Header Ads

Mimpi Itu Terwujud, Putra Pencari Rongsokan Diterima di Fakultas Kedokteran UGM

LINTAS PUBLIK - SLEMAN,  Mimpi Permana Suskalanggeng dan istrinya, Dwi Asih Prihati, menjadi kenyataan. Putra sulung mereka kini diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Bagi pasangan suami-istri itu, pendidikan adalah segala-galanya demi hidup dan masa depan anak yang lebih baik.

Permana sehari-hari bekerja sebagai pencari barang rongsok. Ia pergi ke desa-desa dengan mengendarai motor tua. Di perjalanan, seringkali motor uzurnya mogok hingga ia harus berhenti untuk memperbaiki.

Muhammad Wiskha Al Hafiidh Suskalanggeng diapit oleh ibunya Dwi Asih Prihati
dan ayahnya Permana Suskalanggeng.
Setiap hari, Sus, panggilan Permana, mencari barang bekas di sepanjang jalan yang ia lewati. Ia berhenti di rumah-rumah warga untuk menanyakan barang bekas yang sudah tidak lagi terpakai.

Jika diizinkan oleh pemilik rumah, maka rongsokan tersebut ia masukkan ke dalam lerombong di belakang jok motornya. Barang bekas pakai itu biasanya diberikan kepadanya secara cuma-cuma.

"Saya tidak punya modal untuk membeli rosok. Jadi biasanya saya ganti dengan membersihkan pekarangan rumahnya," ucap Sus melalui keterangan pers dari Humas Universitas Gadjah Mada, Sabtu (15/7/2016).

Dari hasil menjual rongsokan yang ia kumpulkan, dalam sebulan Sus mendapatkan uang sebesar Rp 900.000. Uang ini ia gunakan untuk menghidupi keluarganya dan biaya sekolah.

Uang itu juga yang ia pergunakan untuk biaya pengobatan anak keduanya karena sakit saraf perut dan harus menjalani pengobatan jangka panjang.

Permana Suskalanggeng saat akan berangkat dengan sepeda motor tuanya berkeliling desa-desa mencari rosokan
Sampai kini Sus belum memiliki rumah sendiri. Ia bersama keluarganya menempati sebuah rumah milik saudaranya di Dusun Saragan, Pendowoharjo, Sleman, yang ditinggal merantau ke Kalimantan.

Meski dalam keterbatasan ekonomi, Sus tidak lantas melupakan pendidikan anak-anak mereka. Ia justru mendorong agar kedua anaknya tetap bersekolah dan memiliki cita-cita untuk terus diperjuangkan hingga tercapai.

Berkat dorongan semangat yang selalu diberikannya, putra pertamanya Muhammad Wiskha Al Hafiidh Suskalanggeng menjadi anak yang rajin dan berprestasi di sekolah.

Sejak SD, SMP, hingga SMA, Wiskha selalu juara kelas. Ia pernah meraih juara dua Olimpiade Fisika Paket Hari Ilmiah se Jawa Bali pada 2015.

Wiskha lulus SMA dengan predikat nilai tertinggi se-Kabupaten Sleman dan keempat di tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Begitu lulus SMA, pemuda itu berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran UGM.

Ibunya, Dwi Asih, mengatakan bahwa Wiskha sempat merasa ragu bisa masuk ke jurusan yang didambakannya itu. Sebab, peminat fakultas itu sangat banyak.

Lagi pula, Wiskha sempat gagal masuk pendidikan dokter UGM lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

"Saya terus yakinkan pasti bisa, asal mau berusaha belajar dengan lebih giat," kata Dwi.

Tuhan menyertai perjuangan Wiskha, ia pun diterima melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Dwi berharap putranya kelak memiliki masa depan yang baik dan dengan ilmunya dapat membantu mengobati adiknya.

"Semoga kelak dapat merawat adiknya yang selama ini sakit dengan ilmu yang ia dapatkan," kata dia.

Wiskah mengatakan, kegagalannya melewati SNMPTN melecut semangatnya untuk tidak menyerah. Ia belajar lebih giat mempersiapkan diri mengikuti SBMPTN.

"Demi cita-cita, saya belajar lebih dari biasanya. Akhirnya diterima. Alhamdulilah, bisa masuk pendidikan kedokteran UGM," ujarnya.

Masih ada satu tantangan lagi yang tengah ia jalani. Ia berjuang keras agar mendapatkan beasiswa Bidikmisi agar dapat dibebaskan dari biaya perkuliahan.

Wiskha sangat bergantung pada beasiswa ini mengingat penghasilan ayahnya tidak akan cukup untuk membiayainya selama kuliah. Untuk hidup sehari-hari saja, pendapatan orangtuanya pas-pasan.

"Semoga dapat diterima, untuk meringankan beban orangtua. Ini saya sedang mengumpulkan berkas-berkas untuk persyaratan beasiswa Bidikmisi," kata Wiskha.


Editor   : tagor
Sumber : kompas

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.