Sekolah Disegel Gurunya Sendiri, Siswa SD Belajar di Emperan Kelas
LINTAS PUBLIK - BIMA, Ratusan siswa SD Negeri Tongga, Desa Bala, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, terpaksa belajar di emperan sekolah beralaskan lantai.
Para siswa terpaksa belajar seperti itu karena sejak 11 hari lalu seorang warga yang mengaku ahli waris tanah tempat sekolah tersebut menyegel ruang kelas.
Warga bernama Ramli itu mengklaim sebagai pemilik tanah tersebut. Ia juga mengajar di sekolah itu sebagai guru honorer.
"Ini adalah tanah warisan dari orangtua saya. Saya sudah meminta ganti rugi, tapi sampai hari ini belum juga dibayar oleh pemerintah," kata Ramli kepada wartawan, Kamis (4/8/2016).
Menurut Ramli, lahan seluas 50 are itu telah diklaim oleh pemerintah setempat dengan alasan telah dihibahkan oleh orangtuanya sejak 8 tahun silam. Ramli menyebut pemerintah tidak mengantongi akta hibah.
"Kalau memang sudah dihibahkan, tunjukkan akta hibahnya. Jangan asal klaim," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SDN Tongga Ikhsan Ikhsan mengatakan, penyegelan sekolah itu sudah berlangsung sejak 25 Juni 2016 hingga sekarang. Ia tidak dapat berbuat banyak sambil menunggu kepastian tentang status sekolah itu.
:Kami hanya bisa pasrah, kami juga tidak tahu sampai kapan sekolah ini disegel," kata Ikhsan.
Dia mengatakan, semua ruangan belajar-mengajar mulai dari ruangan kelas I hingga kelas VI telah disegel. Para siswa tidak bisa masuk ke ruangan tersebut.
"Kami terpaksa melakukan proses belajar mengajar di luar ruangan karena semua ruang kelas telah disegel," kata Ikhsan.
Dia mengakui sempat ingin meliburkan siswa setelah sekolahnya disegel. Namun, karena minat belajar siswa cukup tingggi, niat itu diurungkan. Sejauh ini proses belajar-mengajar tetap berjalan.
Melihat para siswa yang tidak nyaman belajar di teras sekolah, Ikhsan beberapa kali mencoba membujuk Ramli agar membuka penyegelan, namun tidak membuahkan hasil.
"Dia tetap bersikeras melakukan penyegelan sekolah sebelum tuntutannya dipenuhi. Bahkan sudah dua kali kami melakukan pendekatan, tapi tetap tidak dihiraukan," ujarnya.
Ikhsan berharap agar dinas terkait segera mengambil tindakan sehingga masalah ini segera teratasi.
Secara terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Bima Nasrullah menyatakan belum bisa mengambil tindakan sebelum ada intruksi dari kepala dinas setempat.
"Kalau sudah ada intruksi, nanti kita turun ke lokasi untuk memastikan kebenaran adanya penyegelan sekolah itu," kata dia.
Editor : franki
Sumber : kompas
Para siswa terpaksa belajar seperti itu karena sejak 11 hari lalu seorang warga yang mengaku ahli waris tanah tempat sekolah tersebut menyegel ruang kelas.
Warga bernama Ramli itu mengklaim sebagai pemilik tanah tersebut. Ia juga mengajar di sekolah itu sebagai guru honorer.
"Ini adalah tanah warisan dari orangtua saya. Saya sudah meminta ganti rugi, tapi sampai hari ini belum juga dibayar oleh pemerintah," kata Ramli kepada wartawan, Kamis (4/8/2016).
Menurut Ramli, lahan seluas 50 are itu telah diklaim oleh pemerintah setempat dengan alasan telah dihibahkan oleh orangtuanya sejak 8 tahun silam. Ramli menyebut pemerintah tidak mengantongi akta hibah.
"Kalau memang sudah dihibahkan, tunjukkan akta hibahnya. Jangan asal klaim," ujarnya.
Sementara itu, Kepala SDN Tongga Ikhsan Ikhsan mengatakan, penyegelan sekolah itu sudah berlangsung sejak 25 Juni 2016 hingga sekarang. Ia tidak dapat berbuat banyak sambil menunggu kepastian tentang status sekolah itu.
:Kami hanya bisa pasrah, kami juga tidak tahu sampai kapan sekolah ini disegel," kata Ikhsan.
Dia mengatakan, semua ruangan belajar-mengajar mulai dari ruangan kelas I hingga kelas VI telah disegel. Para siswa tidak bisa masuk ke ruangan tersebut.
"Kami terpaksa melakukan proses belajar mengajar di luar ruangan karena semua ruang kelas telah disegel," kata Ikhsan.
Dia mengakui sempat ingin meliburkan siswa setelah sekolahnya disegel. Namun, karena minat belajar siswa cukup tingggi, niat itu diurungkan. Sejauh ini proses belajar-mengajar tetap berjalan.
Melihat para siswa yang tidak nyaman belajar di teras sekolah, Ikhsan beberapa kali mencoba membujuk Ramli agar membuka penyegelan, namun tidak membuahkan hasil.
"Dia tetap bersikeras melakukan penyegelan sekolah sebelum tuntutannya dipenuhi. Bahkan sudah dua kali kami melakukan pendekatan, tapi tetap tidak dihiraukan," ujarnya.
Ikhsan berharap agar dinas terkait segera mengambil tindakan sehingga masalah ini segera teratasi.
Secara terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Bima Nasrullah menyatakan belum bisa mengambil tindakan sebelum ada intruksi dari kepala dinas setempat.
"Kalau sudah ada intruksi, nanti kita turun ke lokasi untuk memastikan kebenaran adanya penyegelan sekolah itu," kata dia.
Editor : franki
Sumber : kompas
Tidak ada komentar