Kekurangan Insinyur, Indonesia Bisa Digempur Asing
LINTAS PUBLIK - JAKARTA,Jumlah insinyur di Indonesia mencapai 750.000 orang, namun tidak semuanya bekerja di bidang jasa keinsinyuran. Mereka yang bekerja sesuai bidangnya, hanya sekitar 40 persen.
Adapun kebutuhan total 120.000 insinyur setiap tahun, sementara lulusan insinyur hanya sebanyak 65.000 orang per tahun.
"Dengan kekurangan 30.000, ditambah yang tidak kerja bekerja di bidangnya, (insinyur) asing bisa tambah banyak dan leluasa masuk," ujar anggota Dewan Insinyur Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rully Chairul di Jakarta, Kamis (31/12/2015).
Rully menambahkan, selain yang bekerja tidak di bidangnya, dari jumlah 750.000 insinyur ini juga ada yang bekerja di luar negeri.
Rully menyebutkan, saat ini PII tengah mendata jumlah insinyur yang bekerja di luar negeri. Dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan minat insinyur, PII berupaya untuk menyetarakan upah atau billing rate insinyur di Indonesia dengan di ASEAN.
Pasalnya, jika dibandingkan dengan kualitas insinyur di ASEAN, insinyur lokal tidak kalah bagusnya. Pengalaman membangun infrastrktur, misalnya, Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata di kelas ASEAN.
Selain itu, masih dalam menaikkan minat insinyur, pemerintah juga perlu menaruh perhatian kepada riset.
Selama ini, pemerintah hanya menganggarkan riset kurang dari 10 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 0,01 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional.
Hal ini menunjukkan pemerintah kurang peduli terhadap inovasi. Padahal, insinyur bisa mendapatkan keuntungan dari nilai tambah produk yang dihasilkan oleh negara.
"Insinyur dianggap profesi yang tidak menjanjiikan di masa depan. Anggapan ini kan konyol," cetus Rully.
Editor : tagor
Sumber : kompas
Adapun kebutuhan total 120.000 insinyur setiap tahun, sementara lulusan insinyur hanya sebanyak 65.000 orang per tahun.
"Dengan kekurangan 30.000, ditambah yang tidak kerja bekerja di bidangnya, (insinyur) asing bisa tambah banyak dan leluasa masuk," ujar anggota Dewan Insinyur Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Rully Chairul di Jakarta, Kamis (31/12/2015).
Ilustrasi Insinyur sedang bekerja |
Rully menyebutkan, saat ini PII tengah mendata jumlah insinyur yang bekerja di luar negeri. Dalam upaya meningkatkan taraf hidup dan minat insinyur, PII berupaya untuk menyetarakan upah atau billing rate insinyur di Indonesia dengan di ASEAN.
Pasalnya, jika dibandingkan dengan kualitas insinyur di ASEAN, insinyur lokal tidak kalah bagusnya. Pengalaman membangun infrastrktur, misalnya, Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata di kelas ASEAN.
Selain itu, masih dalam menaikkan minat insinyur, pemerintah juga perlu menaruh perhatian kepada riset.
Selama ini, pemerintah hanya menganggarkan riset kurang dari 10 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 0,01 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional.
Hal ini menunjukkan pemerintah kurang peduli terhadap inovasi. Padahal, insinyur bisa mendapatkan keuntungan dari nilai tambah produk yang dihasilkan oleh negara.
"Insinyur dianggap profesi yang tidak menjanjiikan di masa depan. Anggapan ini kan konyol," cetus Rully.
Editor : tagor
Sumber : kompas
Tidak ada komentar