Anak Terduga Teroris Ini Memanggil-manggil Nama Ayahnya
LINTAS PUBLIK - JAKARTA, Setelah dirawat di RS Bhayangkara, Ais, 8, putri dari terduga teroris Tri Murtiono yang melakukan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur pada Senin (14/5/2018) pagi mulai pulih. Sesekali anak bungsu dari tiga bersaudara ini memanggil nama sang ayah.
“Tampaknya kerinduan Ais begitu besar terhadap ayahnya. Sesekali ia memanggil nama ayahnya,” ujar Seto Mulyadi, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) usai menjenguk Ais di RS Bhayangkara, Surabaya, Rabu (16/5/2018).
Namun menurut pria yang akrab disapa Kak Seto secara keseluruhan kondisi Ai mulai berangsur baik. Dari segi fisik maupun psikis. Hal ini terlihat dari sikap Ais yang sudah mulai tersenyum meski masih belum secara spontan.
BACA JUGA Rusuh Mako Brimob: Lima Polisi dan Satu Napi Teroris Tewas, Seorang Polisi Masih Disandera
“Melihat itu saya sangat mengapresiasi petugas yang mengambil langkah cepat untuk melakukan bimbingan psikologis terhadap Ais. Ini membuktikan bahwa petugas telah melakukan langkah ramah anak,” tandasnya.
Terkait penanganan anak terduga teroris, Kak Seto mengingatkan perlu ada kehadiran negara dalam membimbing tumbuh kembang anak-anak tersebut. Salah satunya membangun peran RT dan RW yang merupakan perangkat terdekat dari warga. Di antaranya dengan membentuk seksi perlindungan anak hingga tingkat RT/RW. Sehingga perkembangan anak di sekitar pemukiman warga dapat terus terpantau. Termasuk sebagai antisipasi gerakan radikal yang berkembang untuk mencuci otak yang menyasar anak-anak.
Dalam kesempatan ini Kak Seto mengingatkan seluruh warga untuk tidak membedakan anak-anak yang menjadi korban kekeliruan pemikiran orang tua mereka.
Dikatakannya, anak-anak tersebut hanyalah korban dan tidak mengetahui apa yang dilakukan orang tua mereka. “Kita semua harus menyadari bahwa anak ini hanya korban. Dan kita harus menerima kembali mereka layaknya seperti anak yang lainnya,” pinta Kak Seto.
Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) yang juga menjenguk Ais, menilai sudah saatnya pelajaran deradikalisasi diberikan kepada anak sejak usia dini. “Pemahaman deradikalisasi dapat dilakukan melalui pendekatan psikologis terhadap anak,” tandasnya.
BACA JUGA Polri: 5 Polisi yang Gugur di Mako Brimob Anggota Terbaik
BACA JUGA Bripka Denny Setiadi Korban Kerusuhan di Mako Brimob Dimakamkan
BACA JUGA Ini 14 Nama Korban Meninggal Bom Surabaya
Pasalnya bukan tidak mungkin anak-anak sudah dicecoki dengan berbagai pemahaman radikal oleh orang tuanya. Termasuk Ais. “Tadi saya datang bersama Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan. Saat saya tanya sudah makan belum? Ai menjawab. Namun saat Pak Kapolres menyapa ia hanya diam saja,” ujar Arist.
Lebih lanjut Arist mengatakan kondisi fisik Ais sudah tampak baik. Hanya psikologi anak tersebut masih tampak sedikit trauma atas kejadian yang dialaminya.
Membaiknya kondisi Ai juga diungkapkan Istri Kapolda Jawa Timur, Lita Machfud yang turut menjenguk bersama ibu Bhayangkari.”Secara fisik sudah baik, cuma tangannya yang bekas dioperasi kalau yang lain-lainnya sudah stabil,” cerita Lita.
Litapun merasa miris dan kasian melihat Ais yang tak didampingi keluarga Menurut Lita lagi, kemungkinan karena mereka tak berani karena takut kondisi otaknya yang masih terpengaruh paham-paham radikal didikan orang tua Ais.
Pasti akan butuh banyak waktu dan perjuangan untuk mengembalikan Ais seperti anak-anak normal lainnya.
Ais yang baru saja menjalani operasi di tangannya juga tidak mudah diajak berbicara kecuali dengan orang tertentu seperti suster yang menjaganya.
SYARAT PENGASUHAN
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Machfud Arifin memastikan akan melalukan pendampingan secara intensif terhadap anak-anak pelaku bom seperti Ais. “Kalau sudah sehat kita beri pemahaman, pendampingan terhadap anak-anak ini polwan, psikolog, terus ahli radikalisasi untuk memberi pemahaman yang benar supaya nggak terngiang-mgiang terus kejadian ini,” tandasnya.
Machfudpun menambahkan pihaknya akan meminta jaminan pada pihak keluarga yang berhak atas pengasuhan anak tersebut. “Karena semuanya orang tuanya sudah meninggal, mungkin neneknya, mungkin omnya, mungkin pakdenya harus betul-betul dijamin yang dia ‘waras’ dalam merawat anak-anak ini. Kalau nggak ada jaminan dan pemahaman yang ‘waras’ tidak akan saya berikan,” pungkasnya.
Seperti diketahui Ai merupakan anak dari Tri Murtiono dan Tri Ernawati terduga teroris pelaku pemboman di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5) pagi. Saat itu Ais bersama dua kakaknya Muhammad Daffa Amin Murdana dan Muhammad Daffa Amin Murdana diajak turut serta dalam aksi teror tersebut. Dalam aksi itu hanya Ais yang selamat.
