Indahnya Samosir Kampung Ku, Mana Kampung mu ......
Oleh: Diatama Leolin Sitohang*)
Ini pengalaman ku pada 10 Desember 2016. Kami sekeluarga, Bapak, Mama, dan Tiga adik ku, Diva, Duta dan Chiko, kami pergi ke Samosir menaiki mobil pribadi.
Kami pergi kesana untuk acara Natal Bersama, namanya Natal Marga Sitohang. Kami berangkat kira-kira pukul 10.00 WIB dari Siantar menuju Samosir. Kami sampai di pelabuhan yang berada di Tigaras kira-kira pada pukul 12.00 WIB.
Selanjutnya kami menaiki kapal very penyebarangan dari pelabuhan Tigaras menuju pelabuhan Simanindo yang ada di Samosir, karena kebetulanmembawa mobil, kalau tadinya naik sepeda motor bisa juga kita naik kapal penumpang biasa.
Tapi waktu itu kami ketinggalan kapal, karena Kapal Verynya baru saja berangkat dari pelabuhan. Oleh sebab itu, kami harus menunggu kapal berikutnya. Saat menunggu itu kami sekalian makan siang dulu.
Setelah kami makan, beberapa menit kemudian kapal penyeberangan datang dan kami pun berangkat. Itu adalah pengalaman pertama aku naik kapal very. Biasanya kalau ke Samosir, aku naik kapal penumpang biasa, karena mengendarai sepeda motor dengan bapak ku.
Sewaktu didalam kapal veri, d perjalanan aku merasakan kapalnya goyang, dan kecepatannya cukup lumayan kencang, dan ada puluhan mobil yang masuk ke kapal Very itu.
Dari kapal terlihat Danau Toba dan pulau Samosir yang sangat indah. Karena angin terasa kencang, sehingga kami merasa sedikit kedinginan. Walau Kapalnya besar dan dapat memuat banyak kendaraan, tapi kami masih merasakan goyangan kapal.
Dalam 30 menit kami sampai di Simanindo, pulau Samosir, Kami turun dari kapal, dan naik ke mobil agar kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Hotel Gorat yang ada di Urat kecamatan Palipi kabupaten Samosir. Dan Sebelum melanjutkan perjalananm kami sempatkan singgah di Tugu Sitio, Tugu Sitio persis disekitar pelabuhan Simanindo, kami singgah karena mama ku boru Sitio.
Hotel sudah dipesan sebelumnya, sehingga sudah banyak saudara-saudara kami di hotel itu. Kami sampai kira kira pukul 16.30 WIB. Yang datang ketempat itu satu Punguan (perkumpulan) Sitohang dari kota Pematangsiantar, untuk merayakan Natal di Tugu Sitohang. Dan seketika itu juga, kunci-kunci kamarpun dibagikan kepada setiap keluarga yang datang.
Setelah itu kami makan malam, dan yang menariknya kami pasang api ungun dilokasi hotel, asik juga pikir ku, karena sambil bakar jagung, dan tertawa bersama, sunggu baik pemilik Hotel ini, fasilitas di Hotel dapat kami pakai semuanya, sehingga kami yang datang merasa di rumah sendiri.
Puas juga hiburan kami malam itu, walaupun sekedar bakar jagung, dan makan rame-rame bernyanyi dengan satu gitar, dan setelah itu kami istrahat unruk melengkapi istrahat tidur malam.
Esok harinya, Pada tanggal 11 Desember 2016, kamipun bersiap-siap mengikuti acara Natal Sitohang di Tugu Sitohang di huta Sitohang desa Parsaoran Urat pulau Samosir . Ada yang mandi, ada yang makan, pokoknya semuanya sibuk, karena ini Natal pertama kami dari Siantar di Tugu Sitohang, marga ku.
