Header Ads

Setelah Jokowi Bicara Politisasi SARA...

LINTAS PUBLIK - JAKARTA,  Tidak banyak pemimpin yang mau mengungkap borok yang terjadi di bangsanya sendiri. Presiden Joko Widodo sedikit di antaranya.

Ketika menyampaikan pidato dalam acara pelantikan pengurus Partai Hanura di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat, 22 Februari 2017 lalu, Jokowi buka-bukaan tentang kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Presiden Joko Widodo dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meninjau perkembangan proyek pembangunan simpang susun Semanggi, Jakarta, Kamis (23/2/2017). Pembangunan proyek yang diharapkan akan mengurai kemacetan lalu lintas di kawasan Semanggi tersebut ditargetkan selesai pada Agustus 2017.
"Banyak yang bertanya kepada saya, apa demokrasi kita kebablasan? Saya jawab, ya demokrasi kita sudah terlalu kebabalasan," ujar Jokowi.

"Praktik politik demokrasi kita membuka peluang artikulasi politik yang ekstrem, seperti liberalisme, radikalisme, fundamentalisme, sektarianisme dan terorisme serta ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila," lanjut dia.

Bentuknya, menurut Jokowi, sangat kongkret. Suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA dijadikan alat untuk saling Serang, saling menjatuhkan lawan politik, sekaligus dijadikan alat untuk raih simpati rakyat.

"Penyimpangan praktik itu mengambil bentuk nyata. Seperti yang kita lihat belakangan ini, politisasi SARA. Saling memaki dan menghujat. Kalau diteruskan bisa menjurus pada memecah belah bangsa kita," ujar Jokowi.

Masyarakat Indonesia menjadi lupa akan karakter bangsa Indonesia yang majemuk dan beragam. Masyarakat Indonesia larut dalam perang semu. Namun, Jokowi meyakini guncangan yang dialami bangsa tak membuat Indonesia terpecah belah.

Ia yakin bangsa Indonesia saat ini masih bersatu, meski ia mengakui, pemerintah harus menjadi garda depan dalam memperbaiki konsep-konsep kebangsaan dan kemajemukan yang rusak akibat politisasi SARA.

"Ini juga menjadi ujian yang nantinya kalau bisa dilalui dengan baik, akan membuat kita semakin matang dan tahan uji, bukan melemahkan," ujar Jokowi.

Setelah 138 hari tidak bertemu Ahok

Catatan menarik terselip usai Jokowi melontarkan pernyataannya soal politisasi SARA di acara Hanura itu. Setelah 138 hari tidak tampil bersama di hadapan publik, Jokowi dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bertemu kembali dalam acara itu.

Pernyataan Jokowi tentang politisasi agama dan pertemuan Jokowi dengan Basuki ini menjadi dua momen penting, bahkan cenderung menjadi peristiwa penuh makna yang menghiasi dinamika politik Indonesia.

Tercatat, pertemuan mantan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang terakhir itu terjadi 30 September 2016 lalu. Saat itu, Basuki mendampingi Presiden Jokowi meninjau proyek Light Rail Transit (LRT) di kawasan Tol Jagorawi dan MRT di bawah Bundaran HI.

Pentingnya pertemuan Jokowi dan Basuki itu seolah-olah dirasakan oleh Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang.

Maka tidak heran saat acara sesi foto bersama di penghujung acara partainya, OSO - sapaan akrab Oesman - spontan memanggil Basuki untuk berfoto bersama-sama di atas panggung. Padahal, acara sesi foto itu awalnya hanya diperuntukkan bagi para pengurus baru partai dan Presiden Jokowi. Melihat itu pun Jokowi tidak keberatan.

Bahkan, Basuki atau yang populer disapa Ahok itu mengambil posisi foto di samping Jokowi. Rupanya, publik tak butuh waktu lama lagi untuk melihat Jokowi dan Basuki tampil bersama.

Selang sehari, Jokowi dan Basuki kembali tampil bersama, yakni saat Jokowi blusukan meninjau proyek Simpang Susun Semanggi dan proyek Mass Rapid Transit (MRT) di 300 meter di bawah Jalan Jenderal Sudirman.

Bedanya, jika dalam blusukan terakhir Jokowi lebih banyak mengobrol berdua dengan Basuki, kali ini hampir tidak ada momen "intim" antara mantan orang nomor satu dan dua di Ibu Kota yang sama-sama diusung PDI Perjuangan itu.

Pengamatan media, sejak menginjakkan kaki pertama kali ke proyek Simpang Susun Semanggi sekitar pukul 10.45 WIB, Presiden Jokowi disambut oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoeljono, Direktur Utama PT Wijaya Karya Bintang Perbowo dan Gubernur Basuki.

Mereka langsung berjalan menuju ke maket Simpang Susun Semanggi untuk mendapat pemaparan singkat. Di sela-sela itu, Jokowi dan Basuki memang tampak mengobrol. Tapi obrolan itu juga diikuti oleh pejabat lain, bukan hanya mereka berdua.

Momen Jokowi dan Basuki baru terlihat saat Basuki menumpang mobil Presiden untuk berpindah lokasi blusukan dari Simpang Susun Semanggi ke proyek MRT.

Selama sekitar 10 menit, keduanya berada di dalam mobil. Entah apa yang dibicarakan keduanya. Setelah sampai proyek MRT, situasi juga kembali seperti sedia kala.

Jika pada pertemuan terakhir, pihak protokoler Istana memberikan kesempatan Jokowi dan Basuki untuk berbincang empat mata dengan waktu yang lama, kali ini peristiwa serupa tidak terulang lagi.

Perlu dicatat pula, pertemuan Jokowi dan Basuki dua hari berturut-turut ini juga merupakan yang pertama kali semenjak Basuki terlibat perkara penodaan agama hingga saat ini menjadi terdakwa.

Pertemuan ini pun merupakan yang pertama kalinya semenjak Jokowi menyatakan tidak akan mengintervensi perkara hukum mantan mitra kerjanya itu.


Sumber    : kompas/t

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.