Kunjungi Ketua MPR RI, Ini Hal yang Disampaikan Ephorus HKBP
LINTAS PUBLIK-JAKARTA, Pimpinan HKBP/Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing mengunjungi Ketua MPR RI DR (HC) Zulkifli Hasan,SE,MM,Senin (6/3/2017).
Kunjungan Ephorus HKBP ini,dalam rangka silaturahmi dan berlangsung di ruang kerja Zulkifli yang berada di Lantai 9 Gedung MPR RI.
Rombongan Ephorus yang hadir dalam pertemuan tersebut, yakni Sekjend HKBP Pdt. David Farel Sibuea, M.Th, D.Min, Kadep Marturia Pdt. Dr. Anna Pangaribuan, Kadep Diakonia Pdt. Debora Purada Sinaga, M.Th, Kadep Koinonia Pdt. Dr. Martongo Sitinjak, bersama Empat Praeses HKBP Pdt. Midian KH Sirait, M.Th, Pdt. Banner Siburian, M.Th Pdt. Berlin Tamba, M.Div, Pdt. Robert Pandiangan, M.Th, bersilaturahmi dengan Ketua MPR RI bapak Dr. (HC) Zulkifli Hasan, SE, MM.
Pertemuan yang berlangsung sederhana dan penuh keakraban ini, Zulkifli mengungkapkan rasa sukacitanya, atas kedatangan pimpinan umat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Apalagi, dirinya selalu menjaga keakraban dengan orang batak yang kini masih terjalin dengan baik.
Bahkan, Politikus PAN ini, sedikit bekisah saat moment Pilkada di suatu daerah mendukung salah satu calon kepala daerah yang nota benenya adalah orang batak. Apalagi, orang batak yang didukungnya itu adalah orang yang berkompeten.
Sementara Ompui Ephorus dalam kesempatan itu, menyampaikan salam dari para pelayan penuh waktu dan jemaat HKBP. Ompui Ephorus juga memperkenalkan para pelayan yang ikut dalam pertemuan tersebut.
Hal penting yang diutarakan Ephorus HKBP kepada Ketua MPR adalah :
1. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia ini, kita sudah seharusnya mengenal ada yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Bila kita cermati Burung Garuda, bukan sekedar memegang tetapi juga mengcengkram/memegang kokoh tulisan Bhinneka Tunggal Ika. Landasan tempatnya berdiri dan juga yang harus dipegang dengan kuat. Ini membuktikan bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu bukan sekedar tulisan yang menyangkut sejarah bangsa saja tetapi juga yang harus kita jaga bersama. Peran kami sebagai gereja dan peran bapak di pemerintahan, di MPR ini, dan peran kita bersama sangat dibutuhkan menjaga kebhinnekaan.
2. Dalam konteks gereja HKBP, kami para pendeta, pelayan lainnya, dan jemaat sangat menyadari pentingnya untuk tetap dengan 4 pilar kebangsaan. Gereja punya peran untuk aktif juga dalam menjaga dan menjemaatkan 4 pilar kebangsaan itu. Pertemuan kita saat ini juga salah satu upaya untuk memelihara kepelbagaian dalam kehidupan berbangsa.
3. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang memiliki jemaat tersebar di nusantara ini, gereja HKBP yang berada juga di beragai wilayah Indonesia ini adalah bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki hak dan tanggung-jawab sebagai warga dan lembaga. Nah dalam kesempatan, kita mau berdiskusi bagaimana peran kita baik bapak sebagai Ketua MPR dalam upaya bersama itu.
4. Perlu kami beritahukan kalau orang Batak pergi merantau, orang Batak bukan saja membawa adatnya tetapi juga membawa gerejanya. Itu sebabnya kemana saja orang Batak berkumpul maka akan membicarakan dimana kita membangun gereja. Jadi yang membangun gereja HKBP adalah jemaatnya sendiri, dengan upaya dan kerjasama sendiri, tidak pernah terpikirkan untuk membuat warga sekitar menjadi HKBP, tetapi bangunan gereja itu dibangun untuk persekutuannya kepada yang diimani. Jadi HKBP itu sebenarnya tidak perlu ditakuti, karena HKBP adalah gereja Batak Toba.
