Zhou Qunfei, dari Buruh Menjadi Miliarder
Bergelimang Harta, Miliarder Wanita Ini Tetap Sederhana
LINTAS PUBLIK, Zhou Qunfei terlahir dari keluarga yang miskin. Kala usia 15 tahun, dirinya memutuskan untuk keluar dari sekolah karena ketiadaan biaya. Namun kerja keras, telah merubah jalan hidup wanita yang lahir 45 tahun silam tersebut. Berdasarkan catatan Forbes, Zhou kini adalah pemilik kekayaan senilai 7,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 102,2 triliun (kurs RP 14.000 perdollar AS).
Zhou Qunfei adalah pendiri Lens Technology, perusahaan pembuat layar sentuh (touchscreen) bagi industri ponsel pintar (smartphone). Sejumlah klien Lens Technology diantaranya Apple, Samsung, dan Huawei.
Forbes mencatat, hingga Desember 2015 kekayaan bersih ibu dari dua anak, yang kini berusia 45 tahun itu mencapai 7,3 miliardollar AS.
Kerja keras, mengangkat derajat Zhou yang terlahir dari keluarga miskin di daerah Xiangxiang, Provinsi Hunan, China. Karena kebutuhan ekonomi, pada umur 15 tahun, Zhou keluar dari sekolah menengah untuk kemudian bekerja di salah satu pabrik di Shenzen, Provinsi Guangdong.
Di Shenzen, Zhou memilih bekerja di perusahaan yang dekat dengan Universitas Shenzhen. Di sana, Zhou mengambil kursus pendek di sebuah universitas, ketika rutinitas bekerja usai. Zhou mengambil kursus akuntansi, komputer dan manufaktur.
Zhou yang bekerja di pabrik pembuat aksesoris jam tangan, lantas memilih keluar dari pekerjaan untuk membangun usaha sendiri setelah merasa cukup memiliki modal dan pengetahuan.
Hal itu dilakukan Zhou kala berusia 23 tahun, atau tepatnya pada tahun 1993. Zhou mengambil keputusan ini setelah mendengarkan masukan dari sepupunya.
Saat memulai usaha, Zhou menggunakan uang tabungannya sebanyak 20.000 dollar Hongkong atau setara 2.580 dollar AS. Bersama kakak, adik dan dua sepupunya, Zhou memulai bisnis pembuatan kaca untuk jam tangan, berbekal pengetahuannya selama bekerja di pabrik aksesoris jam.
Dalam perkembangannya, bisnis Zhou kian berkembang. Hingga pada tahun 2001 atau delapan tahun selang pendirian perusahaan, Zhou memenangkan kontrak berharga untuk membuat layar handphone bagi produsen elektronik China yaitu TCL Corporation.
Setelah dipercaya sebagai produsen pembuat layar handphone, pada 2003, Zhou bersama sang suami mendirikan perusahaan Lens Technology, yaitu produsen pembuat layar gadget. Awal berdiri, perusahaan ini adalah perusahaan pesaing dari Bai En, perusahaan awal tempat Zhou bekerja.
Namun dengan kompetensi dan pengalaman dalam membuat layar gadget, Lens kemudian dipercaya sebagai produsen layar dari beberapa pabrikan elektronik ternama seperti Samsung, Apple dan Huawei. Bahkan kini Lens dipercaya membuat layar bagi jam tangan Apple dengan menggunakan teknologi layar sapphire crystal.
Lens menyempurnakan kesuksesannya ketika pada Maret 2015 menjual saham perusahaan ke publik alias penawaran umum perdana saham (IPO) di bursa efek Shenzhen. Dari aksi IPO, kepemilikan saham Zhou di Lens yang semula 99,1 persen, berkurang menjadi 88 persen.
Sepanjang sepekan pasca IPO, harga saham Lens selalu melonjak melebihi batas kenaikan harga saham yang diperkenankan bursa Shenzen yang sebesar 10 persen.Kenaikan harga saham Lens menyebabkan kekayaan bersih Zhou naik hingga lima kali lipat.
