Cerita Udin Bertahan Jadi Ojek Sepeda Ontel di Tengah Serbuan Ojek "Online"
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Mengendarai sebuah sepeda ontel tua, Udin perlahan menyusuri Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara. Teriknya matahari saat itu tak menyurutkan laki-laki berusia 60 tahun itu mengayuh sepeda ontelnya mengantarkan penumpang yang sedang membutuhkan jasanya.
Udin merupakan satu dari sejumlah ojek sepeda ontel yang masih aktif di Ibu Kota. Bermodalkan sebuah sepeda ontel tua yang dibeli dari temannya, hampir setiap hari Udin menjajakan jasanya di pinggir Jalan Yos Sudarso.
Saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (23/11/2017), Udin menuturkan telah 6 tahun berprofesi sebagai ojek sepeda ontel.
Sebelumnya, dia berprofesi sebagai pekerja kapal di Pelabuhan Tanjung Priok. Merasa tak mencukupi, Udin pindah haluan menjadi seorang sopir bemo.
Lima tahun mengendari bemo akhirnya Udin kembali banting stir menjadi seorang ojek sepeda ontel. Sehari-harinya ayah dua anak ini mangkal di sekitar kolong Tol Pelabuhan di Jakarta Utara.
Udin yang berasal dari Kota Paneglang, Banten bekerja dari Senin hingga Sabtu pukul 12.00 Wib hingga 24.00. Dalam sehari, Udin bisa mendapatkan penumpang sekitar 6 sampai 7 orang.
Tarif yang dikenakan beragam tergantung jarak tempuh. Paling mahal, kata Udin, ongkos yang pernah dia dapatkan sebesar Rp 20.000.
"Kalau sehari bisa dapat sekitar Rp 60 ribuan lah Mas. Namanya juga ojek ontel kurang peminatnya," ujar Udin.
Udin mengakui, jika dibanding dengan ojek sepeda motor, ojek sepeda yang digelutinya memang kalah pamor. Warga, kata Udin lebih banyak memilih ojek motor karena waktu tempuh yang lebih singkat serta jarak yang ditempuh bisa lebih jauh dibanding ojek sepeda.
Namun, hal itu tak mematahkan semangat Udin untuk mencari rezeki di tengah banyaknya ojek online. Dia menilai ojek sepeda ontel juga memiliki peminat tersendiri.
"Yang naik yang jarak pendek sih, terus yang mau murah juga ongkosnya," ujar Udin.
Kompas.com mencoba menjajal jasa sepeda ontel Udin dengan menyusuri Jalan Yos Sudarso dari arah pintu gerbang Tol Pelabuhan menuju Mapolres Jakarta Utara. Kira-kira jarak tempuh sekitar 4-5 kilometer.
Terlihat sepeda ontel milik Udin seperti sepeda ontel kebanyakan. Berwarna hitam dengan sebuah bel di stang sebelah kanan. Kedua velg sepeda Udin terlihat kinclong. Dia mengatakan, karena umur sepeda yang sudah tua memerlukan banyak pergantian onderdil.
Tak seperti pengemudi ojek motor, Udin tak mengenakan jaket atau pelindung tubuh dari sinar matahari. Udin hanya mengandalkan sebuah topi usang berwarna gelap, kaos berkerah, celana jins, dan hanya mengenakan sendal jepit.
Warna kulit yang terbakar menjadi kontras dengan jam tangan berwarna silver yang dikenakan di pergelangan tangan sebelah kirinya.
Udin membiarkan penumpang untuk naik terlebih dahulu, dengan sedikit dorongan ke depan, Udin dengan sigap naik ke atas sepeda yang memang memiliki ukuran lebih tinggi. Tampak Udin begitu berhati-hati menyusuri Jalan Yos Sudarso yang memang menjadi jalur bagi truk bermuatan berat.
Udin tak terlalu banyak mau berbicara ketika di atas sepeda. Pandangan matanya tetap fokus ke depan. Namun, sekali-sekali dia menoleh ke belakang untuk mengantisipasi kendaraan yang tiba-tiba ingin belok ke kiri.
Sekitar 15 hingga 20 menit kayuhan sepeda Udin membawa Kompas.com hampir sampai ke tujuan. Lokasi yang dituju Kompas.com berada di seberang Jalan Yos Sudarso. Adapun menuju ke sana harus menyeberang jalan yang dilalui banyak truk bermuatan berat.
Terbayang kesulitan Udin ketika membawa seorang penumpang yang lebih berat darinya untuk menyeberang jalan. Belum lagi tabiat para pengendara yang terbilang tak mau mengalah.
"Ah sudah biasa seperti ini Mas, enggak takut, he he he," kelakar Udin.
Untungnya selama menekuni profesi ini belum sekalipun hal buruk menimpanya.
Udin mengatakan, dua orang anaknya telah bekerja dan menikah. Kini tinggal di luar Jakarta. Udin hidup bersama istrinya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Rejeki yang didapatkannya setiap hari dicukupkan untuk membuat asap dapur rumahnya agar terus mengepul.
"Ya harus kerja keras memang. Buat makan sehari-hari uangnya Mas. Anak-anak saya kan tinggal di luar daerah," ujar Udin.