Namun melihat realita di bangsa kita ini, di beberapa tempat, kesulitan kita adalah bagaimana membangun gereja di tempat yang bukan asal orang batak, ada kesulitan itu dikarenakan oleh peraturan lokal, ada karena kelompok intoleran, dan mungkin juga ada dari pimpinan daerah yang belum memberikan respon dengan baik. Daya tarik jemaat HKBP salah satunya adalah ketika dia bergereja di suatu tempat maka dia akan mencari gerejanya HKBP.
"Oleh karena itu, kami mengharapkan bagaimana MPR juga mengambil peran aktif dalam membantu bertindak memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut,"ucap Ephorus HKBP.
Pokok-pokok penting yang disampaikan oleh Ompui Ephorus langsung disambut oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, dimana MPR sebagai penjaga konstitusi, dan juga mengawal konstitusi. Kalau hanya MPR saja maka tidak akan sukses atau tidak akan tercapai tetapi harus ada peran kita bersama. Kita sudah 71 tahun merdeka, sebenarnya masalah berbangsa ini tidak ada yang mendasar belakangan ini, kita lihat saja kerajaan yang dulunya itu dihapus di bangsa ini asal kita bisa merdeka, dan itu adalah pengorbanan.
Para panitia persiapan kemerdekaan Indonesia, termasuk tokoh Islam menyarankan beberapa kata dalam rumusan itu harus dihapus untuk memelihara kebangsaan. Kita lihat saja seperti Yogyakarta terkecuali karena daerah khusus yang bertahan. Orang-orang kaya zaman dulu juga bersedia berkorban untuk kemerdekaan bangsa ini. Sekitar 19 tahun ini di MPR kita kaji, kita lihat mulai memudar perasaan dan semangat kebangsaan.
Menurut pengamatan Zulkifli, terjadi babak demokrasi yang sangat terbuka, penataran P4 tidak ada lagi, kebebasan yang semena-mena, pendidikan kewarganegaraan hilang di berbagai tingkat pendidikan maupun instansi bahkan keluarga. Pendek kata nilai-nilai luhur Pancasila pun makin terhapus, kita lihat saja dimana sekarang keluarga yang mengajarkan Pancasila. Misalnya, ada orang sekarang berbagai cara menjadi pimpinan daerah tetapi kadang-kadang memakai politik adu domba untuk mensukseskan dirinya. Begitu jadi bupati, yang namanya lawan main sikat semua. Itu kesulitannya kan, bagaimana kita mau bekerja sama demikian.
Untuk itu, harus ada upaya membangun karakter berbangsa itu di masyarakat. Semua negara sangat membutuhkan itu, terutama mulai harus diberi perhatian pendidikan khususnya kepada kandidat kepala daerah di setiap wilayah. Misalnya mau jadi walikota itu, bagaimana maksud dan tujuannya?
Patuh pada konstitusi adalah tolak ukur utama.
Sekarang kebanyakan jadi bupati menjadi jalan singkat untuk bagi kekuasaan, proyek, tanah, dan jalan singkat mengumpulkan harta. Mencapai itupun pakai segala macam cara. Misalnya di satu daerah, disana banyak masyarakat pendatang akibat Gunung Meletus tetapi itu tidak masalah. Kami tidak ada ribut dulunya. Tapi sekarang Pilkada berlangsung disana sampai terjadi bunuh-bunuhan. Ini merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa. Kita berbagai suku dan agama harus saling menghormati dan menghargai.
Ketika segala cara dipakai, inilah yang main merusak masyarakat maupun kita belakangn ini 19 tahun. Coba bapak Bupati di suatu daerah kita tanya, tugas siapa memelihara Pancasila? Jangan-jangan jawabannya adalah itu adalah urusan orangtua. Yang sudah kita sepakati itu adalah nilai-nilai demokrasi yang harus kita pertahankan dan ini adalah tugas pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan kota bersama dengan semua lapisan masyarakat. Yang saya ingat, dulu ada anggaran dana Kesbangpol dalam rangka ini, sekarang 18 tahun terakhir ini tidak ada lagi. Realitanya, masing-masing anggota MPR punya dapil masing-masing, jadi nanti kalau balik untuk Pemilihan maka akan ribut lagi. Ini yang terjadi bolak-balik sampai sekarang.