Kesuksesan Lens, mendorong Zhou menjadi wanita miliarder di China. Kerja keras Zhou yang sempat menjalani masa-masa sulit, kini terbayar sudah. Dia boleh bangga, sebab saat ini, Lens tercatat mampu menghidupi kurang lebih 60.000 pegawai.
Sebagai catatan, pendapatan Lens Technology pada tahun 2014 membukukan pertumbuhan sebanyak 8,6 persen menjadi 2,3 miliar dollar AS. Sebagian besar pendapatan perusahaan merupakan kontribusi dari pemain smartphone terbesar, yakni Apple dan Samsung.
Mimpi Zhou tidak berhenti sampai di sini saja. Ke depan, Zhou menargetkan akan terus mengembangkan usaha dengan melakukan sejumlah diversifikasi pada bisnis Lens Technology. Selain itu, Lens juga akan mengembangkan beberapa teknologi terbaru dalam hal produksi layar sentuh dari aneka bahan.
Bekerja sejak belia
Di usia masih belia, Zhou Qunfei terpaksa harus bertahan hidup dengan bekerja sebagai buruh pabrik jam tangan. Kondisi serba sulit yang dialami sejak kecil diperburuk dengan kematian kedua orangtua Zhou.
Sebagai remaja berusia belasan tahun, Zhou harus rela banting tulang dari pagi hingga malam dengan mendapatkan upah hanya kurang daru 1 dollar AS per hari. Pengalaman pahit inilah yang kemudian membawanya menjadi miliarder.
Ada benarnya anggapan bahwa seluruh proses berat mendatangkan kebaikan di kemudian hari. Hal ini pula yang dialami Zhou Qunfei. Ditempa dalam kondisi ekonomi serba sulit sejak kecil, membuat pendiri dan CEO Lens Technology ini tidak bosan untuk terus belajar dan bekerja keras.
Sejak kecil, perempuan kelahiran tahun 1970 ini memiliki mimpi menjadi perancang busana. Namun jalan hidup berkata lain. Di umur 15 tahun, wanita kelahiran desa Xiangxiang, Provinsi Hunan ini harus keluar dari sekolah untuk membantu orangtuanya bekerja.
Padahal, seperti dikutip New York Times, salah satu gurunya, Zhong Xiobai bilang, Zhou merupakan anak pintar dan rajin dalam kelasnya. Zhou terpaksa bekerja di usia belia karena saat itu kedua orangtuanya sudah tiada.
Ibu Zhou meninggal ketika dirinya berumur 5 tahun. Sedangkan ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja pada saat Zhou menginjak sekolah menengah.
Bekerja di usia belia bukan lah hal yang mudah. Sebab, Zhou harus banting tulang mulai dari pukul 8.00 pagi sampai 12.00 malam dengan upah kurang dari 1 dollar AS saban hari. Jam kerja yang tidak manusiawi diperburuk dengan bidang pekerjaan yang tidak sesuai minat Zhou.
Kala itu, Zhou bekerja sebagai buruh pabrik di perusahaan aksesori jam tangan. Perlahan, kebutuhan untuk makan dan bertahan hidup memaksa Zhou mulai menikmati proses kerja dan mengetahui seluk beluk proses produksi jam tangan.
Seiring berjalannya waktu, Zhou semakin tertarik dengan proses produksi kaca jam tangan. Justru pengalaman bekerja sebagai buruh di Shenzen inilah yang membawa Zhou bertemu visi hidupnya di kemudian hari.
Ketertarikannya terhadap produksi jam tangan mendorongnya belajar dan mengasah keahlian dengan menempuh kursus di Universitas Shenzhen. Setelah lama bergelut dengan alur produksi jam tangan, akhirnya Zhou nekat menjajal peruntungan di bisnis pembuatan kaca jam tangan.
Dia mendirikan bisnis pembuatan kaca jam tangan dengan uang tabungan hasil bekerja sebagai buruh. Perlahan tapi pasti, kerja keras dan ketekunan Zhou berbuah manis.