Ais sendiri saat ini tengah dirawat di ruang rawat ini. Setelah sebelum menjalani perawatan intensif di ruang ICU RS Bhayangkara Surabaya.
Sumber : poskota
“Tampaknya kerinduan Ais begitu besar terhadap ayahnya. Sesekali ia memanggil nama ayahnya,” ujar Seto Mulyadi, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) usai menjenguk Ais di RS Bhayangkara, Surabaya, Rabu (16/5/2018).
Namun menurut pria yang akrab disapa Kak Seto secara keseluruhan kondisi Ai mulai berangsur baik. Dari segi fisik maupun psikis. Hal ini terlihat dari sikap Ais yang sudah mulai tersenyum meski masih belum secara spontan.
BACA JUGA Rusuh Mako Brimob: Lima Polisi dan Satu Napi Teroris Tewas, Seorang Polisi Masih Disandera
Foto ini viral di media sosial |
Terkait penanganan anak terduga teroris, Kak Seto mengingatkan perlu ada kehadiran negara dalam membimbing tumbuh kembang anak-anak tersebut. Salah satunya membangun peran RT dan RW yang merupakan perangkat terdekat dari warga. Di antaranya dengan membentuk seksi perlindungan anak hingga tingkat RT/RW. Sehingga perkembangan anak di sekitar pemukiman warga dapat terus terpantau. Termasuk sebagai antisipasi gerakan radikal yang berkembang untuk mencuci otak yang menyasar anak-anak.
Dalam kesempatan ini Kak Seto mengingatkan seluruh warga untuk tidak membedakan anak-anak yang menjadi korban kekeliruan pemikiran orang tua mereka.
Dikatakannya, anak-anak tersebut hanyalah korban dan tidak mengetahui apa yang dilakukan orang tua mereka. “Kita semua harus menyadari bahwa anak ini hanya korban. Dan kita harus menerima kembali mereka layaknya seperti anak yang lainnya,” pinta Kak Seto.
Arist Merdeka Sirait, Ketua Komnas Perlindungan Anak (PA) yang juga menjenguk Ais, menilai sudah saatnya pelajaran deradikalisasi diberikan kepada anak sejak usia dini. “Pemahaman deradikalisasi dapat dilakukan melalui pendekatan psikologis terhadap anak,” tandasnya.
BACA JUGA Polri: 5 Polisi yang Gugur di Mako Brimob Anggota Terbaik
BACA JUGA Bripka Denny Setiadi Korban Kerusuhan di Mako Brimob Dimakamkan
BACA JUGA Ini 14 Nama Korban Meninggal Bom Surabaya
Pasalnya bukan tidak mungkin anak-anak sudah dicecoki dengan berbagai pemahaman radikal oleh orang tuanya. Termasuk Ais. “Tadi saya datang bersama Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan. Saat saya tanya sudah makan belum? Ai menjawab. Namun saat Pak Kapolres menyapa ia hanya diam saja,” ujar Arist.
Lebih lanjut Arist mengatakan kondisi fisik Ais sudah tampak baik. Hanya psikologi anak tersebut masih tampak sedikit trauma atas kejadian yang dialaminya.
Membaiknya kondisi Ai juga diungkapkan Istri Kapolda Jawa Timur, Lita Machfud yang turut menjenguk bersama ibu Bhayangkari.”Secara fisik sudah baik, cuma tangannya yang bekas dioperasi kalau yang lain-lainnya sudah stabil,” cerita Lita.
Litapun merasa miris dan kasian melihat Ais yang tak didampingi keluarga Menurut Lita lagi, kemungkinan karena mereka tak berani karena takut kondisi otaknya yang masih terpengaruh paham-paham radikal didikan orang tua Ais.
Pasti akan butuh banyak waktu dan perjuangan untuk mengembalikan Ais seperti anak-anak normal lainnya.
Ais yang baru saja menjalani operasi di tangannya juga tidak mudah diajak berbicara kecuali dengan orang tertentu seperti suster yang menjaganya.
SYARAT PENGASUHAN
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Machfud Arifin memastikan akan melalukan pendampingan secara intensif terhadap anak-anak pelaku bom seperti Ais. “Kalau sudah sehat kita beri pemahaman, pendampingan terhadap anak-anak ini polwan, psikolog, terus ahli radikalisasi untuk memberi pemahaman yang benar supaya nggak terngiang-mgiang terus kejadian ini,” tandasnya.
Machfudpun menambahkan pihaknya akan meminta jaminan pada pihak keluarga yang berhak atas pengasuhan anak tersebut. “Karena semuanya orang tuanya sudah meninggal, mungkin neneknya, mungkin omnya, mungkin pakdenya harus betul-betul dijamin yang dia ‘waras’ dalam merawat anak-anak ini. Kalau nggak ada jaminan dan pemahaman yang ‘waras’ tidak akan saya berikan,” pungkasnya.
Seperti diketahui Ai merupakan anak dari Tri Murtiono dan Tri Ernawati terduga teroris pelaku pemboman di Mapolrestabes Surabaya pada Senin (14/5) pagi. Saat itu Ais bersama dua kakaknya Muhammad Daffa Amin Murdana dan Muhammad Daffa Amin Murdana diajak turut serta dalam aksi teror tersebut. Dalam aksi itu hanya Ais yang selamat.
Ais sendiri saat ini tengah dirawat di ruang rawat ini. Setelah sebelum menjalani perawatan intensif di ruang ICU RS Bhayangkara Surabaya.
Sumber : poskota
Tidak ada komentar