Kaldera Toba Jadi Taman Bumi Warisan Geologi
LINTAS PUBLIK - BALIGE, Geopark Kaldera Toba sangat berpeluang menjadi taman bumi warisan geologi dunia, sekaligus sebagai ikon pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke kawasan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara.
Keberadaan geopark yang didukung keunggulan kawasan Danau Toba sebagai warisan geologi dan keunggulan tujuan wisata yang juga memadukan potensi alam dengan kekayaan budaya itu bisa dimanfaatkan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Untuk memantapkan eksistensi Geopark Kaldera Toba, Pemprov Sumut telah menjalin komitmen dengan tujuh kepala daerah di kawasan Danau Toba dalam meningkatkan potensi kepariwisataan di kawasan strategis nasional itu.
Penantian panjang untuk menjadikan kaldera toba sebagai taman bumi menggunakan konsep pengembangan kawasan secara berkelanjutan dalam waktu dekat akan segera terwujud, karena “asesor” GGN UNESCO akan hadir pada 7-12 Juli 2015 guna melakukan penilaian.
Ultri menyebutkan, pihaknya akan terus mengupayakan berbagai hal untuk mendukung kaldera Toba menjadi GGN, terutama dengan cara mengajak dan menyiapkan masyarakat setempat agar mempunyai rasa kepemilikan sehingga secara bersama sama membangun Danau Toba.
Sebab menurut dia, meskipun suatu daerah memiliki nilai lebih atau mempunyai warisan geologi yang terkenal dan bersifat universal, namun daerah itu tidak dapat menjadi GGN jika tidak memiliki rencana pariwisata berkelanjutan.
GGN-UNESCO sebagai salah satu organisasi dunia di bawah naungan PBB yang menangani pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan akan melakukan penilaian, untuk mendapat pengakuan sebagai warisan geologi dunia dengan keragaman geologi, hayati dan budaya yang masih terjaga.
Ia menjelaskan, berawal pada 2011, Museum Geologi Bandung dan penerbit buku Kompas membentuk Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas untuk melakukan penelitian ilmiah dengan mengelilingi Danau Toba.
Seri Ekspedisi Cincin Api Kompas berjudul Toba Mengubah Dunia, terdiri terdiri atas enam bagian pembahasan, masing-masing Prolog, Dongeng Toba, Jejak Kedahsyatan, Dampak Kehancuran, Skenario Mendatang dan Perjalanan.
“Pada bagian ‘perjalanan’ inilah kemudian diulas tentang kemungkinan menjadikan Toba sebagai taman bumi (geopark) sesuai konsep yang dikembangkan organisasi UNESCO,” jelas Ultri.
Sejak itu, lanjutnya, persiapan Geopark Kaldera Toba (GKT) secara teknis seperti dossier manajemen kawasan, akses dan organisasi lain serta sosialisasi langsung ke masyarakat terdampak terus dilakukan oleh Pemerintah, lembaga independen, media cetak, elektronik, media sosial serta para penggiat Geopark.
Perkembangan selanjutnya, GKT dikukuhkan oleh Presiden SBY bersamaan peresmian bandara Kuala Namu (KNIA) pada 27 Maret 2014 lalu.
Pengukuhan dilakukan agar Geopark Kaldera Toba bisa segera diajukan ke Unesco untuk ditetapkan menjadi GGN.
Dijadwalkan, pada 7-12 Juli 2015, Asesor GGN UNESCO, yakni Setsuya Nakada dan Wesley Hill akan hadir di Jakarta untuk melakukan penjelasan umum tentang GKT serta akan diterima oleh Kepala Staf Kepresidenan RI, Luhut Binsar Panjaitan.
Para asesor ini akan memulai “assesment” (penilaian) ke lapangan. Kamis (9/7) mereka berangkat dari kota Medan menuju ‘geosite’ air terjun Sipiso-piso, kemudian mengunjungi Silalahi dan seterusnya ke Aek Rangat, Sitio-tio di Samosir dengan menggunakan kapal perahu.
Kemudian, Jumat (10/7) tim asesor berada di Sigulati-Samosir, yang merupakan pusat informasi Geopark. Lalu, diteruskan ke Batu Parsidangan Huta Siallagan serta Batu Gantung (bedrock metalime stone) di Parapat.
Selanjutnya, melakukan diskusi dan observasi pada Museum Batak TB Silalahi Center di Tobasa pada Sabtu (11/7). Di sini, para asesor akan menikmati atraksi budaya tradisional Batak yang dikonservasi tari tortor tumba, sekaligus memperkenalkan aksara dan seni ukir gorga Batak.
Di akhir kunjungannya pada Minggu (12/7), para asesor ini akan melakukan observasi di Sipinsur, Kabupaten Humbahas, kemudian kembali ke Medan melalui Bandara Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara.
“Kita berharap melalui kunjungan singkat dan penilaian yang dilakukan para asesor itu dapat memberikan masukan bagi perbaikan dan pengembangan GKT hingga diterima menjadi anggota GGN-UNESCO,” kata Ultri.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi menyebutkan pihaknya sangat mendukung jika Danau Toba dijadikan Geopark Global Network, namun untuk itu tentunya dibutuhkan kerjasama semua pihak.
Sebab, kata dia, hal tersebut tentu akan memberi dampak signifikan kepada masyarakat di Kawasan Danau Toba, yang tidak hanya akan dikenal sebagai taman bumi yang mendunia namun juga menjadi sarana promosi yang sangat baik untuk hadirnya wisatawan nusantara dan manca negara.
Dengan demikian, konsep Geopark yang mencakup konservasi, edukasi dan pengembangan ekonomi masyarakat dengan prinsip “memuliakan bumi dan memberi kesejahteraan bagi masyarakat” dapat terlaksana secara sempurna.
“Kita semua harus berupaya secara bersama-sama agar harapan itu dapat terwujud,” katanya.
Dalam rapat paripurna DPRD Sumut di Medan, Jumat (3/7), Sekretaris Daerah Provinsi Sumut, Hasban Ritonga mengatakan, geopark adalah taman bumi yang menggunakan konsep pengembangan kawasan secara berkelanjutan.
Konsep geopark tersebut memadukan keragaman geologi, keragaman hayati (biodiversity), yang budaya (culture diversity) dimanfaatkan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
“Keberadaan geopark yang didukung keunggulan kawasan Danau Toba sebagai warisan geologi dan keunggulan tujuan wisata itu akan memadukan potensi alam dengan kekayaan budaya,” katanya.
Editor : tagor
Sumber : Antarasumut.com
Sumber : Antarasumut.com
Tidak ada komentar