Fokus pada detail dan kualitas produk membuat perusahaan kaca jam milik Zhou berkembang pesat. Sampai suatu ketika pada tahun 2003, Zhou mendapatkan panggilan telepon tidak terduga dari salah satu direksi Motorola.
Singkat kata, direksi Motorola tersebut menawarkan proyek pembuatan layar handphone Motorola yaitu Razr V3. Antara terkejut dan kaget, Zhou menerima pinangan proyek besar pertama tersebut.
Keputusan Zhou untuk menerima proyek tersebut mengubah tren layar handphone dari plastik menjadi berbahan gelas silikon seperti sekarang. Kesuksesan membesut proyek pembuatan layar berbahan gelas silikon Motorola sontak membuat nama Zhou dan perusahaannya, Lens Technology kian harum.
Setelah Motorola, Zhou terus mengantongi kontrak besar dari sederet merek handphone beken. Semisal HTC, Nokia, dan Samsung. Popularitas Lens Technology mendorong skala bisnisnya terus membesar.
Lens Technology terus menambah jumlah pabrik, produksi dan pekerja. Tercatat saat ini Lens Technology mempekerjakan lebih dari 75.000 pegawai yang tersebar di tiga pabrik utama di daerah Changsha.
Beberapa klien besar yang masih mempercayai kualitas produk Lens Technology diantaranya Apple, Samsung dan Huawei. Pendapatan Lens Technology pada tahun 2014 membukukan pertumbuhan sebanyak 8,6 persen menjadi sekitar 2,3 miliardollar AS.
Menjadi miliarder tak membuat Zhou Qunfei lupa daratan. Ia tetap hidup sederhana, low profile, ke mana-mana membawa tas ransel, jauh dari kesan bahwa ia wanita kaya China pemilik harta 7,3 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 102,2 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).
Zhou pun tak suka publikasi berlebihan dan bila hendak bepergian tak banyak membawa protokoler. Kebiasaannya bekerja keras dan pantang menyerah menjadikan ia sukses.
Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang berhembus. Peribahasa itu pas untuk Zhou Qunfei, miliarder China pemilik Lens Technology Co Ltd. Tak hanya harus menghadapi beberapa pesaing yang mulai sedikit demi sedikit mencuil pangsa pasar Lens Technology. Zhou juga mesti melayani protes dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Beberapa LSM menyoroti perlakuan Lens Technology terhadap para buruh yang memproduksi layar gadget smartphone top dunia ini. Seperti dikutip Dailymail, demo LSM paling besar terhadap Lens Technology terjadi saat peluncuran Iphone 6s pada September 2015 lalu.
LSM yang mengatasnamakan Students and Scholars Against Corporate Misbehaviour (SACOM) melakukan demo menentang perlakuan Lens terhadap beberapa buruh.
SACOM menuding Lens telah melakukan eksploitasi terhadap para buruh. Indikasinya, upah yang sering terlambat dan ruang pabrik yang tidak sehat bagi kehidupan buruh. SACOM mengklaim telah melakukan investigasi terhadap tiga pabrik Lens.
Dalam tuntutannya, SACOM meminta Apple sebagai salah satu produsen gadget agar tidak memakai produk buatan Lens lagi. LSM itu juga menuntut perbaikan perlakuan kepada para buruh Lens.
Tudingan SACOM ini agak sedikit berbeda dengan penggambaran Zhou memperlakukan karyawan. Menurut artikel New York Times,dalam mengatur manajemen perusahaan, Zhou sangat memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dirinya berani membayar mahal pegawai kunci dalam pembuatan layar gadget.
Selain itu, Zhou juga disebut berupaya membuat nyaman pegawainya dengan menyediakan gedung khusus sebagai tempat tinggal dengan potongan harga. Ini dilakukan Zhou agar karyawannya tidak pindah ke perusahaan pesaing.
Namun tudingan miring LSM tersebut tidak terlalu mempengaruhi bisnis Lens. Kinerja Lens Technology yang sejak Maret 2015 ini tercatat di Bursa Efek Shenzhen itu malah semakin tumbuh.