Kira kira pukul 09.00 WIB, kami berangkat menuju Tugu. Acaranya sangat meriah. Ada menyanyi, ada manortor, dan acara ketika itu didahului penyalaan Lilin di sekitar Tugu Sitohang oleh utusan baik dari Siantar maupun Samosir.
Tidak terasa. Karena semakin asiknya mengikuti acara Natal bersama keluarga Sitohang, baik dari Siantar, maupun dari Samosir yang tinggal di sekitar Tugu. Waktunya makan siang pun tiba, semua yang hadir turut makan dan bergembira bersama.
Setelah makan siang, acara sedikit rileks dan acara bebas, ada yang bernyanyi, ada yang manortor, tak ketinggalan banyak berfoto foto dengan latar belakang Tugu Sitohang.
Yang nyanyi senang sekali, yang berfoto gembira sekali, tunjukkan senyum masing-masing bersama keluarganya. Di Tugu Sitohang dapat juga berfoto dengan latar belakang Danau Toba, terlihat jelas dari Tugu Sitohang Danau Toba yang indah dengan warna putih kebiruan.
Tak terasa hari sudah sore, pesta Natal Sitohang pun berakhir, dan kami dari kelurga ke keluarga mengambil jalan pulang masing-masing, ada yang langsung kembali ke Siantar ada juga yang melanjutkan liburannya di kampung sekitar Samosir.
Keluarga kami pun singgah di kampung oppung di Lumban Suhi-suhi Dolok, ada oppung boru (nenek). Uda (paman) inang uda (tante) dan anak-anaknya. Keluarga yang kami jumpai di Lumban Suhi-suhi adalah oppung dari keluarga bapak ku, atau dari kerabat dekat opung boru yang bermarga Simanjorang. karena oppung boru ku bermarga Simanjorang.
Ditempat ini (Lumban Suhi-suhi) kami bermalam, dan kami tidur di rumah ompung, rumah batak yang sudah ditempati ratusan tahun lamanya. Yang lebih menarik lagi, dirumah batak ini ada ternak kerbau dibawahnya, terlihat ada tiga ekor kerbau milik oppung kami yang terlihat gemuk-gemuk.
Luar biasa sambutan oppung kami, terlihat oppung doli dan oppung boru senang sekali kami datang, dan mereka tertawa gembira. Bapak dan mamak, serta oppung boru nampak bercerita dengan bahasa batak Toba.
Setelah istrahat yang cukup, Keesokan paginya kami bangun sekitar pukul 05:50 Wib, kami keluar rumah untuk menghirup udara yang cukup segar sekali, dan kami naik keatas bukit disekitar rumah oppung .
Setelah diatas bukit, kami dapat melihat hamparan pohon yang hijau, dan pemandangan yang sangat luas dan luar biasa. Keindahan ini terlihat akibat pantulan dari keindahan Danau Toba.
Setelah puas melihat pemandangan Danau Toba, dan berfoto ria, kami pergi melanjutkan berziarah ke makam opung kandung bapak ku. Di Makam oppung kami ini terlihat berbentuk rumah adat batak Toba, dan menurut keterangan bapak, bahwa ditempat itu sudah ada tujuh keturunan bermarga Simanjorang, termasuk salah satunya oppung kami dari bapak.
Hampir satu jam kami disana (jiarah), kamipun berdoa dan mendokumentasikan perjalan kami berjiarah, bersama keluarga besar kami dan keluarga oppung yang masih tinggal di Bonaposogit (kampung Halaman) Samosir.
Seusai makan pagi, kamipun pamit pulang. Dan setelah menyebrang kembali dari pelabuhan Simanindo ke pelabuhan Tigaras, kami juga singgah di Pantai pemandian Danau Toba di Tigaras untuk mandi-mandi.
Walau air Danau Toba terasa dingin, dan banyak kerikil-kerikil di Pantai, kami tetap mandi, dan badan terasa segar sekali, walaupun kaki sedikit harus menahan sakit karena tertusuk kerikil.
