Permainan Zaman Old di Festival Serbu Siantar, Ajarkan Siswa Bekerjasama dalam Tim
LINTAS PUBLIK-SIANTAR, Festival Semarak Budaya (Serbu) Siantar 2018 yang telah resmi dibuka oleh Walikota Siantar, Hefriansyah pada Senin lalu, masih diisi dengan acara permainan khas nusantara di Lapangan Adam Malik Siantar, Kamis (26/4/2018).
Sejumlah permainan daerah di hari keempat Festival Serbu Siantar dikenal dengan permainan zaman old ini diantaranya lomba margala, pecah piring, dan lomba berlari dengan tempurung kelapa.
Salah satu arena perlombaan, yakni permainan engklek tampak dipadati sejumlah murid-murid Sekolah Dasar (SD) di Kota Siantar yang menjadi peserta dalam permainan. Karin Seprina salah satu peserta asal SD 121308 Siantar, begitu antusias mengikuti jalannya lomba.
BACA JUGA Drama Musikalisasi Asal Muasal Suku Jawa Memukau di Festival Serbu Siantar
Hendri Sinaga yang juga menjadi pelatih sekaligus guru, Karin mengatakan, permainan engklek sudah sejak lama dan nyaris ditinggalkan anak-anak yang hidup era milenial seperti sekarang ini. Katanya, dengan hadirnya Festival Serbu Siantar 2018 menjadi salah satu cara untuk menanamkan kembali kecintaan anak-anak terhadap permainan klasik.
“Bagus sekali acara ini ya bang, kita sama-sama tau sekarang anak-anak ini pegangannya sudah telepon pintar saja, sehingga lupa permainan klasik yang banyak memberi pelajaran di sini. Kita dari SD 121308 berencana menjadikan permainan klasik ini sebagai ekstrakulikuler di sekolah,” ujar Hendri.
Setali tiga uang dengan SD 121308, SD Negeri Percontohan beralamat di Jalan Pdt J Wismar Saragih No 70A, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara ini menjadi pemenang di lomba pecah piring.
Melalui salah satu guru sekaligus pembimbing, Gustina Damanik menuturkan, permainan zaman old yang digagas tim Kreasi Anak Siantar (KAS) sangat menarik untuk diikuti dan berkesan positif terhadap anak-anak.
“Permainan ini mengajarkan anak-anak untuk bekerja sama dalam tim, saling membantu dan mendukung teman. Itu filosofinya, saya mengapresiasi ide tim KAS,” kata Gustina saat dimintai tanggapannya.
Sementara itu, panitia permainan zaman old, Mathius Sianturi menilai hadirnya permainan tradisional di Festival Serbu Siantar selain sebagai cara melestarikan kebudayaan lokal, menurutnya dalam 4 hari ini anak-anak tidak lagi disibukkan dengan gadget atau telepon pintar.
"Kita sama-sama melihat keceriaan mereka, hadirnya permainan ini sejenak mengajak anak-anak untuk menanggalkan telepon pintar mereka, ini hal yang positif dan perlu di kembangkan terus,” pungkasnya.
Penulis : franki
Editor : tagor
Sejumlah permainan daerah di hari keempat Festival Serbu Siantar dikenal dengan permainan zaman old ini diantaranya lomba margala, pecah piring, dan lomba berlari dengan tempurung kelapa.
Salah satu arena perlombaan, yakni permainan engklek tampak dipadati sejumlah murid-murid Sekolah Dasar (SD) di Kota Siantar yang menjadi peserta dalam permainan. Karin Seprina salah satu peserta asal SD 121308 Siantar, begitu antusias mengikuti jalannya lomba.
BACA JUGA Drama Musikalisasi Asal Muasal Suku Jawa Memukau di Festival Serbu Siantar
Hendri Sinaga yang juga menjadi pelatih sekaligus guru, Karin mengatakan, permainan engklek sudah sejak lama dan nyaris ditinggalkan anak-anak yang hidup era milenial seperti sekarang ini. Katanya, dengan hadirnya Festival Serbu Siantar 2018 menjadi salah satu cara untuk menanamkan kembali kecintaan anak-anak terhadap permainan klasik.
“Bagus sekali acara ini ya bang, kita sama-sama tau sekarang anak-anak ini pegangannya sudah telepon pintar saja, sehingga lupa permainan klasik yang banyak memberi pelajaran di sini. Kita dari SD 121308 berencana menjadikan permainan klasik ini sebagai ekstrakulikuler di sekolah,” ujar Hendri.
Setali tiga uang dengan SD 121308, SD Negeri Percontohan beralamat di Jalan Pdt J Wismar Saragih No 70A, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara ini menjadi pemenang di lomba pecah piring.
Melalui salah satu guru sekaligus pembimbing, Gustina Damanik menuturkan, permainan zaman old yang digagas tim Kreasi Anak Siantar (KAS) sangat menarik untuk diikuti dan berkesan positif terhadap anak-anak.
“Permainan ini mengajarkan anak-anak untuk bekerja sama dalam tim, saling membantu dan mendukung teman. Itu filosofinya, saya mengapresiasi ide tim KAS,” kata Gustina saat dimintai tanggapannya.
Sementara itu, panitia permainan zaman old, Mathius Sianturi menilai hadirnya permainan tradisional di Festival Serbu Siantar selain sebagai cara melestarikan kebudayaan lokal, menurutnya dalam 4 hari ini anak-anak tidak lagi disibukkan dengan gadget atau telepon pintar.
"Kita sama-sama melihat keceriaan mereka, hadirnya permainan ini sejenak mengajak anak-anak untuk menanggalkan telepon pintar mereka, ini hal yang positif dan perlu di kembangkan terus,” pungkasnya.
Penulis : franki
Editor : tagor
Tidak ada komentar