Dus, pundi-pundi harta Zhou pun kian bertambah. Saat ini, perempuan berusia 45 tahun tersebut menjadi wanita terkaya di Tiongkok dengan harta 7,3 miliar dollar AS per Desember 2015.
Walaupun sudah menjadi miliarder sekaligus chief executive officer (CEO) di salah satu perusahaan terbesar China, Zhou tetap suka dengan gayanya yang low profile. Bahkan, ketika Zhou ingin mendaftarkan Lens di kantor perindustrian Changsa, pejabat di kantor tersebut sempat meremehkan karena penampilannya yang jauh dari kesan seorang miliarder.
Penampilan Zhou yang kemana-mana tidak ingin terlalu banyak membawa protokoler dan selalu membawa ransel ini memang tidak mengesankan bahwa dia merupakan pemimpin perusahaan ternama China yang sedang melakukan ekspansi cabang.
Jika ditilik di berbagai rujukan tulisan tentang Zhou memang kebanyakan menggambarkan wanita yang sudah dua kali menikah ini terlihat sederhana dan tidak terlalu menyukai publikasi berlebihan.
Sifat sederhana itu berangkat dari asal usulnya dulu yang memang dari keluarga miskin sehingga Zhou tak mau mempertontonkan kekayaannya secara berlebihan.
Namun kebiasaannya bekerja keras, ulet dan pantang menyerah membuat Zhou meraih tangga kesuksesan dan membawa Lens Technology menjadi perusahaan maju pesat di China.
Saat ini tercatat Lens telah menjadi induk perusahaan dengan 10 anak usaha yang tersebar di beberapa wilayah antara lain Hong Kong, Shenzhen, dan Hunan.
Zhou Qunfei menyadari, kunci sukses bisnis Lens Technology bersumber dari penguasaan teknologi. Oleh sebab itu, miliarder yang pernah berprofesi sebagai buruh tersebut tidak pernah sungkan membenamkan kembali mayoritas laba perusahaan untuk mendukung program riset dan pengembangan.
Tak lupa, Zhou memberikan perhatian lebih bagi karyawannya. Terbukti, badai krisis tak sampai menyebabkan bisnis Zhou gulung tikar. Yang terjadi justru sebaliknya.
Jual produk hasil riset
Dua belas tahun sudah Zhou Qunfei mendirikan Lens Technology, perusahaan produsen layar kaca gadget. Sejak berdiri tahun 2003, perusahaan itu kini menjadi salah satu pemain penting dalam bisnis layar handphone, tablet, dan laptop.
Apa resep Zhou hingga Lens Technology sehingga berkembang pesat dan menempatkan sang pemilik masuk jajaran miliarder dunia?
Resep dari wanita yang sempat berprofesi sebagai buruh itu ternyata cukup sederhana. Zhou selalu menjual produk yang dihasilkan dari hasil riset dan pengembangan yang mumpuni.
Ia memang memperkuat divisi riset dan pengembangan Lens Technology dengan menyodorkan anggaran cukup tinggi. Bahkan, tak jarang 90 persen dari total laba perusahaan diinvestasikan kembali bagi menyokong pengembangan produk perusahaan.
Pada 2014, Lens Technology mencatatkan laba sebesar 1 miliar yuan atau setara 157 juta dollar AS. Dari jumlah itu, Lens menginvestasikan sebesar 900 juta yuan bagi program pengembangan.
Menurut Zhou, lewat penguasaan teknologi, pengolahan bahan baku juga akan semakin efisien. Selain itu, riset Lens Technology juga telah berhasil membukukan 100 hak paten milik perusahaan.
Salah satu dari paten yang menjadi kunci sukses Zhou adalah paten lapisan antisidik jari dan paten kaca antigores. Dua paten ini berhasil membuat layar produksi Lens Technology laris dipesan oleh beberapa pabrikan handphone top dunia, semisal Apple, Samsung, dan Huawei.
