Dokter RSUD Djasamen Saragih "Meledak-ledak" kepada Hefriansyah
LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Akar permasalahan yang menyebabkan berlarut-larutnya konflik internal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Djasamen Saragih akhirnya terungkap secara gamblang. Hal ini terlihat, setelah para dokter diberikan kesempatan berbicara di hadapan Wakil Walikota, Hefriansyah,SE,MM, saat menggelar pertemuan, Selasa sore (4/4/2017) di Ruang Anggrek RSUD dr Djasamen.
Selain para dokter, pertemuan ini juga dihadiri para perawat, tenaga medis lainnya serta tenaga kepegawaian.
Enam orang perwakilan dokter, yakni dr. Bahtera Surbakti, dr. Reinhard Hutahaean, dr. Januar Sitorus, dr. Edison Sitanggang, dr. Saiden Saragih dan dr. Juni Simatupang pada intinya menegaskan, persoalan utama di RSUD Djasamen selama ini adalah soal ketiadaan penghargaan dan pembagian kesejahteraan yang tidak berkeadilan oleh pimpinan. Karena itu, solusinya adalah mengganti top manager dengan orang yang profesional serta mau memperhatikan bawahan.
Dengan gamblang dan meledak-ledak, para dokter mengungkapkan sejumlah persoalan lainnya sebagai dampak krisis kepercayaan kepada managemen.
“Rumah Sakit ini butuh pemimpin sekaligus pengayom, bukan pimpinan yang arogan. Selama ini, kami para dokter spesialis tidak pernah mendapatkan insentif, “ujar dokter Reinhard Hutahaean yang diamini rekan-rekannya yang lain.
Ahli forensik ini juga meminta pihak Pemko Pematangsiantar selaku pemilik rumah sakit, menegaskan kembali status RSUD Djasamen, apakah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Karena menurutnya, penegasan status ini sangat berdampak terhadap model pengelolaan rumah sakit selanjutnya.
Dokter Juni Simatupang menambahkan, RSUD Djasamen dibuat menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) agar pengelolaan rumah sakit bisa lebih mudah.
“RSUD ini awalnya dijadikan BLUD, dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai dan peningkatan layanan pasien. Hanya saja, persoalan timbul kemudian karena adanya pembagian kesejahteraan yang tidak merata berdasarkan kinerja. Padahal SDM di rumah sakit ini luar biasa. Karena itulah, kami butuh pemimpin di rumah sakit ini yang bisa merangkul semua kalangan,”imbuhnya.
Merespon berbagai keluhan, saran dan masukan dari para tenaga medis yang diwakili para dokter, Hefriansyah berjanji akan segera mengangkat pimpinan RSUD Djasamen yang defenitif.
“Saya senang dengan ungkapan para dokter tadi, yang begitu semangat, meledak-ledak dan terbuka sehingga kita bisa tahu apa akar persoalan sebenarnya di rumah sakit ini. Memang seperti inilah yang saya harapkan. Ibarat menangani pasien, saya harus tahu dulu apa yang terjadi di sini, agar bisa mendiagnosa dan mencari terapinya untuk menyelesaikan persoalan yang ada di sini,”katanya.
Hefriansyah secara gamblang juga menegaskan, keterbukaan yang telah ditunjukkan para dokter akan sangat memudahkan penyelesaian persoalan yang ada.
“Saya rasa, sangat mudahnya menyelesaikannya, sepanjang para dokter memang mau mendukung. Kalau berbicara intensif, silahkan dibagi kalau memang ada, kalau memang belum ada ya bersabar dululah. Saya mau kita punya hati dan rasa empati untuk mengelola rumah sakit kebanggan kita ini, mari kita perbaiki kembali layanan di rumah sakit ini,”tegasnya.
Hadir pada pertemuan tersebut, Kadis Kesehatan dr.Ronald Saragih, Asisten II Drs.M.Akhir Harahap, Badan Pengawas RSUD, Dra.Neslianita Sinaga, Kepala Bappeda, Drs.Midian Sianturi, Kepala Badan Kepegawaian, Zainal Siahaan SE, Plt.Kabag Hukum, Heri Oktarizal SH, Plt.Kabag Humas, Jalatua Hasugian.
