Banjir di Garut, Mimin Lima Jam Bertahan di Atap
LINTAS PUBLIK - GARUT, Selama lima jam, Mimin (48), bersama anak kelimanya bertahan di atap rumah mereka di Kampung Bojongsudika, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sementara di bawahnya, air berarus sangat deras terus mengalir menuju daratan yang lebih rendah.
Mimin mengaku, naik ke atap rumah sejak Selasa (20/9/2016) sekitar pukul 22.00 WIB. Lewat tengah malam, volume air yang menerjang Kampung Bojongsudika, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, makin besar dan disertai suara gemuruh. Ketinggian air yang melewati rumah Mimin mencapai sekitar 2,5 meter.
"Atap rumah saya saja hampir kerendam air. Saya teriak-teriak minta tolong, tapi tidak ada yang menyelamatkan. Soalnya arus air sangat deras," kata Mimin. Akibat banjir terseut, Feri (20), anak sulung Mimin, tak dapat menyelamatkan diri. Demikian pula Siti, istri Feri.
Kemarin siang, jasad Feri ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit. Sedangkan istri Feri belum diketahui kondisinya. "Semua barang-barang ludes. Saya hanya mikir untuk menyelamatkan diri," ujar Mimin ketika mengurus jenazah putranya di RS Guntur, Garut.
Kisah mengharukan juga terjadi di Jalan Cimanuk, Garut Kota. Soleh (27), petugas keamanan bank, berteriak-teriak mencari keluarganya, Rabu dini hari. Saat itu, Soleh baru pulang kerja dan mendapati para tetangganya berkumpul di dekat rumahnya, yang porak poranda diterjang banjir bandang.
Soleh terlihat pucat dan termenung sembari melihat kondisi rumahnya yang hancur. Sementara warga dan petugas telah membawa jenazah istri dan anak Soleh, yang masih balita. Dua jenazah masih terbungkus kain basah penuh lumpur di samping rumahnya, seperti dilansir dari tribunmedan.com Kamis (22/9/2016).
"Anak dan istri saya mana? Ibu saya mana? Astagfirullahaladzim," ujar Soleh terbata-bata.
Beberapa warga menenangkan Soleh, yang syok melihat istri dan anaknya meninggal.
Soleh pun harus menerima kenyataan, ibu mertuanya juga belum ditemukan. "Ibu mertuanya belum ditemukan.
Di rumah Pak Soleh ada tiga orang. Istri, anaknya, dan ibu mertuanya," kata Komar (34), warga Jalan Cimanuk.
Warga yang berada di dataran lebih tinggi, melihat keganasan banjir bandang itu. "Saya lihat jelas, seperti ombak tsunami, besar sekali. Saya posisinya di atas, di Jalan Cimanuk. Banjir langsung ke dataran rendah di sekitar Tarogong Kidul, ke arah rumah sakit," ujar Fikri Imanudin (36), pedagang mi ayam keliling di Jalan Cimanuk, Garut.
Ia mengaku, kaget saat melihat gumpalan air besar menutup jembatan dan jalan menuju RSUD Garut, yang posisinya di bawah Jalan Cimanuk. "Jarak dan Jembatan Sungai Cimanuk ke dasar sungai sekitar 15 meter, jembatannya juga lebar. Terbayang kan air meluapnya sangat besar," katanya.
Menurut Fikri, sebagian rumah warga Tarogong Kidul berada di samping atau lebih rendah dibanding Sungai Cimanuk. Daerah itu merupakan kawasan padat penduduk dan dihuni ribuan warga.
"Ke arah selatan itu lembah. Jadi, daerah yang terbelah Sungai Cimanuk di kawasan kota posisinya lembah dan lebih rendah daripada daerah lain. Itu daerah Tarogong Kidul," katanya.
Deni (54), asal Cidaun, Garut, mengaku, sedang melintas di perempatan Cimanuk ketika terjadi banjir bandang. Ia panik ketika melihat kawasan yang sehari-harinya penuh sesak oleh warga dan kendaraan, dalam waktu singkat tertutup air yang meluap dari Sungai Cimanuk.
"Saya mah tak tahu malam tadi harus bagaimana. Di sini sudah seperti laut, Pak," katanya.
Hujan berintensitas tinggi dan berdurasi panjang, menyebabkan Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri meluap dan menimbulkan banjir bandang berketinggian 1,5 meter sampai dua meter. Pada Rabu pagi, air berangsur-angsur surut dan meninggalkan sampah di wilayah lintasan air.
Pasien Diungsikan
Ratusan pasien RSUD dr Slamet, Garut, Jawa Barat, diungsingkan ke lantai dua ketika banjir bandang menerjang kawasan tersebut, Rabu sekitar pukul 01.00 WIB.
Bencana alam itu pun melumpuhkan RSUD dr Slamet, yang merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Garut.
Hingga Rabu sore, operasional RSUD dr Slamet setengah lumpuh. Bupati Garut, Rudy Gunawan prihatin, karena sebagian pasien terkena dampak bencana alam itu.
Bahkan, katanya, ada seorang ibu yang terpaksa menjalani persalinan di lorong rumah sakit.
Pada Rabu sore, regu menolong telah menemukan 20 jenazah korban banjir bandang.