Perjalanan liburan yang sangat menyenangkan sekali pikir ku. Mandi di pantai dengan ombak air Danau membuat ku terus ingin berbagi cerita, betapa hebatnya kuasa Tuhan menciptakan Danau Toba, betapa luar biasanya Tuhan memberikan budaya dan kesenian tradisi adat Batak.
Walau badan cukup capek, beberapa hari dalam perjalanan ke Samosir, hati ku tetap ingin kembali ke Samosir, menikmati alamnya, menikmati adat budaya batak, dan yang terpenting merasa bersyukur menjadi bagian orang batak, “Batak do au, Samosir Huta Ku, Horas ma di Hita Bangso batak”.*
BACA JUGA Tulisan Diatama Sitohang Jeruk Manis Terbawa Mimpi
LIHAT JUGA VIDEO MENARIK DI BAWAH INI
*) Penulis adalah Siswi SMP Budi Mulia Pematangsiantar
Ini pengalaman ku pada 10 Desember 2016. Kami sekeluarga, Bapak, Mama, dan Tiga adik ku, Diva, Duta dan Chiko, kami pergi ke Samosir menaiki mobil pribadi.
Kami pergi kesana untuk acara Natal Bersama, namanya Natal Marga Sitohang. Kami berangkat kira-kira pukul 10.00 WIB dari Siantar menuju Samosir. Kami sampai di pelabuhan yang berada di Tigaras kira-kira pada pukul 12.00 WIB.
Kampung ku di Lumban Suhi-suhi Dolok pulau Samosir. |
Tapi waktu itu kami ketinggalan kapal, karena Kapal Verynya baru saja berangkat dari pelabuhan. Oleh sebab itu, kami harus menunggu kapal berikutnya. Saat menunggu itu kami sekalian makan siang dulu.
Setelah kami makan, beberapa menit kemudian kapal penyeberangan datang dan kami pun berangkat. Itu adalah pengalaman pertama aku naik kapal very. Biasanya kalau ke Samosir, aku naik kapal penumpang biasa, karena mengendarai sepeda motor dengan bapak ku.
Tugu Lumban Sitio di Huta Sitio kecamatan Simanindo kabupaten Samosir. |
Dari kapal terlihat Danau Toba dan pulau Samosir yang sangat indah. Karena angin terasa kencang, sehingga kami merasa sedikit kedinginan. Walau Kapalnya besar dan dapat memuat banyak kendaraan, tapi kami masih merasakan goyangan kapal.
Dalam 30 menit kami sampai di Simanindo, pulau Samosir, Kami turun dari kapal, dan naik ke mobil agar kami langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Hotel Gorat yang ada di Urat kecamatan Palipi kabupaten Samosir. Dan Sebelum melanjutkan perjalananm kami sempatkan singgah di Tugu Sitio, Tugu Sitio persis disekitar pelabuhan Simanindo, kami singgah karena mama ku boru Sitio.
Keluarga kami di Rumah Oppung Simanjorang di Lumban suhi-suhi Dolok Pulau Samsoir. |
Setelah itu kami makan malam, dan yang menariknya kami pasang api ungun dilokasi hotel, asik juga pikir ku, karena sambil bakar jagung, dan tertawa bersama, sunggu baik pemilik Hotel ini, fasilitas di Hotel dapat kami pakai semuanya, sehingga kami yang datang merasa di rumah sendiri.
Puas juga hiburan kami malam itu, walaupun sekedar bakar jagung, dan makan rame-rame bernyanyi dengan satu gitar, dan setelah itu kami istrahat unruk melengkapi istrahat tidur malam.
Kami saat asik membakar Jagung di Samosir. |
Kira kira pukul 09.00 WIB, kami berangkat menuju Tugu. Acaranya sangat meriah. Ada menyanyi, ada manortor, dan acara ketika itu didahului penyalaan Lilin di sekitar Tugu Sitohang oleh utusan baik dari Siantar maupun Samosir.
