Header Ads

Gara-gara Rambut Keriting, Seorang Pelayan Restoran Dilarang Kerja

LINTAS PUBLIK, Seorang pelayan restoran di Jack Astor’s Bar & Grill di Toronto, Kanada, mengaku dia disuruh pulang oleh manajer-nya karena memperlihatkan jenis rambut alamiahnya yang disanggul di tempat kerja.

Akua Agyemfra (20) masih menjalani pelatihan untuk menjadi pelayan tetap di restoran tersebut di atas, ketika sang manajer menegurnya dan mengatakan bahwa ada aturan semua pelayan wanita harus membiarkan rambut tergerai selama jam kerja.

Rambut keriting alamiah milik Akua Agymefra menjadi persoalaan di tempat bekerjanya.
“Dia (manajer) mengatakannya dengan baik-baik,” ujar Agyemfra

“Namun, itu tidak meniadakan kenyataan bahwa dia menyuruh saya pulang karena rambut,” imbuhnya.

Lalu, dia menambahkan bahwa dirinya tidak pernah diberi tahu soal aturan gaya rambut sebelum melamar dan menjalani pelatihan kerja.

Menjawab soal keluhan Agyemfra, perwakilan dari restoran pun bersedia memberikan penjelasan.

Kathryn Long, Marketing Manager di Jack Astor, mengklarifikasi pada People bahwa perusahaannya memiliki standar yang mengizinkan pelayan memilih menggeraikan rambut atau mengikat rambut.

“Kami selalu berusaha menjadi perusahaan yang bertanggung jawab, adil, dan menghargai karyawan. Kami menyediakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk semuanya,” jelas Long.

Mengalami peristiwa yang menurut Agyemfra merupakan diskriminasi pada wanita kulit hitam tersebut, dia pun menuruti saran sang ibu, untuk tak lagi bekerja di Jack Astro.

Pengalaman kurang menyenangkan itu dituangkan oleh Agyemfra dalam status Facebook, yang kemudian tersebar viral.

Alhasil, sekarang Agyemfra banyak menjadi nara sumber tamu pada sejumlah wawancara dengan media berkaitan dengan insiden ofensif tersebut.

“Aku tahu bahwa saat bekerja banyak wanita kulit hitam yang mengenakan rambut palsu atau rambut tambahan untuk menutupi jenis rambut kami yang keriting dan tebal. Lalu, tak sedikit pula yang dipaksa untuk meluruskan rambut setiap hari,” urai Agyemfra.

“Jangan berpikir negatif, aku menganggap rambut tambahan itu bagus, aku mengenakannya semenjak masih kecil. Namun, mengapa aku harus disingkirkan ketika aku memilih untuk membiarkan rambutku terlihat natural?,” jelasnya.

Kemudian, dia menegaskan bahwa dia tidak akan berkompromi ketika permintaan perusahaan justru merusak dan merugikan dirinya sendiri.

Sebab, rambut yang sering terpapar zat kimia dan alat penata rambut elektronik memang rentan mengalami kerontokan dan masalah rambut lainnya.

“Kulit kepalaku membutuhkan ruang, sesekali, untuk bernapas. Aku meminta kebebasan yang sama dengan wanita lainnya,” pungkasnya.


Editor    : tagor
Sumber  : kompas

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.