Cerita Ayah Allya Sebelum Putrinya Tewas Usai Chiropractic
LINTAS PUBLIK - Jakarta, Alfian Helmy Hasjim, ayah Allya Siska Nadya yang tewas setelah menjalani terapi di Klinik Chiropractic First, menceritakan kronologi kematian putrinya. Sambil terbata-bata, Alfian menuturkan, Allya kerap mengeluh nyeri di bagian punggung kiri sejak 2014.
Perempuan kelahiran 1982 itu memilih terapi fisioterapi setiap rasa sakitnya muncul. Lantaran bakal bertolak ke Paris, Prancis untuk menempuh pendidikan magister, Allya memilih Klinik Chiropractic First agar terbebas dari keluhan nyeri punggung.
Allya, kata Alfian, bahkan menjalani dua kali perawatan dalam sehari. Nyatanya, ia mengatakan Allya justru tambah kesakitan setelah kembali ke rumah. Keluarga lalu membawa Allya ke Rumah Sakit Pondok Indah. “Di rumah sakit juga dia terus mengeluh sakit, kami tak tahan melihatnya,” kata Alfian dalam konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Jumat, 8 Januari 2016.
Akhirnya, Allya meninggal pada 6 Agustus 2015 setelah menjalani terapi. Berdasarkan keterangan ibu Allya yang melapor ke Polda Metro Jaya pada 12 Agustus 2015, anaknya meninggal setelah melakukan terapi. Dia bersaksi bahwa kepala Allya diputar hingga mengeluarkan suara 'krek-krek'.
Alfian hingga kini menolak jasad anaknya diotopsi. Ia memutuskannya setelah meminta saran dari beberapa dokter. Menurut dia, jasad Allya sudah rusak lantaran usianya memasuki lima bulan. “Lagi pula, saya pribadi juga sebenarnya keberatan,” ujar.
Menurut Alfian, keputusan itu bisa berbeda jika usulan otopsi muncul tak lama setelah Allya wafat pada 6 Agustus 2015. Ia mengatakan keluarganya awam terhadap pengusutan penyebab kematian seseorang. Saat itu juga tak ada yang menyarankan agar jasad Allya diotopsi.
Alfian mengatakan usulan itu muncul dari dokter Luthfi, yang pernah merawat Allya pada pertengahan 2014, saat keluarga berkunjung ke Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Kedatangan keluarga bertujuan memberi tahu dokter tersebut ihwal kematian Allya. Keluarga lantas melaporkan kejadian di klinik Chiropractic First di Pondok Indah Mall 1 ke polisi pada 12 Agustus 2015.
Editor : tagor
Sumber : tempo
Perempuan kelahiran 1982 itu memilih terapi fisioterapi setiap rasa sakitnya muncul. Lantaran bakal bertolak ke Paris, Prancis untuk menempuh pendidikan magister, Allya memilih Klinik Chiropractic First agar terbebas dari keluhan nyeri punggung.
Ayah dari mendiang Allya Siska Nadya, Alvian Helmy Hasjim saat menggelar jumpa pers terkait kasus malpraktik klinik Chiropractic First di Senayan, Jakarta Selatan, 8 Januari 2016. |
Akhirnya, Allya meninggal pada 6 Agustus 2015 setelah menjalani terapi. Berdasarkan keterangan ibu Allya yang melapor ke Polda Metro Jaya pada 12 Agustus 2015, anaknya meninggal setelah melakukan terapi. Dia bersaksi bahwa kepala Allya diputar hingga mengeluarkan suara 'krek-krek'.
Alfian hingga kini menolak jasad anaknya diotopsi. Ia memutuskannya setelah meminta saran dari beberapa dokter. Menurut dia, jasad Allya sudah rusak lantaran usianya memasuki lima bulan. “Lagi pula, saya pribadi juga sebenarnya keberatan,” ujar.
Menurut Alfian, keputusan itu bisa berbeda jika usulan otopsi muncul tak lama setelah Allya wafat pada 6 Agustus 2015. Ia mengatakan keluarganya awam terhadap pengusutan penyebab kematian seseorang. Saat itu juga tak ada yang menyarankan agar jasad Allya diotopsi.
Alfian mengatakan usulan itu muncul dari dokter Luthfi, yang pernah merawat Allya pada pertengahan 2014, saat keluarga berkunjung ke Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Kedatangan keluarga bertujuan memberi tahu dokter tersebut ihwal kematian Allya. Keluarga lantas melaporkan kejadian di klinik Chiropractic First di Pondok Indah Mall 1 ke polisi pada 12 Agustus 2015.
Editor : tagor
Sumber : tempo
Tidak ada komentar