Jokowi Dicela Aktivis Satwa: Borong Burung di Pasar Pramuka
LINTAS PUBLIK - Bandung, Koordinator Profauna Representatif Jawa Barat Plus Rinda Aunillah Sirait menyayangkan tindakan Presiden Joko Widodo yang memborong beragam burung di Pasar Pramuka, Jakarta. Alasannya, pasar tersebut merupakan tempat transaksi satwa terbesar di Indonesia yang pada berbagai kasus termasuk satwa liar yang harusnya dilindungi pemerintah.
Menurut Rinda, Profauna dan beberapa organisasi peduli satwa di Jakarta pernah melakukan investigasi dan menemukan perdagangan satwa liar dilindungi di Pasar Pramuka. Temuan itu beberapa kali dilaporkan kepada pihak berwenang, tapi kejadian terus berulang. “Harusnya Presiden menggunakan kewenangannya untuk konservasi,” katanya, Ahad, 3 Januari 2016.
Karena itu, Rinda melanjutkan, tidak semestinya Jokowi membeli burung di Pasar Pramuka. “Kami enggak tahu asal burungnya dari mana, harusnya (Jokowi) tidak beli burung dari sana,” ujarnya.
"Kan, ada beberapa pusat rehabilitasi satwa, atau beli dari tempat penangkaran burung."
Profauna mencatat, sepanjang 2015, ada 5.000 kasus perdagangan satwa liar dan 370 kasus perburuan satwa liar. Meskipun jumlah kasusnya berkurang dari 2014, jumlah satwa liar yang diperdagangkan lebih banyak.
Contoh dari beberapa kasus dengan volume mencengangkan tersebut antara lain perdagangan 96 ekor trenggiling hidup, 5.000 kilogram daging trenggiling beku, dan 77 kilogram sisik trenggiling yang terungkap di Medan pada April 2015.
Ada juga penyelundupan 10 kilogram insang ikan pari manta, empat karung berisi campuran tulang ikan hiu dan ikan pari manta, serta dua karung tulang ikan hiu dan empat sirip hiu di Flores Timur pada Juli 2015.
Kemudian kasus penyelundupan sebuah kontainer berisi cangkang kerang kepala kambing senilai Rp 20,422 miliar pada Agustus 2015 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Barang ilegal itu rencananya diekspor ke Cina.
Rinda mengatakan pemerintah harusnya memberangus semua praktek perdagangan satwa liar, termasuk tempat transaksi fisik dan online. Rinda menyarankan agar Presiden meninjau ulang aturan perdagangan satwa liar.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo pada Sabtu, 2 Januari 2016, mampir ke Pasar Burung di Jalan Pramuka, Jakarta, untuk membeli 190 ekor burung. Jenisnya antara lain burung jalak kebo, jalak nias, jalak biasa, puter, perkutut, kutilang sutra, kutilang biasa, dan trucuk.
Semua burung itu dilepas di Kebun Raya Bogor pada Ahad, 3 Januari 2016. “Saya sering melepas ikan dan burung untuk menjaga ekosistem, terutama di kawasan perkotaan. Jumlah burung semakin berkurang. Burung harus dilindungi dan jumlahnya diperbanyak. Melepas burung atau melepas ikan di sungai upaya kita merawat keseimbangan alam,” tutur Jokowi lewat tulisan yang beredar di media sosial.
Editor : tagor
Sumber : tempo
Menurut Rinda, Profauna dan beberapa organisasi peduli satwa di Jakarta pernah melakukan investigasi dan menemukan perdagangan satwa liar dilindungi di Pasar Pramuka. Temuan itu beberapa kali dilaporkan kepada pihak berwenang, tapi kejadian terus berulang. “Harusnya Presiden menggunakan kewenangannya untuk konservasi,” katanya, Ahad, 3 Januari 2016.
Karena itu, Rinda melanjutkan, tidak semestinya Jokowi membeli burung di Pasar Pramuka. “Kami enggak tahu asal burungnya dari mana, harusnya (Jokowi) tidak beli burung dari sana,” ujarnya.
"Kan, ada beberapa pusat rehabilitasi satwa, atau beli dari tempat penangkaran burung."
Presiden Joko Widodo melepaskan 190 burung di kawasan Istana Bogor, Jawa Barat, 3 Januari 2016. |
Contoh dari beberapa kasus dengan volume mencengangkan tersebut antara lain perdagangan 96 ekor trenggiling hidup, 5.000 kilogram daging trenggiling beku, dan 77 kilogram sisik trenggiling yang terungkap di Medan pada April 2015.
Ada juga penyelundupan 10 kilogram insang ikan pari manta, empat karung berisi campuran tulang ikan hiu dan ikan pari manta, serta dua karung tulang ikan hiu dan empat sirip hiu di Flores Timur pada Juli 2015.
Kemudian kasus penyelundupan sebuah kontainer berisi cangkang kerang kepala kambing senilai Rp 20,422 miliar pada Agustus 2015 di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Barang ilegal itu rencananya diekspor ke Cina.
Rinda mengatakan pemerintah harusnya memberangus semua praktek perdagangan satwa liar, termasuk tempat transaksi fisik dan online. Rinda menyarankan agar Presiden meninjau ulang aturan perdagangan satwa liar.
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo pada Sabtu, 2 Januari 2016, mampir ke Pasar Burung di Jalan Pramuka, Jakarta, untuk membeli 190 ekor burung. Jenisnya antara lain burung jalak kebo, jalak nias, jalak biasa, puter, perkutut, kutilang sutra, kutilang biasa, dan trucuk.
Semua burung itu dilepas di Kebun Raya Bogor pada Ahad, 3 Januari 2016. “Saya sering melepas ikan dan burung untuk menjaga ekosistem, terutama di kawasan perkotaan. Jumlah burung semakin berkurang. Burung harus dilindungi dan jumlahnya diperbanyak. Melepas burung atau melepas ikan di sungai upaya kita merawat keseimbangan alam,” tutur Jokowi lewat tulisan yang beredar di media sosial.
Editor : tagor
Sumber : tempo
Tidak ada komentar