Editor : tagor
Sumber : kompas
LINTAS PUBLIK, Zhou Qunfei terlahir dari keluarga yang miskin. Kala usia 15 tahun, dirinya memutuskan untuk keluar dari sekolah karena ketiadaan biaya. Namun kerja keras, telah merubah jalan hidup wanita yang lahir 45 tahun silam tersebut. Berdasarkan catatan Forbes, Zhou kini adalah pemilik kekayaan senilai 7,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 102,2 triliun (kurs RP 14.000 perdollar AS).
Zhou Qunfei adalah pendiri Lens Technology, perusahaan pembuat layar sentuh (touchscreen) bagi industri ponsel pintar (smartphone). Sejumlah klien Lens Technology diantaranya Apple, Samsung, dan Huawei.
Forbes mencatat, hingga Desember 2015 kekayaan bersih ibu dari dua anak, yang kini berusia 45 tahun itu mencapai 7,3 miliardollar AS.
Zhou Qunfei |
Kerja keras, mengangkat derajat Zhou yang terlahir dari keluarga miskin di daerah Xiangxiang, Provinsi Hunan, China. Karena kebutuhan ekonomi, pada umur 15 tahun, Zhou keluar dari sekolah menengah untuk kemudian bekerja di salah satu pabrik di Shenzen, Provinsi Guangdong.
Di Shenzen, Zhou memilih bekerja di perusahaan yang dekat dengan Universitas Shenzhen. Di sana, Zhou mengambil kursus pendek di sebuah universitas, ketika rutinitas bekerja usai. Zhou mengambil kursus akuntansi, komputer dan manufaktur.
Zhou yang bekerja di pabrik pembuat aksesoris jam tangan, lantas memilih keluar dari pekerjaan untuk membangun usaha sendiri setelah merasa cukup memiliki modal dan pengetahuan.
Hal itu dilakukan Zhou kala berusia 23 tahun, atau tepatnya pada tahun 1993. Zhou mengambil keputusan ini setelah mendengarkan masukan dari sepupunya.
Saat memulai usaha, Zhou menggunakan uang tabungannya sebanyak 20.000 dollar Hongkong atau setara 2.580 dollar AS. Bersama kakak, adik dan dua sepupunya, Zhou memulai bisnis pembuatan kaca untuk jam tangan, berbekal pengetahuannya selama bekerja di pabrik aksesoris jam.
Dalam perkembangannya, bisnis Zhou kian berkembang. Hingga pada tahun 2001 atau delapan tahun selang pendirian perusahaan, Zhou memenangkan kontrak berharga untuk membuat layar handphone bagi produsen elektronik China yaitu TCL Corporation.
Setelah dipercaya sebagai produsen pembuat layar handphone, pada 2003, Zhou bersama sang suami mendirikan perusahaan Lens Technology, yaitu produsen pembuat layar gadget. Awal berdiri, perusahaan ini adalah perusahaan pesaing dari Bai En, perusahaan awal tempat Zhou bekerja.
Namun dengan kompetensi dan pengalaman dalam membuat layar gadget, Lens kemudian dipercaya sebagai produsen layar dari beberapa pabrikan elektronik ternama seperti Samsung, Apple dan Huawei. Bahkan kini Lens dipercaya membuat layar bagi jam tangan Apple dengan menggunakan teknologi layar sapphire crystal.
Lens menyempurnakan kesuksesannya ketika pada Maret 2015 menjual saham perusahaan ke publik alias penawaran umum perdana saham (IPO) di bursa efek Shenzhen. Dari aksi IPO, kepemilikan saham Zhou di Lens yang semula 99,1 persen, berkurang menjadi 88 persen.
Sepanjang sepekan pasca IPO, harga saham Lens selalu melonjak melebihi batas kenaikan harga saham yang diperkenankan bursa Shenzen yang sebesar 10 persen.Kenaikan harga saham Lens menyebabkan kekayaan bersih Zhou naik hingga lima kali lipat.
