Sukses Memeras PIL Istri Akhirnya jadi Ketagihan
LINTAS PUBLIK - PRAYIT, 26, memang tak bermoral. Istri dikencani lelaki lain, bukan marah malah dimanfaatkan untuk ajang pemerasan. Sekali dapat kompensasi Rp 10 juta, jadi ketagihan. Tentu saja Agung, 35, yang jadi obyek pemerasan lama-lama capek juga. Walhasil Prayit pun dilaporkan ke polisi bersama rekan kerjasamanya.
Setiap lelaki berkeinginan punya bini cantik. Tapi awas, bini cantik itu butuh anggaran perawatan juga, agar awet kecantikannya. Jika penghasilan tak sebanding dengan pengeluaran, bakal kedodoran. Akhirnya istri yang cantik itu pun jadi memudar, kehilangan daya pesona. Paling celaka bila mana suami lalu memanfaatkan kecantikan istri untuk obyek pemerasan.
Prayit warga Pasar Kliwon Solo, termasuk lelaki yang menyesal beristri cantik. Sebab Nurul, 22, selalu minta uang untuk beli alat-alat make up. Padahal dia sebagai pekerja tak menentu, tak selalu punya uang di rumah. Walhasil Nurul pun mulai berpaling ke lelaki lain yang bisa memanjakan keinginannya. “Payah, suami bisanya kasih bonggol bukan benggol,” kata Nurul menggerutu.
Sampailah kemudian Nurul berkenalan dengan Agung, lelaki muda lumayan bonafid dari kampung Jebres. Dia suka memberi uang padanya, untuk menutup kebutuhan sehari-hari termasuk bermake up. Tapi yang namanya lelaki, mana mau jadi Kementrian Sosial, bantu-bantu orang tanpa kompensasi apapun.
Begitu pula dengan Agung, lama-lama dia minta imbalan menemani tidur di hotel. Karena sudah berutang budi, Nurul pun tak bisa menolak. Ajakan kencan itu dilayani di berbagai kesempatan. Ternyata Agung memang gede duitnya, tapi gede juga nafsunya. Dalam seminggu dia bisa mengajak kencan 2 kali sesendok makan!
Lama-lama perselingkuhan istri ini tercium oleh Prayit. Dia tentu saja marah dan tersinggung. Bagaimana mungkin aset nasional diacak-acak lelaki asing? Lalu di mana kedaulatan seorang suami? “Kita gerebek saja, lalu kita mintai duit,” saran Bandi, 34, teman sekaligus konsultan politik Prayit.
Ternyata Prayit setuju atas komersialisasi bini itu. Maka ketika dapat kepastian di mana Nurul-Agung berkencan, keduanya langsung merapat ke TKP, sebuah hotel kelas melati dalam kota. Ketika Prayit – Bandi menggedor pintu hotel, pasangan mesum itu sedang ketanggungan. Walhasil keduanya klipuk, tak bisa berkutik.
“Pilih mana sampeyan? Tak laporke polisi, apa bayar kompensasi Rp 10 juta. Sama saya gampang kok.” Kata Prayit di atas angin, lagaknya kayak Ketum parpol minta uang mahar peserta Pilkada. Tentu saja mengambil opsi itu, meskipun mencoba menawar juga.
Awalnya Agung minta Rp 5 juta saja, tapi Prayit bersikeras pada tawaran pertama. Alasannya, ibarat taksi Grab kan sudah dikendarai berkali-kali, pasti nyaman sekali wong full AC dan kemacetan bukan tanggungjawab penumpang. “Ayo cepat bayar Rp 10 juta!” sergah Prayit dan Bandi.
Ketimbang jadi urusan polisi, Agung terpaksa bayar meski 3 kali bayar. Tapi setelah lunas, bukan urusan selesai tapi Prayit jadi ketagihan. Lain minggu dia minta duit lagi, atau mau dilaporkan polisi? Kali ini Agung tak mau lagi dijadikan obyek pemerasan. Dia lapor polisi dan Prayit-Bandi pun ditangkap. “Saya nggak ngira bisa dilaporkan balik,” kata Prayit menyesal.
