Header Ads

Kelangkaan Air Ancam 11 Kota di Dunia, Jakarta Salah Satunya

LINTAS PUBLIK, Jakarta berada di posisi kelima di antara 11 kota dunia yang paling terancam kekurangan air minum setelah Cape Town.

Temuan ini hanya salah satu contoh ekstrem dari masalah yang sudah lama diperingatkan para ahli yaitu kelangkaan air.

Meskipun mencakup sekitar 70 persen permukaan bumi, air minum, tidaklah seberlimpah seperti yang dipikirkan orang. Hanya 3 persen saja air yang bisa dikonsumsi manusia.

Lebih dari satu miliar orang tak memiliki akses terhadap air bersih dan 2,7 miliar lainnya mengalami kelangkaan air setidaknya satu bulan dalam setahun.

Warga mengantre untuk mengambil air dari keran yang bersumber dari mata air di Newlands, Mei 2017 lalu.
Sebuah survei yang digelar 2014 terhadap 500 kota terbesar di dunia memperkirakan satu dari empat kota dunia sedang mengalami masalah air.

Menurut proyeksi PBB, pada 2030 kebutuhan akan air tawar dunia akan 40 persen lebih tinggi dari ketersediaan, akibat perubahan iklim, ulah manusia, dan pertumbuhan penduduk.

Karenanya tidak mengherankan, bahwa Cape Town hanyalah puncak gunung es. Inilah 11 kota lain, termasuk yang kemungkinan besar akan mengalami kelangkaan air.

1. São Paulo (Brasil)

Salah satu dari 10 kota terpadat di dunia ini pada 2015 mengalami masalah sebagaimana Cape Town, ketika cadangan air turun 4 persen di bawah kebutuhan yang semestinya.

Pada puncak krisis, kota berpenduduk lebih dari 21,7 juta jiwa itu hanya memiliki persediaan air untuk kurang dari 20 hari dan polisi harus mengawal truk air untuk mencegah penjarahan.

Penyebab awalnya diperkirakan adalah kekeringan yang melanda bagian tenggara Brasil antara 2014 dan 2017.

Namun, sebuah misi PBB ke São Paulo mengkritik otoritas negara bagian lantaran "kurangnya perencanaan dan investasi yang tepat".

Krisis air dianggap 'selesai' pada 2016, namun pada Januari 2017 cadangan utama air mereka hanya 15 persen di bawah perkiraan untuk periode itu sehingga membuat persediaan air di masa depan kembali dipertanyakan.

2. Bangalore (India)

Kota di wilayah selatan India ini mengalami pertumbuhan properti yang sangat pesat akibat dipromosikannya Bangalore sebagai pusat teknologi. Sejak saat itu pemerintah kota mengalami kerepotan untuk mengelola sistem air dan limbah kota.

Lebih-lebih lagi, pipa saluran air di Bangalore sudah begitu tua dan membutuhkan perbaikan yang mendesak.

Sebuah laporan yang disusun pemerintah pusat menunjukkan, kota tersebut kehilangan lebih dari separuh air minum mereka karena terbuang begitu saja.

Seperti China, India mengalami masalah polusi air yang pelik dan itulah yang dialami Bangalore.

Data menunjukan 85 persen persediaan air danau dan sumber air lain di kota itu hanya bisa digunakan untuk irigasi dan pendinginan industri.

Tak satu pun danau di kota itu yang airnya cocok untuk dikonsumsi warga atau digunakan untuk mandi.

3. Beijing (China)

Bank Dunia mengklasifikasikan kelangkaan air adalah ketika warga di lokasi tertentu mendapat kurang dari 1.000 meter kubik air tawar per orang per tahun.

Pada 2014, lebih dari 20 juta penduduk Beijing hanya mendapat 145 meter kubik per orang.

China dihuni oleh hampir 20 persen penduduk dunia namun hanya memiliki cadangan 7 persen air tawar dunia.

Sebuah studi di Universitas Columbia memperkirakan bahwa antara 2000 dan 2009, cadangan air China menurun hingga 13 persen.

Belum lagi masalah polusi. Angka resmi dari 2015 menunjukkan 40 persen air permukaan di Beijing begitu tercemar sehingga tidak berguna sama sekali bahkan untuk keperluan pertanian atau industri.

Pihak berwenang China mencoba mengatasi masalah tersebut dengan menciptakan proyek penanganan air besar-besaran.

Mereka juga membangun program-program pendidikan, serta kenaikan harga bagi penggunaan air untuk keperluan bisnis.

4. Kairo (Mesir)

Sungai Nil yang pernah begitu penting untuk pembentukan salah satu peradaban terbesar di dunia, kini mengalami masalah besar di zaman modern.

Sungai Nil adalah sumber dari 97 persen kebutuhan air Mesir tetapi juga merupakan muara dari sampah pertanian dan sampah rumah tangga yang yang tidak diolah.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, dalam hal jumlah kematian terkait dengan pencemaran air, Mesir berada di antara urutan tertinggi di antara negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.

PBB memperkirakan negeri itu akan mengalami kelangkaan air pada 2025.

5. Jakarta (Indonesia)

Kendati banyak warga kota tak menyadari, Jakarta adalah kota pesisir. Dan seperti banyak kota pesisir lain, ibu kota Indonesia ini menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut.