Kesuksesan Lens, mendorong Zhou menjadi wanita miliarder di China. Kerja keras Zhou yang sempat menjalani masa-masa sulit, kini terbayar sudah. Dia boleh bangga, sebab saat ini, Lens tercatat mampu menghidupi kurang lebih 60.000 pegawai.
Sebagai catatan, pendapatan Lens Technology pada tahun 2014 membukukan pertumbuhan sebanyak 8,6 persen menjadi 2,3 miliar dollar AS. Sebagian besar pendapatan perusahaan merupakan kontribusi dari pemain smartphone terbesar, yakni Apple dan Samsung.
Mimpi Zhou tidak berhenti sampai di sini saja. Ke depan, Zhou menargetkan akan terus mengembangkan usaha dengan melakukan sejumlah diversifikasi pada bisnis Lens Technology. Selain itu, Lens juga akan mengembangkan beberapa teknologi terbaru dalam hal produksi layar sentuh dari aneka bahan.
Bekerja sejak belia
Di usia masih belia, Zhou Qunfei terpaksa harus bertahan hidup dengan bekerja sebagai buruh pabrik jam tangan. Kondisi serba sulit yang dialami sejak kecil diperburuk dengan kematian kedua orangtua Zhou.
Sebagai remaja berusia belasan tahun, Zhou harus rela banting tulang dari pagi hingga malam dengan mendapatkan upah hanya kurang daru 1 dollar AS per hari. Pengalaman pahit inilah yang kemudian membawanya menjadi miliarder.
Ada benarnya anggapan bahwa seluruh proses berat mendatangkan kebaikan di kemudian hari. Hal ini pula yang dialami Zhou Qunfei. Ditempa dalam kondisi ekonomi serba sulit sejak kecil, membuat pendiri dan CEO Lens Technology ini tidak bosan untuk terus belajar dan bekerja keras.
Sejak kecil, perempuan kelahiran tahun 1970 ini memiliki mimpi menjadi perancang busana. Namun jalan hidup berkata lain. Di umur 15 tahun, wanita kelahiran desa Xiangxiang, Provinsi Hunan ini harus keluar dari sekolah untuk membantu orangtuanya bekerja.
Padahal, seperti dikutip New York Times, salah satu gurunya, Zhong Xiobai bilang, Zhou merupakan anak pintar dan rajin dalam kelasnya. Zhou terpaksa bekerja di usia belia karena saat itu kedua orangtuanya sudah tiada.
Ibu Zhou meninggal ketika dirinya berumur 5 tahun. Sedangkan ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja pada saat Zhou menginjak sekolah menengah.
Bekerja di usia belia bukan lah hal yang mudah. Sebab, Zhou harus banting tulang mulai dari pukul 8.00 pagi sampai 12.00 malam dengan upah kurang dari 1 dollar AS saban hari. Jam kerja yang tidak manusiawi diperburuk dengan bidang pekerjaan yang tidak sesuai minat Zhou.
Kala itu, Zhou bekerja sebagai buruh pabrik di perusahaan aksesori jam tangan. Perlahan, kebutuhan untuk makan dan bertahan hidup memaksa Zhou mulai menikmati proses kerja dan mengetahui seluk beluk proses produksi jam tangan.
Seiring berjalannya waktu, Zhou semakin tertarik dengan proses produksi kaca jam tangan. Justru pengalaman bekerja sebagai buruh di Shenzen inilah yang membawa Zhou bertemu visi hidupnya di kemudian hari.
Ketertarikannya terhadap produksi jam tangan mendorongnya belajar dan mengasah keahlian dengan menempuh kursus di Universitas Shenzhen. Setelah lama bergelut dengan alur produksi jam tangan, akhirnya Zhou nekat menjajal peruntungan di bisnis pembuatan kaca jam tangan.
Dia mendirikan bisnis pembuatan kaca jam tangan dengan uang tabungan hasil bekerja sebagai buruh. Perlahan tapi pasti, kerja keras dan ketekunan Zhou berbuah manis.
