Bersama Perempuan MUI, Jumsadi : Kegiatan Keagamaan Jangan Menjadi Sarana Politik
LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Penjabat Walikota Pematangsiantar, Drs.Jumsadi Damanik,SH,M.Hum mengharapkan agar kegiatan-kegiatan keagamaan tidak dipolitisir menjadi sarana politik. Penegasan ini disampaikan saat menerima kunjungan Komisi Pemberdayaan Perempuan Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pematangsiantar dipimpin Dra.Hj.Rayani Purba didampingi Ketua Pengurus Hari Besar Islam (PHBI) Kota Pematangsiantar Drs.Armaya Siregar, Rabu siang (30/12/2015) di Rumah Dinas Jalan MH.Sitorus.
Kedatangan mereka, terkait dengan rencana perayaan Maulid Nabi yang seyogianya digelar 26 Desember lalu di lapangan H Adam Malik, tetapi karena bertepatan dengan perayaan Natal, disepakati untuk ditunda hingga Januari 2016. Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati perayaan Maulid Nabi digelar pada hari Minggu 10 Januari 2016 di Lapangan Adam Malik, dengan pembicara, Al Ustadz Dr.Saidul Amin,MA dari Pekanbaru.
Pada kesempatan itu, Rayani Purba menjelaskan bahwa pihaknya siap membantu dan kerjasama dalam pelaksanaan Maulid Nabi tersebut dengan mengerahkan para siswa dan undangan sebanyak 5.000 orang.
Ketua PHBI, Armaya Siregar menambahkan bahwa sudah sejak lama pihaknya merencanakan pemasangan WIFI gratis di Taman Bunga bekerjasama dengan Dewan Pendidikan dan pihak Telkomsel, tetapi hingga saat ini belum terealisasi. Termasuk juga pendirian Radio Suara Qolbu yang sudah lama direncanakan, hingga saat ini belum bisa terealisasi.
Pj Walikota mengapresiasi kedatangan pengurus Komisi Perempuan MUI yang juga menyebutkan jika Pematangsiantar meraih penghargaan Adiwiyah secara nasional sebanyak lima kategori. Untuk itu, Pj Walikota mengharapkan agar pengurus Komisi Perempuan MUI dapat meningkatkan terus program kerjanya, termasuk membangun hubungan toleransi sesama pemeluk agama di Kota Pematangsiantar.
Pada bagian lain Pj Walikota mengharapkan agar setiap perwakilan dari bidang pendidikan dasar (SD-SMP) harus bisa memetakan kebutuhan rohani anak-anak sehingga tercipta treatment (perawatan khusus) yang dapat mengakomodir tiap aspirasi umat Islam.
“Umat Islam harus terus menjalankan nilai-nilai agamanya agar anak-anak remaja tidak menjadi pribadi yang abu-abu,”ujarnya.
Keberadaan Kelompok Kerja Pengawas (Pokjawas) atau Pengawas Kurikulum Guru Agama Islam di tiap sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, bukan sekedar datang saja. Apalagi, di Kota Pematangsiantar terdapat sebanyak 500 orang anggota Pokjawas, yang sebagian besar masih muda-muda sehingga dapat bekerja lebih maksimal.
Penulis : Franki
Editor : tagor
Tidak ada komentar