Tapi di Jakarta, masalah ini diperparah dengan ulah manusia secara langsung. Karena kurang dari separuh dari 10 juta penduduk yang memiliki akses terhadap air leding, terjadi penggalian sumur secara serampangan.

Praktik ini menguras cadangan kantung air bawah tanah, hampir secara harafiah mengempiskannya.

Akibatnya, menurut perkiraan Bank Dunia, sekitar 40 persen wilayah Jakarta sekarang ini berada di bawah permukaan laut.

Keadaannya lebih buruk, kantung-kantung air itu tidak mengalami pengisian ulang meski turun hujan lebat karena seantero kota penuh beton dan aspal, sehingga lapangan terbuka pun tak bisa menyerap curah hujan.

6. Moskwa (Rusia)

Seperempat cadangan air tawar dunia ada di Rusia, namun negara ini mengalami masalah pencemaran peninggalan industri era Soviet.

Hal ini secara khusus mengkhawatirkan Moskow, yang 70 persen pasokan airnya bergantung pada air tanah.

Badan resmi terkait mengakui bahwa 35 sampai 60 persen dari cadangan air minum di Rusia tidak memenuhi standar sanitasi.

7. Istanbul (Turki)

Menurut data resmi pemerintah, Turki secara teknis sedang mengalami masalah air, karena pasokan per kapita turun hingga di bawah 1.700 meter kubik pada 2016.

Para pakar negeri itu memperingatkan bahwa pada 2030, situasi itu dapat memburuk menjadi kelangkaan air.

Baca juga : Amerika Serikat Bantu Akses Air Bersih di Kawasan Kumuh Kota Medan

Dalam beberapa tahun belakangan, pada bulan-bulan kering, kawasan berpenduduk padat seperti Istanbul yang berpenduduk 14 juta jiwa bakal mengalami kekurangan air.

Tingkat persediaan air di dalam waduk kota turun 30 persen dari kapasitasnya pada awal 2014.

8. Mexico City (Meksiko)

Kekurangan air bukanlah hal baru bagi sebagian besar dari 21 juta penduduk ibu kota Meksiko ini.

Satu dari lima penduduk hanya mendapatkan air keran selama beberapa jam setiap pekannya dan 20 persen lainnya memperoleh air mengalir hanya beberapa jam setiap harinya.

Kota tersebut mendatangkan 40 persenn kebutuhan air dari sumber yang jauh, namun tidak memiliki operasi skala besar untuk mendaur ulang air limbah. Pemborosan air karena masalah pada jaringan pipa juga diperkirakan mencapai 40 persen.

9. London (Inggris)

Dari semua kota di dunia, London bukanlah yang pertama muncul dalam ingatan ketika orang membayangkan kekurangan air.

Kenyataannya sangat berbeda. Dengan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 600mm (kurang dibanding rata-rata Paris dan hanya sekitar setengah dari New York), London memperoleh 80 air bersihnya dari Sungai Thames dan Lea.

Baca juga : Manfaatkan Dana Desa, 500 Keluarga di Bromo Tengger Dapat Air Bersih

Menurut otoritas London, penggunaan air kota ini sudah nyaris mendekati kapasitas maksimumnya dan kemungkinan akan menderita masalah pasokan air bersih pada 2025, dan mengalami "kelangkaan serius" pada 2040.

Kelihatannya larangan penggunaan selang air di kawasan publik akan lebih umum di masa depan, karena sekarang ini pemborosan air oleh selang-selang pipa umum itu mencapai 25 persen.

Tokyo, Jepang
10. Tokyo (Jepang)

Ibu kota Jepang ini menikmati tingkat curah hujan yang serupa dengan Seattle di pantai barat AS, yang memiliki reputasi curah hujan tinggi. Namun curah hujan hanya terkonsentrasi dalam empat bulan setiap tahunnya.

Air hujan perlu dikumpulkan, karena musim hujan yang lebih kering dari perkiraan bisa menyebabkan kekeringan.

Setidaknya 750 bangunan pribadi dan umum di Tokyo memiliki sistem pengumpulan dan pemanfaatan air hujan.


Dihuni lebih dari 30 juta orang, Tokyo memiliki sistem air 70 persennya bergantung pada air permukaan (sungai, danau, dan salju yang mencair).

Investasi infrastruktur pipa belakangan ini juga bertujuan mengurangi pemborosan akibat kebocoran hingga hanya 3 persen.

11. Miami (Amerika Serikat)

Florida termasuk di antara lima negara bagian AS yang mengalami hujan paling banyak setiap tahunnya. Namun, di kota paling terkenal di negara bagian itu, Miami, mengalami krisis penyulingan air.

Proyek untuk mengeringkan rawa-rawa di awal abad ke-20 memberikan hasil tak terduga yaitu air dari Samudera Atlantik mencemari kantung air tanah Biscayne, sumber utama air tawar kota itu.

Kendati masalah itu telah terdeteksi pada 1930-an, air laut masih merembes, terutama karena kota itu mengalami kenaikan permukaan laut yang lebih cepat dan air laut mencapai penghalang bawah tanah yang dipasang beberapa dekade terakhir.

Kota-kota tetangga sudah mengalami masalah. Pantai Hallandale, yang hanya beberapa kilometer di utara Miami, harus menutup enam dari delapan sumur penampung air, karena rembesan air asin.


Sumber   : kompas 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.