Fokus pada detail dan kualitas produk membuat perusahaan kaca jam milik Zhou berkembang pesat. Sampai suatu ketika pada tahun 2003, Zhou mendapatkan panggilan telepon tidak terduga dari salah satu direksi Motorola.
Singkat kata, direksi Motorola tersebut menawarkan proyek pembuatan layar handphone Motorola yaitu Razr V3. Antara terkejut dan kaget, Zhou menerima pinangan proyek besar pertama tersebut.
Keputusan Zhou untuk menerima proyek tersebut mengubah tren layar handphone dari plastik menjadi berbahan gelas silikon seperti sekarang. Kesuksesan membesut proyek pembuatan layar berbahan gelas silikon Motorola sontak membuat nama Zhou dan perusahaannya, Lens Technology kian harum.
Setelah Motorola, Zhou terus mengantongi kontrak besar dari sederet merek handphone beken. Semisal HTC, Nokia, dan Samsung. Popularitas Lens Technology mendorong skala bisnisnya terus membesar.
Lens Technology terus menambah jumlah pabrik, produksi dan pekerja. Tercatat saat ini Lens Technology mempekerjakan lebih dari 75.000 pegawai yang tersebar di tiga pabrik utama di daerah Changsha.
Beberapa klien besar yang masih mempercayai kualitas produk Lens Technology diantaranya Apple, Samsung dan Huawei. Pendapatan Lens Technology pada tahun 2014 membukukan pertumbuhan sebanyak 8,6 persen menjadi sekitar 2,3 miliardollar AS.
Menjadi miliarder tak membuat Zhou Qunfei lupa daratan. Ia tetap hidup sederhana, low profile, ke mana-mana membawa tas ransel, jauh dari kesan bahwa ia wanita kaya China pemilik harta 7,3 miliar dollar AS, atau sekitar Rp 102,2 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS).
Zhou pun tak suka publikasi berlebihan dan bila hendak bepergian tak banyak membawa protokoler. Kebiasaannya bekerja keras dan pantang menyerah menjadikan ia sukses.
Semakin tinggi pohon, semakin kencang pula angin yang berhembus. Peribahasa itu pas untuk Zhou Qunfei, miliarder China pemilik Lens Technology Co Ltd. Tak hanya harus menghadapi beberapa pesaing yang mulai sedikit demi sedikit mencuil pangsa pasar Lens Technology. Zhou juga mesti melayani protes dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Beberapa LSM menyoroti perlakuan Lens Technology terhadap para buruh yang memproduksi layar gadget smartphone top dunia ini. Seperti dikutip Dailymail, demo LSM paling besar terhadap Lens Technology terjadi saat peluncuran Iphone 6s pada September 2015 lalu.
LSM yang mengatasnamakan Students and Scholars Against Corporate Misbehaviour (SACOM) melakukan demo menentang perlakuan Lens terhadap beberapa buruh.
SACOM menuding Lens telah melakukan eksploitasi terhadap para buruh. Indikasinya, upah yang sering terlambat dan ruang pabrik yang tidak sehat bagi kehidupan buruh. SACOM mengklaim telah melakukan investigasi terhadap tiga pabrik Lens.
Dalam tuntutannya, SACOM meminta Apple sebagai salah satu produsen gadget agar tidak memakai produk buatan Lens lagi. LSM itu juga menuntut perbaikan perlakuan kepada para buruh Lens.
Tudingan SACOM ini agak sedikit berbeda dengan penggambaran Zhou memperlakukan karyawan. Menurut artikel New York Times,dalam mengatur manajemen perusahaan, Zhou sangat memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Bahkan dirinya berani membayar mahal pegawai kunci dalam pembuatan layar gadget.
Selain itu, Zhou juga disebut berupaya membuat nyaman pegawainya dengan menyediakan gedung khusus sebagai tempat tinggal dengan potongan harga. Ini dilakukan Zhou agar karyawannya tidak pindah ke perusahaan pesaing.
Namun tudingan miring LSM tersebut tidak terlalu mempengaruhi bisnis Lens. Kinerja Lens Technology yang sejak Maret 2015 ini tercatat di Bursa Efek Shenzhen itu malah semakin tumbuh.