Penulis : franki
Editor : tagor
Selain para dokter, pertemuan ini juga dihadiri para perawat, tenaga medis lainnya serta tenaga kepegawaian.
Enam orang perwakilan dokter, yakni dr. Bahtera Surbakti, dr. Reinhard Hutahaean, dr. Januar Sitorus, dr. Edison Sitanggang, dr. Saiden Saragih dan dr. Juni Simatupang pada intinya menegaskan, persoalan utama di RSUD Djasamen selama ini adalah soal ketiadaan penghargaan dan pembagian kesejahteraan yang tidak berkeadilan oleh pimpinan. Karena itu, solusinya adalah mengganti top manager dengan orang yang profesional serta mau memperhatikan bawahan.
Dengan gamblang dan meledak-ledak, para dokter mengungkapkan sejumlah persoalan lainnya sebagai dampak krisis kepercayaan kepada managemen.
“Rumah Sakit ini butuh pemimpin sekaligus pengayom, bukan pimpinan yang arogan. Selama ini, kami para dokter spesialis tidak pernah mendapatkan insentif, “ujar dokter Reinhard Hutahaean yang diamini rekan-rekannya yang lain.
Ahli forensik ini juga meminta pihak Pemko Pematangsiantar selaku pemilik rumah sakit, menegaskan kembali status RSUD Djasamen, apakah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Karena menurutnya, penegasan status ini sangat berdampak terhadap model pengelolaan rumah sakit selanjutnya.
Dokter Juni Simatupang menambahkan, RSUD Djasamen dibuat menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) agar pengelolaan rumah sakit bisa lebih mudah.
“RSUD ini awalnya dijadikan BLUD, dalam rangka peningkatan kesejahteraan pegawai dan peningkatan layanan pasien. Hanya saja, persoalan timbul kemudian karena adanya pembagian kesejahteraan yang tidak merata berdasarkan kinerja. Padahal SDM di rumah sakit ini luar biasa. Karena itulah, kami butuh pemimpin di rumah sakit ini yang bisa merangkul semua kalangan,”imbuhnya.
Merespon berbagai keluhan, saran dan masukan dari para tenaga medis yang diwakili para dokter, Hefriansyah berjanji akan segera mengangkat pimpinan RSUD Djasamen yang defenitif.
“Saya senang dengan ungkapan para dokter tadi, yang begitu semangat, meledak-ledak dan terbuka sehingga kita bisa tahu apa akar persoalan sebenarnya di rumah sakit ini. Memang seperti inilah yang saya harapkan. Ibarat menangani pasien, saya harus tahu dulu apa yang terjadi di sini, agar bisa mendiagnosa dan mencari terapinya untuk menyelesaikan persoalan yang ada di sini,”katanya.
Hefriansyah secara gamblang juga menegaskan, keterbukaan yang telah ditunjukkan para dokter akan sangat memudahkan penyelesaian persoalan yang ada.
“Saya rasa, sangat mudahnya menyelesaikannya, sepanjang para dokter memang mau mendukung. Kalau berbicara intensif, silahkan dibagi kalau memang ada, kalau memang belum ada ya bersabar dululah. Saya mau kita punya hati dan rasa empati untuk mengelola rumah sakit kebanggan kita ini, mari kita perbaiki kembali layanan di rumah sakit ini,”tegasnya.
Hadir pada pertemuan tersebut, Kadis Kesehatan dr.Ronald Saragih, Asisten II Drs.M.Akhir Harahap, Badan Pengawas RSUD, Dra.Neslianita Sinaga, Kepala Bappeda, Drs.Midian Sianturi, Kepala Badan Kepegawaian, Zainal Siahaan SE, Plt.Kabag Hukum, Heri Oktarizal SH, Plt.Kabag Humas, Jalatua Hasugian.
Penulis : franki
Editor : tagor
Tidak ada komentar