Namun Rudy menyatakan, jumlah korban tewas mungkin bisa lebih dari 20, karena ada warga yang belum melaporkan kehilangan anggota keluarganya.
Editor : tagor
Sumber : tribunmedan
Sementara di bawahnya, air berarus sangat deras terus mengalir menuju daratan yang lebih rendah.
Mimin mengaku, naik ke atap rumah sejak Selasa (20/9/2016) sekitar pukul 22.00 WIB. Lewat tengah malam, volume air yang menerjang Kampung Bojongsudika, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, makin besar dan disertai suara gemuruh. Ketinggian air yang melewati rumah Mimin mencapai sekitar 2,5 meter.
Suasana di Garut, Rabu (21/9/2016), setelah banjir yang melanda sejak Selasa (20/9/2016). |
Kemarin siang, jasad Feri ditemukan dan segera dibawa ke rumah sakit. Sedangkan istri Feri belum diketahui kondisinya. "Semua barang-barang ludes. Saya hanya mikir untuk menyelamatkan diri," ujar Mimin ketika mengurus jenazah putranya di RS Guntur, Garut.
Kisah mengharukan juga terjadi di Jalan Cimanuk, Garut Kota. Soleh (27), petugas keamanan bank, berteriak-teriak mencari keluarganya, Rabu dini hari. Saat itu, Soleh baru pulang kerja dan mendapati para tetangganya berkumpul di dekat rumahnya, yang porak poranda diterjang banjir bandang.
Soleh terlihat pucat dan termenung sembari melihat kondisi rumahnya yang hancur. Sementara warga dan petugas telah membawa jenazah istri dan anak Soleh, yang masih balita. Dua jenazah masih terbungkus kain basah penuh lumpur di samping rumahnya, seperti dilansir dari tribunmedan.com Kamis (22/9/2016).
"Anak dan istri saya mana? Ibu saya mana? Astagfirullahaladzim," ujar Soleh terbata-bata.
Beberapa warga menenangkan Soleh, yang syok melihat istri dan anaknya meninggal.
Soleh pun harus menerima kenyataan, ibu mertuanya juga belum ditemukan. "Ibu mertuanya belum ditemukan.
Di rumah Pak Soleh ada tiga orang. Istri, anaknya, dan ibu mertuanya," kata Komar (34), warga Jalan Cimanuk.
Warga yang berada di dataran lebih tinggi, melihat keganasan banjir bandang itu. "Saya lihat jelas, seperti ombak tsunami, besar sekali. Saya posisinya di atas, di Jalan Cimanuk. Banjir langsung ke dataran rendah di sekitar Tarogong Kidul, ke arah rumah sakit," ujar Fikri Imanudin (36), pedagang mi ayam keliling di Jalan Cimanuk, Garut.
Ia mengaku, kaget saat melihat gumpalan air besar menutup jembatan dan jalan menuju RSUD Garut, yang posisinya di bawah Jalan Cimanuk. "Jarak dan Jembatan Sungai Cimanuk ke dasar sungai sekitar 15 meter, jembatannya juga lebar. Terbayang kan air meluapnya sangat besar," katanya.
Menurut Fikri, sebagian rumah warga Tarogong Kidul berada di samping atau lebih rendah dibanding Sungai Cimanuk. Daerah itu merupakan kawasan padat penduduk dan dihuni ribuan warga.
"Ke arah selatan itu lembah. Jadi, daerah yang terbelah Sungai Cimanuk di kawasan kota posisinya lembah dan lebih rendah daripada daerah lain. Itu daerah Tarogong Kidul," katanya.
Deni (54), asal Cidaun, Garut, mengaku, sedang melintas di perempatan Cimanuk ketika terjadi banjir bandang. Ia panik ketika melihat kawasan yang sehari-harinya penuh sesak oleh warga dan kendaraan, dalam waktu singkat tertutup air yang meluap dari Sungai Cimanuk.
"Saya mah tak tahu malam tadi harus bagaimana. Di sini sudah seperti laut, Pak," katanya.
Hujan berintensitas tinggi dan berdurasi panjang, menyebabkan Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri meluap dan menimbulkan banjir bandang berketinggian 1,5 meter sampai dua meter. Pada Rabu pagi, air berangsur-angsur surut dan meninggalkan sampah di wilayah lintasan air.
Pasien Diungsikan
Ratusan pasien RSUD dr Slamet, Garut, Jawa Barat, diungsingkan ke lantai dua ketika banjir bandang menerjang kawasan tersebut, Rabu sekitar pukul 01.00 WIB.
Bencana alam itu pun melumpuhkan RSUD dr Slamet, yang merupakan rumah sakit rujukan di Kabupaten Garut.
Hingga Rabu sore, operasional RSUD dr Slamet setengah lumpuh. Bupati Garut, Rudy Gunawan prihatin, karena sebagian pasien terkena dampak bencana alam itu.
Bahkan, katanya, ada seorang ibu yang terpaksa menjalani persalinan di lorong rumah sakit.
Pada Rabu sore, regu menolong telah menemukan 20 jenazah korban banjir bandang.
Namun Rudy menyatakan, jumlah korban tewas mungkin bisa lebih dari 20, karena ada warga yang belum melaporkan kehilangan anggota keluarganya.
Editor : tagor
Sumber : tribunmedan
Tidak ada komentar