Header Ads

Ketika Tukang Ojek Dapat Peluang Goreng “Ikan Hias”

LINTAS PUBLIK, TUKANG ojek “mujur” tapi ngawur mungkin hanya Sundoro, 50, dari Bojonegoro (Jatim). Sudah lama dia mengincar Satinah, 22, bini tetangganya. Sebetulnya dia tidak pede. Tapi tiba-tiba ada peluang, langsung saja bini Wagiman, 30, itu diperkosa di tengah sawah. Dia puas, karena berhasil menggoreng si “ikan hias” itu.

Bayang-bayang hendaklah sepanjang badan, begitu kata pepatah lama. Bertolak dari pepatah tersebut, orang harus mengukur diri bila mana punya kemauan. Misalnya, pengin jadi anggota DPR, tapi tidak pernah terjun ke politik. Kepengin jadi wartawan, tapi tidak suka membaca. Walhasil, bekerja tak sesuai bakat, akan menghasilkan yang setengah-setengah.


Sundoro warga Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro, sangat memahami pepatah lama tersebut. Maka ketika dia sebetulnya naksir Satinah warga setempat, sama sekali tak berani mendeklarasikan cintanya di alun-alun, karena menyadari akan kemampuannya.

Setidaknya ada 3 hal yang menjadi kendala. Pertama, Satinah ini sudah jadi bini orang. Kedua, dia sendiri usianya jauh lebih tua dan juga sudah berkeluarga. Ketiga, status dirinya yang hanya tukang ojek, mana mungkin ingin mendapatkan perempuan yang bersuamikan PNS. Jelas PNS lebih bergensi ketimbang tukang ojek. PNS memiliki NIP, sedangkan pengojek seperti dirinya hanya punya SIM C.

Karena pertimbangan itu, meski ukuran celana langsung berubah ketika melihat Satinah, dia harus meredam emosi. Suka atau tidak, bini tetangga yang cantik itu harus dianggap seperti ikan hias. Biarpun indahnya selangit, lelaki lain hanya bisa melihat saja. Padahal bila memungkinkan, ikan hias itu bisa juga “digoreng” dan rasanya pasti gurih.

Nggak ada angin nggak ada hujan, Sundoro dimintai tolong Satinah untuk mengantar ke rumah orangtuanya di Kecamatan Baureno. Kenapa harus malam-malam? Katanya, dia sedang jengkel pada suami, karena habis ribut. “Jadi kamu ini ceritanya mau purik, ta Mbak?” kata Sundoro menebak. Satinah ternyata mengangguk.

Sebagai pengojek, dia senang-senang saja mengantar Satinah sampai ke tujuan. Tapi di balik itu, dia merasa dapat peluang emas untuk bisa lebih dekat dengan bini Wagiman tersebut. Namanya sudah naksir duluan, setiap menyenggol tubuh Satinah yang diboncengkannya, dadanya bergemuruh, ser-serrrran! “Udah cemplak saja Bleh, mumpung ada kesempatan,” kata setan membakar nafsu Sundoro.

Tiba-tiba Sundoro merasa dapat keberuntungan. Bagaimana tidak? “Ikan hias” itu kini ada dalam boncengannya dan siap digoreng. Cuma tempatnya di mana? Di hotel mana mungkin, jelas Satinah akan curiga bisa diajak masuk hotel. Maka jalan satu-satunya, cari persawahan yang sepi, yang jauh dari permukiman.

Tiba di Desa Sraturejo, Kecamatan Baureno, motor dihentikan di tengah bulak. Tanpa malu-malu lagi Sundoro minta dilayani sebagaimana layaknya suami istri. Tentu saja Satinah menolak. Tapi penolakan itu tak ada artinya, karena tukang ojek itu langsung meringkusnya dengan paksa, dan kemudian tertuntaskan nafsu Sundoro yang dipendam sekian lama.

Habis memperkosa Sundoro langsung kabur. Untung saja Satinah ditolong orang dan kemudian melapor ke polisi. Malam itu juga pengojek horor itu ditangkap di rumahnya dan disel di Polsek Baureno. Ancaman hukumannya, 12 tahun penjara.

Kecuali pengacaranya lihai membela kliennya, demikian kisah ini dipublikasikan poskotanews.com, Sabtu ( 9/7/2016).


Editor   : tagor
Sumber : poskota

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.