Tidak terasa. Karena semakin asiknya mengikuti acara Natal bersama keluarga Sitohang, baik dari Siantar, maupun dari Samosir yang tinggal di sekitar Tugu. Waktunya makan siang pun tiba, semua yang hadir turut makan dan bergembira bersama.
Aku merasa bahagia dapat menikmati segarnya air Danau Toba dengan ombak putihnya. |
Yang nyanyi senang sekali, yang berfoto gembira sekali, tunjukkan senyum masing-masing bersama keluarganya. Di Tugu Sitohang dapat juga berfoto dengan latar belakang Danau Toba, terlihat jelas dari Tugu Sitohang Danau Toba yang indah dengan warna putih kebiruan.
Tak terasa hari sudah sore, pesta Natal Sitohang pun berakhir, dan kami dari kelurga ke keluarga mengambil jalan pulang masing-masing, ada yang langsung kembali ke Siantar ada juga yang melanjutkan liburannya di kampung sekitar Samosir.
Keindahan alam Danau Toba terlihat dari Tugu Sitohang. |
Ditempat ini (Lumban Suhi-suhi) kami bermalam, dan kami tidur di rumah ompung, rumah batak yang sudah ditempati ratusan tahun lamanya. Yang lebih menarik lagi, dirumah batak ini ada ternak kerbau dibawahnya, terlihat ada tiga ekor kerbau milik oppung kami yang terlihat gemuk-gemuk.
Luar biasa sambutan oppung kami, terlihat oppung doli dan oppung boru senang sekali kami datang, dan mereka tertawa gembira. Bapak dan mamak, serta oppung boru nampak bercerita dengan bahasa batak Toba.
Setelah istrahat yang cukup, Keesokan paginya kami bangun sekitar pukul 05:50 Wib, kami keluar rumah untuk menghirup udara yang cukup segar sekali, dan kami naik keatas bukit disekitar rumah oppung .
Kami sempatkan jiarah di Tugu (Makam) Raja Simanjorang. |
Setelah puas melihat pemandangan Danau Toba, dan berfoto ria, kami pergi melanjutkan berziarah ke makam opung kandung bapak ku. Di Makam oppung kami ini terlihat berbentuk rumah adat batak Toba, dan menurut keterangan bapak, bahwa ditempat itu sudah ada tujuh keturunan bermarga Simanjorang, termasuk salah satunya oppung kami dari bapak.
Hampir satu jam kami disana (jiarah), kamipun berdoa dan mendokumentasikan perjalan kami berjiarah, bersama keluarga besar kami dan keluarga oppung yang masih tinggal di Bonaposogit (kampung Halaman) Samosir.
Tugu Sitohang sebelum di renovasi tempat kami merayakan Natal Desember 2016. |
Walau air Danau Toba terasa dingin, dan banyak kerikil-kerikil di Pantai, kami tetap mandi, dan badan terasa segar sekali, walaupun kaki sedikit harus menahan sakit karena tertusuk kerikil.
Perjalanan liburan yang sangat menyenangkan sekali pikir ku. Mandi di pantai dengan ombak air Danau membuat ku terus ingin berbagi cerita, betapa hebatnya kuasa Tuhan menciptakan Danau Toba, betapa luar biasanya Tuhan memberikan budaya dan kesenian tradisi adat Batak.
Walau badan cukup capek, beberapa hari dalam perjalanan ke Samosir, hati ku tetap ingin kembali ke Samosir, menikmati alamnya, menikmati adat budaya batak, dan yang terpenting merasa bersyukur menjadi bagian orang batak, “Batak do au, Samosir Huta Ku, Horas ma di Hita Bangso batak”.*
BACA JUGA Tulisan Diatama Sitohang Jeruk Manis Terbawa Mimpi
LIHAT JUGA VIDEO MENARIK DI BAWAH INI
*) Penulis adalah Siswi SMP Budi Mulia Pematangsiantar
Tidak ada komentar