Udin mengatakan, rata-rata rekannya sesama ojek sepeda ontel memang sudah tak muda lagi. Usia menjadi alasan mengapa Udin enggan meninggalkan profesi ini. Dia mengatakan tak ada yang mau menerima laki-laki yang sudah berusia lanjut seperti dia untuk dipekerjakan. (komp/t)
LIHAT JUGA VIDEO DI BAWAH INI
TAO TOBA NAULI - Tarian Danau Toba di Siantar
Udin merupakan satu dari sejumlah ojek sepeda ontel yang masih aktif di Ibu Kota. Bermodalkan sebuah sepeda ontel tua yang dibeli dari temannya, hampir setiap hari Udin menjajakan jasanya di pinggir Jalan Yos Sudarso.
Saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (23/11/2017), Udin menuturkan telah 6 tahun berprofesi sebagai ojek sepeda ontel.
Sebelumnya, dia berprofesi sebagai pekerja kapal di Pelabuhan Tanjung Priok. Merasa tak mencukupi, Udin pindah haluan menjadi seorang sopir bemo.
Lima tahun mengendari bemo akhirnya Udin kembali banting stir menjadi seorang ojek sepeda ontel. Sehari-harinya ayah dua anak ini mangkal di sekitar kolong Tol Pelabuhan di Jakarta Utara.
Udin yang berasal dari Kota Paneglang, Banten bekerja dari Senin hingga Sabtu pukul 12.00 Wib hingga 24.00. Dalam sehari, Udin bisa mendapatkan penumpang sekitar 6 sampai 7 orang.
Tarif yang dikenakan beragam tergantung jarak tempuh. Paling mahal, kata Udin, ongkos yang pernah dia dapatkan sebesar Rp 20.000.
"Kalau sehari bisa dapat sekitar Rp 60 ribuan lah Mas. Namanya juga ojek ontel kurang peminatnya," ujar Udin.
Udin mengakui, jika dibanding dengan ojek sepeda motor, ojek sepeda yang digelutinya memang kalah pamor. Warga, kata Udin lebih banyak memilih ojek motor karena waktu tempuh yang lebih singkat serta jarak yang ditempuh bisa lebih jauh dibanding ojek sepeda.
Namun, hal itu tak mematahkan semangat Udin untuk mencari rezeki di tengah banyaknya ojek online. Dia menilai ojek sepeda ontel juga memiliki peminat tersendiri.
"Yang naik yang jarak pendek sih, terus yang mau murah juga ongkosnya," ujar Udin.
Kompas.com mencoba menjajal jasa sepeda ontel Udin dengan menyusuri Jalan Yos Sudarso dari arah pintu gerbang Tol Pelabuhan menuju Mapolres Jakarta Utara. Kira-kira jarak tempuh sekitar 4-5 kilometer.
Terlihat sepeda ontel milik Udin seperti sepeda ontel kebanyakan. Berwarna hitam dengan sebuah bel di stang sebelah kanan. Kedua velg sepeda Udin terlihat kinclong. Dia mengatakan, karena umur sepeda yang sudah tua memerlukan banyak pergantian onderdil.
Tak seperti pengemudi ojek motor, Udin tak mengenakan jaket atau pelindung tubuh dari sinar matahari. Udin hanya mengandalkan sebuah topi usang berwarna gelap, kaos berkerah, celana jins, dan hanya mengenakan sendal jepit.
Warna kulit yang terbakar menjadi kontras dengan jam tangan berwarna silver yang dikenakan di pergelangan tangan sebelah kirinya.
Udin membiarkan penumpang untuk naik terlebih dahulu, dengan sedikit dorongan ke depan, Udin dengan sigap naik ke atas sepeda yang memang memiliki ukuran lebih tinggi. Tampak Udin begitu berhati-hati menyusuri Jalan Yos Sudarso yang memang menjadi jalur bagi truk bermuatan berat.
Udin tak terlalu banyak mau berbicara ketika di atas sepeda. Pandangan matanya tetap fokus ke depan. Namun, sekali-sekali dia menoleh ke belakang untuk mengantisipasi kendaraan yang tiba-tiba ingin belok ke kiri.
Sekitar 15 hingga 20 menit kayuhan sepeda Udin membawa Kompas.com hampir sampai ke tujuan. Lokasi yang dituju Kompas.com berada di seberang Jalan Yos Sudarso. Adapun menuju ke sana harus menyeberang jalan yang dilalui banyak truk bermuatan berat.
Terbayang kesulitan Udin ketika membawa seorang penumpang yang lebih berat darinya untuk menyeberang jalan. Belum lagi tabiat para pengendara yang terbilang tak mau mengalah.
"Ah sudah biasa seperti ini Mas, enggak takut, he he he," kelakar Udin.
Untungnya selama menekuni profesi ini belum sekalipun hal buruk menimpanya.
Udin mengatakan, dua orang anaknya telah bekerja dan menikah. Kini tinggal di luar Jakarta. Udin hidup bersama istrinya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Rejeki yang didapatkannya setiap hari dicukupkan untuk membuat asap dapur rumahnya agar terus mengepul.
"Ya harus kerja keras memang. Buat makan sehari-hari uangnya Mas. Anak-anak saya kan tinggal di luar daerah," ujar Udin.
Udin mengatakan, rata-rata rekannya sesama ojek sepeda ontel memang sudah tak muda lagi. Usia menjadi alasan mengapa Udin enggan meninggalkan profesi ini. Dia mengatakan tak ada yang mau menerima laki-laki yang sudah berusia lanjut seperti dia untuk dipekerjakan. (komp/t)
LIHAT JUGA VIDEO DI BAWAH INI
TAO TOBA NAULI - Tarian Danau Toba di Siantar
Tidak ada komentar