Dus, pundi-pundi harta Zhou pun kian bertambah. Saat ini, perempuan berusia 45 tahun tersebut menjadi wanita terkaya di Tiongkok dengan harta 7,3 miliar dollar AS per Desember 2015.
Walaupun sudah menjadi miliarder sekaligus chief executive officer (CEO) di salah satu perusahaan terbesar China, Zhou tetap suka dengan gayanya yang low profile. Bahkan, ketika Zhou ingin mendaftarkan Lens di kantor perindustrian Changsa, pejabat di kantor tersebut sempat meremehkan karena penampilannya yang jauh dari kesan seorang miliarder.
Penampilan Zhou yang kemana-mana tidak ingin terlalu banyak membawa protokoler dan selalu membawa ransel ini memang tidak mengesankan bahwa dia merupakan pemimpin perusahaan ternama China yang sedang melakukan ekspansi cabang.
Jika ditilik di berbagai rujukan tulisan tentang Zhou memang kebanyakan menggambarkan wanita yang sudah dua kali menikah ini terlihat sederhana dan tidak terlalu menyukai publikasi berlebihan.
Sifat sederhana itu berangkat dari asal usulnya dulu yang memang dari keluarga miskin sehingga Zhou tak mau mempertontonkan kekayaannya secara berlebihan.
Namun kebiasaannya bekerja keras, ulet dan pantang menyerah membuat Zhou meraih tangga kesuksesan dan membawa Lens Technology menjadi perusahaan maju pesat di China.
Saat ini tercatat Lens telah menjadi induk perusahaan dengan 10 anak usaha yang tersebar di beberapa wilayah antara lain Hong Kong, Shenzhen, dan Hunan.
Zhou Qunfei menyadari, kunci sukses bisnis Lens Technology bersumber dari penguasaan teknologi. Oleh sebab itu, miliarder yang pernah berprofesi sebagai buruh tersebut tidak pernah sungkan membenamkan kembali mayoritas laba perusahaan untuk mendukung program riset dan pengembangan.
Tak lupa, Zhou memberikan perhatian lebih bagi karyawannya. Terbukti, badai krisis tak sampai menyebabkan bisnis Zhou gulung tikar. Yang terjadi justru sebaliknya.
Jual produk hasil riset
Dua belas tahun sudah Zhou Qunfei mendirikan Lens Technology, perusahaan produsen layar kaca gadget. Sejak berdiri tahun 2003, perusahaan itu kini menjadi salah satu pemain penting dalam bisnis layar handphone, tablet, dan laptop.
Apa resep Zhou hingga Lens Technology sehingga berkembang pesat dan menempatkan sang pemilik masuk jajaran miliarder dunia?
Resep dari wanita yang sempat berprofesi sebagai buruh itu ternyata cukup sederhana. Zhou selalu menjual produk yang dihasilkan dari hasil riset dan pengembangan yang mumpuni.
Ia memang memperkuat divisi riset dan pengembangan Lens Technology dengan menyodorkan anggaran cukup tinggi. Bahkan, tak jarang 90 persen dari total laba perusahaan diinvestasikan kembali bagi menyokong pengembangan produk perusahaan.
Pada 2014, Lens Technology mencatatkan laba sebesar 1 miliar yuan atau setara 157 juta dollar AS. Dari jumlah itu, Lens menginvestasikan sebesar 900 juta yuan bagi program pengembangan.
Menurut Zhou, lewat penguasaan teknologi, pengolahan bahan baku juga akan semakin efisien. Selain itu, riset Lens Technology juga telah berhasil membukukan 100 hak paten milik perusahaan.
Salah satu dari paten yang menjadi kunci sukses Zhou adalah paten lapisan antisidik jari dan paten kaca antigores. Dua paten ini berhasil membuat layar produksi Lens Technology laris dipesan oleh beberapa pabrikan handphone top dunia, semisal Apple, Samsung, dan Huawei.
Editor : tagor
Sumber : kompas
Tidak ada komentar