpelajar juga harus bisa menjadi investor, inovator, pemodal, dan wirausahawan. Mereka harus membawa produk baru dan layanan ke pasar untuk memperkaya kehidupan orang di mana pun," kata Lee.

Kunci keberhasilan Lee dalam memimpin Singapura adalah ketegasan dan visinya dalam membuat kebijakan. Penegakan hukum yang tak pandang bulu, tanpa kompromi, lambat laun membuat warga Singapura menjadi sangat tertib dan disiplin. Gaya kepemimpinan tangan besi yang diterapkan Lee membuat dia dijuluki sebagai seorang diktator.

Atas julukan itu, Lee memiliki jawaban. "Siapa pun yang memimpin Singapura, dia harus bertangan besi. Atau menyerah saja. Ini bukan permainan kartu. Ini adalah hidup anda dan hidup saya. Saya sudah menyerahkan seluruh hidupku dan selama saya mengemban tugas dan tanggung jawab membangun negeri ini, tak seorang pun yang bisa menjatuhkannya," ujar Lee pada suatu kesempatan.

Lee menjawab kontroversi gaya kepemimpinannya itu dengan kerja keras dan pantang menyerah. Hasilnya, Singapura menjadi negara maju dan sangat diperhitungkan di dunia.

Negara kota itu menjadi magnet bagi para pekerja asing, yang menempati porsi lebih dari seperlima dari sekitar 6 juta warga Singapura. Dari sisi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran, jangan ditanya lagi. Pendapatan nasional per kapita naik berlipat-lipat selama Lee memimpin.

Pada 1960, ketika Lee baru menjadi perdana menteri, pendapatan per kapita Singapura US$ 443. Pada pertengahan 1980-an, angka itu naik menjadi US 6.634. Kini, pendapatan per kapita Singapura hampir US$ 60.000.

Lee menjawab kritikan dengan memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Pengangguran sudah tidak lagi menjadi persoalan bagi Singapura, karena banyak lapangan pekerjaan yang tercipta.

Dalam pemberantasan korupsi, Lee memberikan bukti. Korupsi di negara itu semakin berkurang. Hasil Indeks Persepsi Korupsi (CPI) 2014 yang dirilis Transparansi Internasional menunjukkan, Singapura berada pada urutan ke-7 dari 175 negara. Sebagai pembanding, Indonesia berada di peringkat ke-107.

Pencapaian yang menganggumkan di bidang penegakan hukum dan pemberantasan korupsi itu membuat Singapura mendapat kepercayaan yang besar dari para investor. Investor asing berlomba-lomba menanamkan modal mereka ke negara itu.

Menurut laporan Business Environment Risk Intelligence (BERI) pada 2014, Singapura adalah negara nomor satu dengan potensi investasi terbaik dunia. Singapura juga menjadi negara dengan kemudahan berbisnis terbaik dunia.

Walau keras, Lee juga memberi contoh kepada para pemimpin lain untuk tetap menjalin komunikasi yang santun. "Anda tidak kehilangan apa-apa jika berlaku sopan. Meski jawaban adalah ’tidak’, Anda bisa menggunakan cara ekspresi yang lain, yang lebih sopan dengan makna tetap sama," katanya.

Para pemimpin di Indonesia patut mencontoh Lee. Gaya kepemimpinan yang tegas namun tetap santun serta mengabdikan seluruh hidupnya bagi bangsa dan negara, tanpa dicampuri kepentingan pribadi, layak untuk ditiru oleh para pemimpin negeri ini.

Rakyat Indonesia sangat merindukan sosok pemimpin yang mampu memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Tak ada pemimpin yang sempurna. Namun, ketika pemimpin itu bisa memberikan kemajuan bagi bangsanya, hanya kesempurnaan yang dicatat dalam memori rakyatnya. Selamat jalan, Lee!. SP/t

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.