Penulis : franki/rel
Editor : tagor
Kunjungan Ephorus HKBP ini,dalam rangka silaturahmi dan berlangsung di ruang kerja Zulkifli yang berada di Lantai 9 Gedung MPR RI.
Rombongan Ephorus yang hadir dalam pertemuan tersebut, yakni Sekjend HKBP Pdt. David Farel Sibuea, M.Th, D.Min, Kadep Marturia Pdt. Dr. Anna Pangaribuan, Kadep Diakonia Pdt. Debora Purada Sinaga, M.Th, Kadep Koinonia Pdt. Dr. Martongo Sitinjak, bersama Empat Praeses HKBP Pdt. Midian KH Sirait, M.Th, Pdt. Banner Siburian, M.Th Pdt. Berlin Tamba, M.Div, Pdt. Robert Pandiangan, M.Th, bersilaturahmi dengan Ketua MPR RI bapak Dr. (HC) Zulkifli Hasan, SE, MM.
Pertemuan yang berlangsung sederhana dan penuh keakraban ini, Zulkifli mengungkapkan rasa sukacitanya, atas kedatangan pimpinan umat HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Apalagi, dirinya selalu menjaga keakraban dengan orang batak yang kini masih terjalin dengan baik.
Bahkan, Politikus PAN ini, sedikit bekisah saat moment Pilkada di suatu daerah mendukung salah satu calon kepala daerah yang nota benenya adalah orang batak. Apalagi, orang batak yang didukungnya itu adalah orang yang berkompeten.
Sementara Ompui Ephorus dalam kesempatan itu, menyampaikan salam dari para pelayan penuh waktu dan jemaat HKBP. Ompui Ephorus juga memperkenalkan para pelayan yang ikut dalam pertemuan tersebut.
Hal penting yang diutarakan Ephorus HKBP kepada Ketua MPR adalah :
1. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia ini, kita sudah seharusnya mengenal ada yang disebut Bhineka Tunggal Ika. Bila kita cermati Burung Garuda, bukan sekedar memegang tetapi juga mengcengkram/memegang kokoh tulisan Bhinneka Tunggal Ika. Landasan tempatnya berdiri dan juga yang harus dipegang dengan kuat. Ini membuktikan bahwa Bhinneka Tunggal Ika itu bukan sekedar tulisan yang menyangkut sejarah bangsa saja tetapi juga yang harus kita jaga bersama. Peran kami sebagai gereja dan peran bapak di pemerintahan, di MPR ini, dan peran kita bersama sangat dibutuhkan menjaga kebhinnekaan.
2. Dalam konteks gereja HKBP, kami para pendeta, pelayan lainnya, dan jemaat sangat menyadari pentingnya untuk tetap dengan 4 pilar kebangsaan. Gereja punya peran untuk aktif juga dalam menjaga dan menjemaatkan 4 pilar kebangsaan itu. Pertemuan kita saat ini juga salah satu upaya untuk memelihara kepelbagaian dalam kehidupan berbangsa.
3. Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang memiliki jemaat tersebar di nusantara ini, gereja HKBP yang berada juga di beragai wilayah Indonesia ini adalah bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki hak dan tanggung-jawab sebagai warga dan lembaga. Nah dalam kesempatan, kita mau berdiskusi bagaimana peran kita baik bapak sebagai Ketua MPR dalam upaya bersama itu.
4. Perlu kami beritahukan kalau orang Batak pergi merantau, orang Batak bukan saja membawa adatnya tetapi juga membawa gerejanya. Itu sebabnya kemana saja orang Batak berkumpul maka akan membicarakan dimana kita membangun gereja. Jadi yang membangun gereja HKBP adalah jemaatnya sendiri, dengan upaya dan kerjasama sendiri, tidak pernah terpikirkan untuk membuat warga sekitar menjadi HKBP, tetapi bangunan gereja itu dibangun untuk persekutuannya kepada yang diimani. Jadi HKBP itu sebenarnya tidak perlu ditakuti, karena HKBP adalah gereja Batak Toba.
