Saat Tito Karnavian Hormati Seniornya...
LINTAS PUBLIK, The right man in the right place atau prinsip orang yang tepat di tempat yang tepat dalam bekerja sebenarnya tidak membedakan status senior ataupun yunior orang tersebut.
Namun, di Indonesia, keberadaan senior dan yunior adakalanya dapat memengaruhi hubungan dan kualitas kerja seseorang.
Apalagi jika dipengaruhi kultur ewuh pakewuh, rasa sungkan, yang sangat kuat, prinsip bekerja yang baik dan profesional dikhawatirkan bisa terhambat.
Tak lama setelah nama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal M Tito Karnavian diusulkan Presiden Joko Widodo sebagai calon Kepala Kepolisian Negara RI, Rabu (15/6/2016), ada yang menyangsikannya.
Pasalnya, beranikah Tito menegakkan disiplin dan integritas anggota Polri karena banyaknya oknum Polri yang dituduh bertindak korup.
”Kalau Pak Tito dapat membawa diri dengan baik, tak ewuh pakewuh terhadap para seniornya, ia akan berhasil. Tetapi, jika tak berani dan profesional, ia akan gagal,” ujar pejabat tersebut, pekan lalu.
Saat ini, Tito tercatat sebagai salah seorang jenderal polisi bintang tiga di antara sembilan komisaris jenderal lainnya yang paling muda usia ataupun angkatannya di Akademi Kepolisian.
Pria kelahiran Palembang, 26 Oktober 1964 itu, merupakan lulusan Akpol 1987. Adapun delapan jenderal bintang tiga lainnya adalah seniornya di Akpol 1982, 1983, 1984, dan 1985.
Tak heran jika di istana pun ada cerita Tito menolak namanya diusulkan masuk kandidat Kapolri.
”Ah jangan, saya tidak enak dengan senior saya,” ungkap si pencerita itu.
Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo, yang dikonfirmasi, Senin (27/6/2016), membenarkan bahwa Tito merasa tak enak dicalonkan sebagai calon Kapolri.
”Pak Tito kaget dan bilang, ’Ah Mas, saya tidak enak dengan para senior saya’,” kata Bambang yang mengaku menelepon Tito pasca Ketua DPR Ade Komaruddin memberitahukan surat Presiden soal pencalonan Tito.
Kekhawatiran Tito sebenarnya harus ditepis. ”Saya ditelepon Pak Budi Gunawan (Wakil Kapolri), Pak Budi Waseso (Kepala Badan Nasional Narkotika), dan Pak Syafruddin (Kepala Lembaga Pendidikan Polri) yang mendukung penuh dan berharap fit and propertest berjalan lancar,” kata Bambang.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengumpulkan para jenderal untuk menyatakan dukungannya terhadap Tito.
Meskipun mendapat dukungan penuh seniornya, Tito tetap rendah hati. Saat ditanyakan waktu pelantikannya sebagai Kapolri, Tito tak mau buru-buru, apalagi mendahului seniornya.
”Semua itu terserah Presiden. Saya berharap (pelantikan Kapolri) setelah 1 Juli (Hari Bhayangkara). Biar Pak Badrodin yang memimpin dulu Hari Bhayangkara. Saya harus menghormati senior dan atasan saya,” ujar Tito yang menghadiri ulang tahun ke-45 Puti Guntur Soekarno dan buka puasa di kediaman Guntur Soekarnoputra di Jakarta, Minggu (26/6).
Tito yang namanya diambil dari nama Josip Broz Tito, Presiden Yugoslavia (kini bubar dan pecah jadi negara baru), memang ingin menjadi sosok yang tepat di tempat yang sebenarnya.
”Kalau kita menghormati mereka, mereka juga akan menghormati kita. Dan, kita akan menjadi orang yang profesional,” ujarnya.
Editor : tagor
Sumber : kompas
Namun, di Indonesia, keberadaan senior dan yunior adakalanya dapat memengaruhi hubungan dan kualitas kerja seseorang.
Apalagi jika dipengaruhi kultur ewuh pakewuh, rasa sungkan, yang sangat kuat, prinsip bekerja yang baik dan profesional dikhawatirkan bisa terhambat.
Tak lama setelah nama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal M Tito Karnavian diusulkan Presiden Joko Widodo sebagai calon Kepala Kepolisian Negara RI, Rabu (15/6/2016), ada yang menyangsikannya.
Pasalnya, beranikah Tito menegakkan disiplin dan integritas anggota Polri karena banyaknya oknum Polri yang dituduh bertindak korup.
”Kalau Pak Tito dapat membawa diri dengan baik, tak ewuh pakewuh terhadap para seniornya, ia akan berhasil. Tetapi, jika tak berani dan profesional, ia akan gagal,” ujar pejabat tersebut, pekan lalu.
Saat ini, Tito tercatat sebagai salah seorang jenderal polisi bintang tiga di antara sembilan komisaris jenderal lainnya yang paling muda usia ataupun angkatannya di Akademi Kepolisian.
Pria kelahiran Palembang, 26 Oktober 1964 itu, merupakan lulusan Akpol 1987. Adapun delapan jenderal bintang tiga lainnya adalah seniornya di Akpol 1982, 1983, 1984, dan 1985.
Tak heran jika di istana pun ada cerita Tito menolak namanya diusulkan masuk kandidat Kapolri.
”Ah jangan, saya tidak enak dengan senior saya,” ungkap si pencerita itu.
Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo, yang dikonfirmasi, Senin (27/6/2016), membenarkan bahwa Tito merasa tak enak dicalonkan sebagai calon Kapolri.
”Pak Tito kaget dan bilang, ’Ah Mas, saya tidak enak dengan para senior saya’,” kata Bambang yang mengaku menelepon Tito pasca Ketua DPR Ade Komaruddin memberitahukan surat Presiden soal pencalonan Tito.
Kekhawatiran Tito sebenarnya harus ditepis. ”Saya ditelepon Pak Budi Gunawan (Wakil Kapolri), Pak Budi Waseso (Kepala Badan Nasional Narkotika), dan Pak Syafruddin (Kepala Lembaga Pendidikan Polri) yang mendukung penuh dan berharap fit and propertest berjalan lancar,” kata Bambang.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengumpulkan para jenderal untuk menyatakan dukungannya terhadap Tito.
Meskipun mendapat dukungan penuh seniornya, Tito tetap rendah hati. Saat ditanyakan waktu pelantikannya sebagai Kapolri, Tito tak mau buru-buru, apalagi mendahului seniornya.
”Semua itu terserah Presiden. Saya berharap (pelantikan Kapolri) setelah 1 Juli (Hari Bhayangkara). Biar Pak Badrodin yang memimpin dulu Hari Bhayangkara. Saya harus menghormati senior dan atasan saya,” ujar Tito yang menghadiri ulang tahun ke-45 Puti Guntur Soekarno dan buka puasa di kediaman Guntur Soekarnoputra di Jakarta, Minggu (26/6).
Tito yang namanya diambil dari nama Josip Broz Tito, Presiden Yugoslavia (kini bubar dan pecah jadi negara baru), memang ingin menjadi sosok yang tepat di tempat yang sebenarnya.
”Kalau kita menghormati mereka, mereka juga akan menghormati kita. Dan, kita akan menjadi orang yang profesional,” ujarnya.
Editor : tagor
Sumber : kompas
Tidak ada komentar