Header Ads

Wow, Desa Hutaginjang Jadi Lokasi Starbucks Origin Experience, Perwakilan 50 Negara Akan Berkumpul

LINTAS PUBLIK - MEDAN, Desa Hutaginjang, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara terpilih menjadi lokasi kegiatan Starbucks Origin Experience (SOE) 2017. Ini merupakan yang kedua kalinya.

Di Desa Hatuginjang Tapanuli Utara, mulai 14 - 21 Maret 2017, sebanyak 35 petani kopi dan 100 karyawan Starbucks perwakilan dari 50 negara di Asia Pasifik akan melakukan aksi nyata pembangunan rumah kompos dan pembibitan kopi.

Desa Hutaginjang, Muara, Tapanuli Utara 
SOE adalah kegiatan tahunan yang sudah dilakukan sejak 2012 untuk meningkatkan pemahaman karyawan mengenai proses produksi kopi, budaya masyarakat di wilayah penghasil kopi, sekaligus berkontribusi dalam peningkatan produksi kopi.

Provinsi Sumatera Utara terkenal sebagai penghasil kopi Arabika. Daerah dataran tinggi kawasan Danau Toba diprediksi menjadi wilayah yang sesuai untuk tanaman kopi hingga 35 tahun mendatang.

"Tantangan utama para petani kopi adalah minimnya sumber benih unggul dan kondisi tanah yang tandus akibat kerusakan hutan. Dalam kegiatan SOE, akan dibangun rumah kompos dan pembibitan kopi berdasarkan masukan dan kebutuhan para petani," kata Isner Manalu, Senior District Program Coordinator Conservation International (CI) Indonesia, Senin (13/3/2017).

Menurut Isner, Desa Hutaginjang berada pada ketinggian di atas 1.400 meter dari permukaan laut, menjadi salah satu kawasan penghasil kopi terbaik di Tapanuli Utara. Daerah ini juga merupakan kawasan tangkapan air untuk wilayah Danau Toba, serta berbatasan dengan kawasan lindung.
Lembaganya telah melakukan pendampingan di desa ini selama kurang lebih dua tahun, melihat potensinya yang besar namun juga mengalami ancaman kerusakan alam.

"Lokasi ini terpilih untuk kegiatan SOE sebab komitmen masyarakatnya yang tinggi terhadap upaya-upaya konservasi lingkungan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi,” jelasnya.

Karyawan Starbucks bekerja sama dengan petani secara gotong royong dengan pendekatan partisipatif. Proses pelaksanaan kegiatan dilakukan mulai dari pembibitan kopi sampai pada pembangunan rumah kompos.

Kegiatan lapangan yang dilakukan antara lain mengisi polybag untuk bibit kopi, mengayak tanah, mendederkan benih, dan beberapa kegiatan konstruksi untuk mendirikan fasilitas tersebut.
Tujuannya untuk mendapatkan pengalaman secara langsung dalam berkebun kopi dan memahami kondisi sosial dan budaya wilayah setempat.

Pada kegiatan tahun lalu yang juga digelar di Tapanuli Utara, kegiatan SOE berhasil berkontribusi dalam peningkatan kapasitas Asosiasi Petani Kopi Aman Terpadu (Aspekat).

Sekitar enam ton kompos dihasilkan untuk kebutuhan anggota kelompok tani. Selain itu, tersedia juga sekitar 7.000 polybag bibit unggul kopi yang siap didistribusikan kepada petani pada 2017 ini.

Togi Siregar, Petugas Penyuluh Lapangan Dinas Pertanian Tapanuli Utara menambahkan, petani kopi Desa Hutaginjang telah menerapkan praktek pertanian lestari, misalnya menggunakan tanaman pelindung untuk menjaga kondisi lingkungan dan iklim mikro kebun, menggunakan pupuk kompos, juga pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan musuh alami atau pestisida nabati sehingga ekosistem terjaga.

“Harapannya tahun ini, konsumen kopi dapat menerapkan harga yang berbeda bagi kopi yang diproduksi dengan praktek pertanian lestari untuk menghargai upaya petani dalam menjaga lingkungan,” ujar Togi.

Selain kegiatan di kebun kopi, para peserta SOE akan disuguhi pagelaran seni budaya Batak Toba berupa tari Tor-tor tingkat anak-anak dan dewasa, serta penyematan kain ulos sebagai cindera mata kepada tamu.

Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara sangat antusias dan mengapresiasi kegiatan ini.

"Selain memberikan motivasi kepada para petani kopi untuk meningkatkan produksinya, juga meningkatkan promosi parawisata kepada masyarakat luas,” kata Binhot Aritonang, Kepala Dinas Pariwisata Tapanuli Utara.


Sumber    : tribun/t

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.