Presiden Jokowi Bolehkan Media Sampaikan Kritik Asal Beri Persepsi Positif
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung Widodo (Mas Pram) membantah anggapan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) mulai tampak gerah dengan berita-berita kritis yang disampaikan media massa akhir-akhir ini.
Pramono menegaskan, bahwa Presiden Jokowi adalah orang yang sangat terbuka. Dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi (Pemred) sejumlah media massa, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (19/8/2015) malam, juga sudah ada pengertian mendalam mengenai hal ini.
“Ada pengertian yang mendalam, bahwa Presiden meminta media itu silahkan mengkritik dengan keras ataupun menampilkan hal yang dalam bahasa beliau untuk keperluan rating atau sensasi, tetapi tidak menghilangkan tugas media bagaimana membangun, membawa publik pada persepsi yang positif terhadap keinginan maju ke depan, karena siapapun presidennya tentunya kan harapannya bisa membawa bangsa ini ke arah lebih baik,” jelas Mas Pram, saat ditemui di Gedung III Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jakarta, Kamis (20/8) pagi, dikutip dari laman setkab.go.id.
Menurut Pramono, dalam pertemuan di Istana Negara, Rabu (19/8) malam, sebanyak 24 Pemred yang hadir telah memberikan masukan yang cukup baik, terutama bagaimana hal yang berkaitan dengan media, termasuk apa yang akan dilakukan adalah sebagai Seskab.
“Saya akan memfasilitasi para menteri-menteri untuk setiap waktu bisa bertemu dengan Presiden, dan setelah nanti usai bertemu dengan presiden, mereka akan menyampaikan program-program itu secara langsung kepada media,” terang Pramono.
Sebelumnya saat menyampaikan Pidato Kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Proklamasi Kemerdekaan RI, di depan siding bersama DPR RI dan DPD RI, Jumat (14/8). Presiden Jokowi mengatakan, saat ini ada kecenderungan semua orang merasa bebas dalam berperilaku dan menyuarakan kepentingan. Menurut Jokowi, keadaan ini menjadi semakin kurang produktif ketika media juga hanya mengejar rating dibanding memandu publik untuk meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif.
“Masyarakat mudah terjebak pada ‘histeria publik’ dalam merespon suatu persoalan, khususnya menyangkut isu-isu yang berdimensi sensasional,” kata Presiden Jokowi.
Editor : tagor
Sumber : elshinta.com
Editor : tagor
Sumber : elshinta.com
Tidak ada komentar