Nggak belajar hukum sih, akhirnya bakal dihukum.
Sumber : poskota
Setiap lelaki berkeinginan punya bini cantik. Tapi awas, bini cantik itu butuh anggaran perawatan juga, agar awet kecantikannya. Jika penghasilan tak sebanding dengan pengeluaran, bakal kedodoran. Akhirnya istri yang cantik itu pun jadi memudar, kehilangan daya pesona. Paling celaka bila mana suami lalu memanfaatkan kecantikan istri untuk obyek pemerasan.
Prayit warga Pasar Kliwon Solo, termasuk lelaki yang menyesal beristri cantik. Sebab Nurul, 22, selalu minta uang untuk beli alat-alat make up. Padahal dia sebagai pekerja tak menentu, tak selalu punya uang di rumah. Walhasil Nurul pun mulai berpaling ke lelaki lain yang bisa memanjakan keinginannya. “Payah, suami bisanya kasih bonggol bukan benggol,” kata Nurul menggerutu.
Sampailah kemudian Nurul berkenalan dengan Agung, lelaki muda lumayan bonafid dari kampung Jebres. Dia suka memberi uang padanya, untuk menutup kebutuhan sehari-hari termasuk bermake up. Tapi yang namanya lelaki, mana mau jadi Kementrian Sosial, bantu-bantu orang tanpa kompensasi apapun.
Begitu pula dengan Agung, lama-lama dia minta imbalan menemani tidur di hotel. Karena sudah berutang budi, Nurul pun tak bisa menolak. Ajakan kencan itu dilayani di berbagai kesempatan. Ternyata Agung memang gede duitnya, tapi gede juga nafsunya. Dalam seminggu dia bisa mengajak kencan 2 kali sesendok makan!
Dikirim oleh Lintas Publik pada 6 Maret 2018
Lama-lama perselingkuhan istri ini tercium oleh Prayit. Dia tentu saja marah dan tersinggung. Bagaimana mungkin aset nasional diacak-acak lelaki asing? Lalu di mana kedaulatan seorang suami? “Kita gerebek saja, lalu kita mintai duit,” saran Bandi, 34, teman sekaligus konsultan politik Prayit.
Ternyata Prayit setuju atas komersialisasi bini itu. Maka ketika dapat kepastian di mana Nurul-Agung berkencan, keduanya langsung merapat ke TKP, sebuah hotel kelas melati dalam kota. Ketika Prayit – Bandi menggedor pintu hotel, pasangan mesum itu sedang ketanggungan. Walhasil keduanya klipuk, tak bisa berkutik.
“Pilih mana sampeyan? Tak laporke polisi, apa bayar kompensasi Rp 10 juta. Sama saya gampang kok.” Kata Prayit di atas angin, lagaknya kayak Ketum parpol minta uang mahar peserta Pilkada. Tentu saja mengambil opsi itu, meskipun mencoba menawar juga.
Awalnya Agung minta Rp 5 juta saja, tapi Prayit bersikeras pada tawaran pertama. Alasannya, ibarat taksi Grab kan sudah dikendarai berkali-kali, pasti nyaman sekali wong full AC dan kemacetan bukan tanggungjawab penumpang. “Ayo cepat bayar Rp 10 juta!” sergah Prayit dan Bandi.
Ketimbang jadi urusan polisi, Agung terpaksa bayar meski 3 kali bayar. Tapi setelah lunas, bukan urusan selesai tapi Prayit jadi ketagihan. Lain minggu dia minta duit lagi, atau mau dilaporkan polisi? Kali ini Agung tak mau lagi dijadikan obyek pemerasan. Dia lapor polisi dan Prayit-Bandi pun ditangkap. “Saya nggak ngira bisa dilaporkan balik,” kata Prayit menyesal.
Nggak belajar hukum sih, akhirnya bakal dihukum.
Sumber : poskota
Tidak ada komentar