Takut WIL-nya Melapor Istri Mahasiswi Dibunuh di Hutan
LINTAS PUBLIK, PENDEK rejekinya, pendek pula pikirannya. Begitulah kondisi Dalimin, 29, kuli bangunan dari Madiun (Jatim). Punya WIL, tapi nyalinya kecil. Ditakuti-takuti Umi, 20, bahwa mau ngadu ke istrinya, Dalimin jadi panik, sehingga mahasiswa Stikes itu malah dibunuh di punggir hutan. Akhirnya jadi urusan Polisi.
Punya WIL itu agaknya sudah menjadi hak semua warga negara. Tak hanya pejabat atau pengusaha, kuli bangunan pun bisa juga punya WIL. Padahal umumnya cem-ceman itu merupakan proyek padat modal. Demi si wanita alternatif, harus siap kobol-kobol isi kantong, karena untuk memanjakan “si entong”. Walhasil, jika anggaran cekak, seyonya tidak punya pikiran macem-macem. Mending fokus pada istri di rumah.
Teori per-WIL-an semacam itu ternyata dijungkir-balikkan oleh Dalimin, warga Madiun. Meski profesinya hanya kuli bangunan, dia berani juga punya WIL, mahasiswi lagi. Bagi Dalimin, uang bukanlah segalanya. Tanpa uang pun, seorang wanita cantik bisa ditaklukkannya. Jadi kuncinya, bukan uang, tapi lobi-lobi politik asmara, ditambah rayuan gombale mukiyo. Pasti menuai sukses.
Adalah Umi, mahasiswi Stikes (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) Madiun. Meski seorang akademisi, dia bisa terlena oleh penampilan Dalimin yang sebetulnya hanya kuli bangunan itu. Penampilan anak muda ini memang selalu necis. Padahal jika pas menekuni pekerjaan kesehariannya, keringatnya bau semen . Kalau kantongnya nampak menggelembung, itu bukan isi uang melainkan lot atau benang.
Bila pekerjaan sehari-harinya ngaduk semen dan pasir, pacaran dengan Umi, berani juga dia mengaduk-aduk kehormatan sang mahasiswi. Baru pacaran sebulan, sudah bisa hubungan intim berulang kali. Anehnya Umi manut saja, tanpa berusaha menyelidiki siapa sebenarnya Dalimin yang nampak ganteng tapi tak lepas dari gorok sentheng (gergaji kecil).
Tapi lama-lama Umi tahu juga aslinya Dalimin, bahkan mengancam hendak melapor pada istrinya. Rupanya hal ini diam-diam menjadikan kuli bangunan itu panik. Sejak itu muncul otak jahatnya, ingin melenyapkan sigadis, sehingga tidak perlu skandal itu sampai di telinga istrinya.
Mahasiswi warga Wonoasri, tetap dipacari sebagaimana biasa. Bahkan saat naik boncengan motor dan sampai di hutan jati wilayah Saradan, Kabupaten Madiun, Dalimin sempat mengajak Umi hubungan intim di balik pohon jati, disaksikan ulat-ulat jati.
Tapi habis “eksekusi” tersebut, Dalimin melancarkan rencana jahatnya. Umi ditusuk pisau dapur tiga kali pada perutnya, sehingga wasalam di tempat. Mayatnya ditinggalkan begitu saja sampai kemudian polisi berhasil melacak siapa pembunuhnya.
Dalimin kidi duduk di kursi pesakitan di PN Madiun. Ancamannya 15 tahun hukuman penjara. Dalam pemeriksaan kuli banguan ini mengakui saja semua tuduhan jaksa. Dia berterus terang pula, nekat membunuh Umi karena takut gadis itu benar-benar lapor pada istrinya. Padahal penyelesaian dengan menghilangkan nyawa orang, urusan justru semakin berlarut-larut dan panjang.
Ingat nasihat Kantor Pegadaian, menyelesaikan masalah tanpa masalah.
Editor : tagor
Sumber : poskota
Punya WIL itu agaknya sudah menjadi hak semua warga negara. Tak hanya pejabat atau pengusaha, kuli bangunan pun bisa juga punya WIL. Padahal umumnya cem-ceman itu merupakan proyek padat modal. Demi si wanita alternatif, harus siap kobol-kobol isi kantong, karena untuk memanjakan “si entong”. Walhasil, jika anggaran cekak, seyonya tidak punya pikiran macem-macem. Mending fokus pada istri di rumah.
ilustrasi pembunuhan |
Adalah Umi, mahasiswi Stikes (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) Madiun. Meski seorang akademisi, dia bisa terlena oleh penampilan Dalimin yang sebetulnya hanya kuli bangunan itu. Penampilan anak muda ini memang selalu necis. Padahal jika pas menekuni pekerjaan kesehariannya, keringatnya bau semen . Kalau kantongnya nampak menggelembung, itu bukan isi uang melainkan lot atau benang.
Bila pekerjaan sehari-harinya ngaduk semen dan pasir, pacaran dengan Umi, berani juga dia mengaduk-aduk kehormatan sang mahasiswi. Baru pacaran sebulan, sudah bisa hubungan intim berulang kali. Anehnya Umi manut saja, tanpa berusaha menyelidiki siapa sebenarnya Dalimin yang nampak ganteng tapi tak lepas dari gorok sentheng (gergaji kecil).
Tapi lama-lama Umi tahu juga aslinya Dalimin, bahkan mengancam hendak melapor pada istrinya. Rupanya hal ini diam-diam menjadikan kuli bangunan itu panik. Sejak itu muncul otak jahatnya, ingin melenyapkan sigadis, sehingga tidak perlu skandal itu sampai di telinga istrinya.
Mahasiswi warga Wonoasri, tetap dipacari sebagaimana biasa. Bahkan saat naik boncengan motor dan sampai di hutan jati wilayah Saradan, Kabupaten Madiun, Dalimin sempat mengajak Umi hubungan intim di balik pohon jati, disaksikan ulat-ulat jati.
Tapi habis “eksekusi” tersebut, Dalimin melancarkan rencana jahatnya. Umi ditusuk pisau dapur tiga kali pada perutnya, sehingga wasalam di tempat. Mayatnya ditinggalkan begitu saja sampai kemudian polisi berhasil melacak siapa pembunuhnya.
Dalimin kidi duduk di kursi pesakitan di PN Madiun. Ancamannya 15 tahun hukuman penjara. Dalam pemeriksaan kuli banguan ini mengakui saja semua tuduhan jaksa. Dia berterus terang pula, nekat membunuh Umi karena takut gadis itu benar-benar lapor pada istrinya. Padahal penyelesaian dengan menghilangkan nyawa orang, urusan justru semakin berlarut-larut dan panjang.
Ingat nasihat Kantor Pegadaian, menyelesaikan masalah tanpa masalah.
Editor : tagor
Sumber : poskota
Tidak ada komentar