Namun melihat realita di bangsa kita ini, di beberapa tempat, kesulitan kita adalah bagaimana membangun gereja di tempat yang bukan asal orang batak, ada kesulitan itu dikarenakan oleh peraturan lokal, ada karena kelompok intoleran, dan mungkin juga ada dari pimpinan daerah yang belum memberikan respon dengan baik. Daya tarik jemaat HKBP salah satunya adalah ketika dia bergereja di suatu tempat maka dia akan mencari gerejanya HKBP.
"Oleh karena itu, kami mengharapkan bagaimana MPR juga mengambil peran aktif dalam membantu bertindak memberikan solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut,"ucap Ephorus HKBP.
Pokok-pokok penting yang disampaikan oleh Ompui Ephorus langsung disambut oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, dimana MPR sebagai penjaga konstitusi, dan juga mengawal konstitusi. Kalau hanya MPR saja maka tidak akan sukses atau tidak akan tercapai tetapi harus ada peran kita bersama. Kita sudah 71 tahun merdeka, sebenarnya masalah berbangsa ini tidak ada yang mendasar belakangan ini, kita lihat saja kerajaan yang dulunya itu dihapus di bangsa ini asal kita bisa merdeka, dan itu adalah pengorbanan.
Para panitia persiapan kemerdekaan Indonesia, termasuk tokoh Islam menyarankan beberapa kata dalam rumusan itu harus dihapus untuk memelihara kebangsaan. Kita lihat saja seperti Yogyakarta terkecuali karena daerah khusus yang bertahan. Orang-orang kaya zaman dulu juga bersedia berkorban untuk kemerdekaan bangsa ini. Sekitar 19 tahun ini di MPR kita kaji, kita lihat mulai memudar perasaan dan semangat kebangsaan.
Menurut pengamatan Zulkifli, terjadi babak demokrasi yang sangat terbuka, penataran P4 tidak ada lagi, kebebasan yang semena-mena, pendidikan kewarganegaraan hilang di berbagai tingkat pendidikan maupun instansi bahkan keluarga. Pendek kata nilai-nilai luhur Pancasila pun makin terhapus, kita lihat saja dimana sekarang keluarga yang mengajarkan Pancasila. Misalnya, ada orang sekarang berbagai cara menjadi pimpinan daerah tetapi kadang-kadang memakai politik adu domba untuk mensukseskan dirinya. Begitu jadi bupati, yang namanya lawan main sikat semua. Itu kesulitannya kan, bagaimana kita mau bekerja sama demikian.
Untuk itu, harus ada upaya membangun karakter berbangsa itu di masyarakat. Semua negara sangat membutuhkan itu, terutama mulai harus diberi perhatian pendidikan khususnya kepada kandidat kepala daerah di setiap wilayah. Misalnya mau jadi walikota itu, bagaimana maksud dan tujuannya?
Patuh pada konstitusi adalah tolak ukur utama.
Sekarang kebanyakan jadi bupati menjadi jalan singkat untuk bagi kekuasaan, proyek, tanah, dan jalan singkat mengumpulkan harta. Mencapai itupun pakai segala macam cara. Misalnya di satu daerah, disana banyak masyarakat pendatang akibat Gunung Meletus tetapi itu tidak masalah. Kami tidak ada ribut dulunya. Tapi sekarang Pilkada berlangsung disana sampai terjadi bunuh-bunuhan. Ini merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa. Kita berbagai suku dan agama harus saling menghormati dan menghargai.
Ketika segala cara dipakai, inilah yang main merusak masyarakat maupun kita belakangn ini 19 tahun. Coba bapak Bupati di suatu daerah kita tanya, tugas siapa memelihara Pancasila? Jangan-jangan jawabannya adalah itu adalah urusan orangtua. Yang sudah kita sepakati itu adalah nilai-nilai demokrasi yang harus kita pertahankan dan ini adalah tugas pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan kota bersama dengan semua lapisan masyarakat. Yang saya ingat, dulu ada anggaran dana Kesbangpol dalam rangka ini, sekarang 18 tahun terakhir ini tidak ada lagi. Realitanya, masing-masing anggota MPR punya dapil masing-masing, jadi nanti kalau balik untuk Pemilihan maka akan ribut lagi. Ini yang terjadi bolak-balik sampai sekarang.
Penulis : franki/rel
Editor : tagor
Tidak ada komentar