Kisah Lulusan Terbaik Akpol yang Pernah Ditolak Masuk PTN
LINTAS PUBLIK - SEMARANG, Inspektur Dua Fauzi Pratama tak pernah menyangka akan menjadi lulusan terbaik hingga mendapatkan anugerah Adhi Makayasa pada tahun ini. Padahal, sejak sebelum masuk Akademi Kepolisian tahun 2011 lalu, dia sempat ditolak masuk di berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia.
Seusai upacara pelantikan oleh Presiden RI di Lapangan Bhayangkara Kompleks Akpol Semarang, Fauzi bercerita agak panjang soal kisah hidupnya sebelum masuk di korps kepolisian. Setelah perjuangan panjang nan rumit, akhirnya dia diterima untuk menjalani pendidikan di Akpol.
“Saya dulu lulus terbaik di SMA Taruna Nusantara, tapi tidak diterima di kampus. Justru saya dimudahkan oleh Allah masuk di kampus Akpol ini,” kata Fauzi, Kamis (30/7/2015) siang.
Fauzi berujar, semasa di bangku SMA, dia sangat suka pada bidang kedokteran, teknik, dan kimia. Namun, kesukaan pada bidang tersebut tak bisa menjadi kenyataan lantaran dia tidak diterima saat mendaftarkan di kampus terkemuka di Indonesia.
“Saya semua dulu daftar. Di Universitas Padjadjaran, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Surabaya. Semuanya tidak diterima. Saya juga daftar ke luar negeri, tapi tidak saya teruskan karena tesnya bareng dengan penerimaan di Akpol,” ujar pria berusia 20 tahun ini.
Setelah masuk di Akpol, dia sekali lagi tak pernah menyangka. Dia mengaku tak punya bayangan sedikit pun menjadi seorang polisi. Namun, semenjak awal di akademi, dia baru menyadari bahwa menjadi polisi bisa menjadi sosok pahlawan.
“Mulai dari saat itu, saya mulai belajar dan berlatih keras. Ketika daftar di Akpol ini juga tidak ada kolusi, kolusi, dan nepotisme (KKN),” ungkapnya.
Setelah lulus, Fauzi mengaku sangat gembira. Dia pasrah ditempatkan bertugas di mana pun nanti. Jika disuruh memilih, dia akan mendalami ilmu reserse karena, menurut dia, bagian reserse adalah ruh dari kepolisian.
“Saya ingin nanti mendalami ilmu reserse karena ingin reserse itu benar-benar sejati seorang polisi. Mereka bisa menegakkan hukum dan menangkap penjahat,” ujar warga Desa Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat, itu.
Tadi pagi, Ipda Fauzi dilantik bersama 389 perwira kepolisian oleh Presiden Joko Widodo dan menerima anugerah bergengsi, Adhi Makayasa.
Penerima Adhi Makayasa ini dipilih berdasarkan kemampuan fisik terbaik, kemampuan akademis yang menonjol, dan mental atau kepribadian yang baik selama menjalani pendidikan. Ipda Fauzi bersyukur lantaran mendapat anugerah tersebut setelah menjalani pendidikan selama empat tahun tersebut.
Editor : tagor
Sumber : kompas.com
Seusai upacara pelantikan oleh Presiden RI di Lapangan Bhayangkara Kompleks Akpol Semarang, Fauzi bercerita agak panjang soal kisah hidupnya sebelum masuk di korps kepolisian. Setelah perjuangan panjang nan rumit, akhirnya dia diterima untuk menjalani pendidikan di Akpol.
Peraih anugerah Adhi Makayasa tahun 2015 dari unsur kepolisian, Inspektur polisi dua Fauzi Pratama |
Fauzi berujar, semasa di bangku SMA, dia sangat suka pada bidang kedokteran, teknik, dan kimia. Namun, kesukaan pada bidang tersebut tak bisa menjadi kenyataan lantaran dia tidak diterima saat mendaftarkan di kampus terkemuka di Indonesia.
“Saya semua dulu daftar. Di Universitas Padjadjaran, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Surabaya. Semuanya tidak diterima. Saya juga daftar ke luar negeri, tapi tidak saya teruskan karena tesnya bareng dengan penerimaan di Akpol,” ujar pria berusia 20 tahun ini.
Setelah masuk di Akpol, dia sekali lagi tak pernah menyangka. Dia mengaku tak punya bayangan sedikit pun menjadi seorang polisi. Namun, semenjak awal di akademi, dia baru menyadari bahwa menjadi polisi bisa menjadi sosok pahlawan.
“Mulai dari saat itu, saya mulai belajar dan berlatih keras. Ketika daftar di Akpol ini juga tidak ada kolusi, kolusi, dan nepotisme (KKN),” ungkapnya.
Setelah lulus, Fauzi mengaku sangat gembira. Dia pasrah ditempatkan bertugas di mana pun nanti. Jika disuruh memilih, dia akan mendalami ilmu reserse karena, menurut dia, bagian reserse adalah ruh dari kepolisian.
“Saya ingin nanti mendalami ilmu reserse karena ingin reserse itu benar-benar sejati seorang polisi. Mereka bisa menegakkan hukum dan menangkap penjahat,” ujar warga Desa Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat, itu.
Tadi pagi, Ipda Fauzi dilantik bersama 389 perwira kepolisian oleh Presiden Joko Widodo dan menerima anugerah bergengsi, Adhi Makayasa.
Penerima Adhi Makayasa ini dipilih berdasarkan kemampuan fisik terbaik, kemampuan akademis yang menonjol, dan mental atau kepribadian yang baik selama menjalani pendidikan. Ipda Fauzi bersyukur lantaran mendapat anugerah tersebut setelah menjalani pendidikan selama empat tahun tersebut.
Editor : tagor
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar