Inilah Curhatan Boru Batak di Hari Air Sedunia, Mulai Limbah Danau Toba Sampai Mantan yang Merugikan
lLINTAS PUBLIK, "Izinkan saya curhat," demikian ucapan Trisna Pardede, salah seorang boru
Batak ( perempuan Batak) yang membuat tulisan di akun facebooknya tentang peringatan Hari Air Sedunia ke 24, Rabu (22/3/2017).
BACA JUGA Dibalik Pilkada, Ada Trisna Pardede Sukses Lahirkan Pemuda Kreatif di Siantar
Inilah curhatan boru batak itu, mulai dari limbah menjijikan, sampai kepada mantan yang harus ditinggalkan karena tidak berguna seperti limbah di danau Toba.
Melabuhkan Cinta di Hari Air Sedunia
22 Maret 2017
Tahun ini ternyata sudah peringatan ke 24 untuk Hari Air Sedunia sejak dilaksanakan pertama kali tahun 1994 oleh Persatuan Bangsa-bangsa dan dikelola oleh UN Water.
Penetapan hari ini dilakukan untuk menarik perhatian penduduk dunia tentang pentingnya kesediaan air bersih dan perlindungan hukum untuk sumber daya air bersih.
Mengapa kita harus tertarik?, Apakah air merupakan sumber jodoh?, hahaha
Karena air adalah sumber kehidupan utama, untuk konsumsi, untuk kegiatan sehari-hari, dan juga untuk kegiatan usaha.
Tiap tahun ada tema yang diusung, dan tahun ini temanya adalah "Wastewater" atau "AIR LIMBAH".
Limbah itu bro... magician yang suaranya ga pernah kedengaran.
Limbah itu bro... mendaki gunung, lewati limbah... ..
Sederhananya, limbah itu sesuatu yang kita buang, jika dalam bentuk padat, kita sebut sampah.
Air limbah tidak bisa dikonsumsi oleh manusia normal, karena mengandung banyak racun dan sumber penyakit.
Jadi, limbah itu seperti mantan yang tidak baik, buanglah pada tempatnya.
Masalahnya limbah itu benar-benar seperti mantan yang tidak baik, bisa menghantui jika ada kesalahan di masa yang lalu, kebawa-bawa ke masa sekarang, bikin susah, merugikan, jadi, kita harus move on dari mantan,, eh, limbah.
Danau Toba seyogyanya adalah sumber air utama bagi masyarakat di 7 kabupaten yang mengelilinginya.
Hanya saja, selain sumber air utama, Danau Toba juga ternyata menjadi tempat pembuangan mantan yang ga asik.. eh limbah yang sangat besar. Infonya, luas danau ini 100km * 30 km, entahlah kedalamannya.
Masyarakat di sekitarnya, yang berkembang seiring teknologi, mengambil air dari sini, menggunakan dan mengolahnya, lalu dengan "wajar" membuang limbahnya ke Danau Toba. Turun temurun, berpuluh-puluh tahun, dan semakin tak terkendali.
Limbah cair bercampur dengan air bersih danau Toba dan semakin lengkap dengan diberi "topping" sampah yang dibuang sembarangan ke danau.
Ditambah lagi pemanfaatan danau Toba sebagai industri mulai dari sumber listrik, pertanian, penginapan, pariwisata, pakan, dan pakaian. Limbah industri ini berakhir di Danau Toba. Lengkaplah sudah.
Permasalahan Danau Toba memang tak sesederhana limbah diatas.
Tapi saya ingin mengajak kita semua untuk memulainya dari hal sederhana.
Pengalaman saya menunjukkan, move on itu bertahap, menghapus kenangan perlahan hingga menyadari bahwa kesalahan itu adalah cara terbaik menyadarkan kita sendiri akan potensi terbaik yang kita miliki.
Jadi ayolah move on dari limbah danau Toba, perlahan kita mengurangi jumlah limbah yang ditampung oleh Danau Toba, dimulai dari kita sendiri secara pribadi.
Jangan buang sampah ke danau, tiap kali putus, jangan buang cincinnya ke pinggiran pantai Ajibata sambil nyanyi "di topi ni Ajibata do Ito,,, tintin mi do hubolonghonnn.. "
tiap rumah tangga pastikan memiliki septic tank.
Jika lihat sampah, meskipun itu milik orang lain, ringan tanganlah memungutnya, dan membuangnya ke tempat sampah.
Cintailah Danau Toba, karena jika kita cinta, kita akan peduli kesehatannya, keindahannya, memberikan yang terbaik untuknya.
Semua yang baik, akan kembali ke yang memberikan.
Seperti terwakilkan di sukacita 3 generasi di foto dibawah ini.
Danau Toba itu penuh cinta.
Ajarkan semua ini kepada anak-anak, turun temurun, terus-menerus, sehingga itu menjadi kebiasaan, spontanitas. Move on lah dari sekarang, tidak perlu menunggu pemerintah atau tokoh-tokoh tertentu melakukan kebijakan apapun, berjalan beriringanlah dengan saling percaya pun mengkoreksi yang menyimpang dengan etis.
Oiya, salut sekali untuk para Balingers dari Yayasan Alusi Tao Toba, Bang Togu Simorangkir , kak Eka Dalanta dan tim semuanya, untuk acara Puisi Di Atas Danau sebagai salah satu cara meningkatkan kepedulian pada Danau Toba pada anak-anak Danau Toba.
Kegiatan ini bahkan mampu menarik perhatian pemerintah dan tokoh-tokoh hebat. Bukti bahwa hal sederhana yang dilakukan terus-menerus akan menunjukkan potensi besarnya. Stay awesome and humble abang kakak.
Selamat Hari Air wahai penduduk kawasan Danau Toba,
move on lah dari mantan.. eh limbah.
Berlabuhlah di Danau Toba. #syadaaaaappphhhh.....
Editor : tagor
Batak ( perempuan Batak) yang membuat tulisan di akun facebooknya tentang peringatan Hari Air Sedunia ke 24, Rabu (22/3/2017).
BACA JUGA Dibalik Pilkada, Ada Trisna Pardede Sukses Lahirkan Pemuda Kreatif di Siantar
Tiga orang anak dan orangtuanya berenang di Danao Toba. foto / Lorestoni Pardede. |
Melabuhkan Cinta di Hari Air Sedunia
22 Maret 2017
Tahun ini ternyata sudah peringatan ke 24 untuk Hari Air Sedunia sejak dilaksanakan pertama kali tahun 1994 oleh Persatuan Bangsa-bangsa dan dikelola oleh UN Water.
Penetapan hari ini dilakukan untuk menarik perhatian penduduk dunia tentang pentingnya kesediaan air bersih dan perlindungan hukum untuk sumber daya air bersih.
Mengapa kita harus tertarik?, Apakah air merupakan sumber jodoh?, hahaha
Karena air adalah sumber kehidupan utama, untuk konsumsi, untuk kegiatan sehari-hari, dan juga untuk kegiatan usaha.
Tiap tahun ada tema yang diusung, dan tahun ini temanya adalah "Wastewater" atau "AIR LIMBAH".
Limbah itu bro... magician yang suaranya ga pernah kedengaran.
Limbah itu bro... mendaki gunung, lewati limbah... ..
Sederhananya, limbah itu sesuatu yang kita buang, jika dalam bentuk padat, kita sebut sampah.
Air limbah tidak bisa dikonsumsi oleh manusia normal, karena mengandung banyak racun dan sumber penyakit.
Jadi, limbah itu seperti mantan yang tidak baik, buanglah pada tempatnya.
Masalahnya limbah itu benar-benar seperti mantan yang tidak baik, bisa menghantui jika ada kesalahan di masa yang lalu, kebawa-bawa ke masa sekarang, bikin susah, merugikan, jadi, kita harus move on dari mantan,, eh, limbah.
Danau Toba seyogyanya adalah sumber air utama bagi masyarakat di 7 kabupaten yang mengelilinginya.
Hanya saja, selain sumber air utama, Danau Toba juga ternyata menjadi tempat pembuangan mantan yang ga asik.. eh limbah yang sangat besar. Infonya, luas danau ini 100km * 30 km, entahlah kedalamannya.
Masyarakat di sekitarnya, yang berkembang seiring teknologi, mengambil air dari sini, menggunakan dan mengolahnya, lalu dengan "wajar" membuang limbahnya ke Danau Toba. Turun temurun, berpuluh-puluh tahun, dan semakin tak terkendali.
Limbah cair bercampur dengan air bersih danau Toba dan semakin lengkap dengan diberi "topping" sampah yang dibuang sembarangan ke danau.
Ditambah lagi pemanfaatan danau Toba sebagai industri mulai dari sumber listrik, pertanian, penginapan, pariwisata, pakan, dan pakaian. Limbah industri ini berakhir di Danau Toba. Lengkaplah sudah.
Permasalahan Danau Toba memang tak sesederhana limbah diatas.
Tapi saya ingin mengajak kita semua untuk memulainya dari hal sederhana.
Pengalaman saya menunjukkan, move on itu bertahap, menghapus kenangan perlahan hingga menyadari bahwa kesalahan itu adalah cara terbaik menyadarkan kita sendiri akan potensi terbaik yang kita miliki.
Jadi ayolah move on dari limbah danau Toba, perlahan kita mengurangi jumlah limbah yang ditampung oleh Danau Toba, dimulai dari kita sendiri secara pribadi.
Jangan buang sampah ke danau, tiap kali putus, jangan buang cincinnya ke pinggiran pantai Ajibata sambil nyanyi "di topi ni Ajibata do Ito,,, tintin mi do hubolonghonnn.. "
tiap rumah tangga pastikan memiliki septic tank.
Jika lihat sampah, meskipun itu milik orang lain, ringan tanganlah memungutnya, dan membuangnya ke tempat sampah.
Cintailah Danau Toba, karena jika kita cinta, kita akan peduli kesehatannya, keindahannya, memberikan yang terbaik untuknya.
Semua yang baik, akan kembali ke yang memberikan.
Seperti terwakilkan di sukacita 3 generasi di foto dibawah ini.
Danau Toba itu penuh cinta.
Ajarkan semua ini kepada anak-anak, turun temurun, terus-menerus, sehingga itu menjadi kebiasaan, spontanitas. Move on lah dari sekarang, tidak perlu menunggu pemerintah atau tokoh-tokoh tertentu melakukan kebijakan apapun, berjalan beriringanlah dengan saling percaya pun mengkoreksi yang menyimpang dengan etis.
Oiya, salut sekali untuk para Balingers dari Yayasan Alusi Tao Toba, Bang Togu Simorangkir , kak Eka Dalanta dan tim semuanya, untuk acara Puisi Di Atas Danau sebagai salah satu cara meningkatkan kepedulian pada Danau Toba pada anak-anak Danau Toba.
Kegiatan ini bahkan mampu menarik perhatian pemerintah dan tokoh-tokoh hebat. Bukti bahwa hal sederhana yang dilakukan terus-menerus akan menunjukkan potensi besarnya. Stay awesome and humble abang kakak.
Selamat Hari Air wahai penduduk kawasan Danau Toba,
move on lah dari mantan.. eh limbah.
Berlabuhlah di Danau Toba. #syadaaaaappphhhh.....
Editor : tagor
Tidak ada komentar