Header Ads

Penjara Menghantarnya jadi Pengacara

LINTAS PUBLIK, Kalau bukan dinginnya lantai penjara, mungkin tidak akan membawa pembina olahraga yang satu ini meraih sukses sebagai pengacara. Dia adalah RBJ Bangkit yang kini menjadi salah satu pengacara kondang dengan sederet gelar di belakang namanya.

Lalu apa hubungannya penjara dengan dengan profesi di bidang hukum yang kini disandangnya?.

Bangkit, demikian pria berusia 58 tahun itu dipanggil menceritakan, dulu semasa masih duduk di SMA 10 (Captoen) di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat, dikenal sebagai pria pemberani meski berbadan kecil. “Kalau soal adu nyali saya gak ada takutnya broer,” ujarnya membuka obrolan di ruang kerjanya di KONI DKI, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

RBJ Bangkit SH, MH, CLI
“Saya rajin olahraga gerak jalan maupun manjat gunung. Begitu juga dengan olahraga otomotif terutama balap di sirkuit Ancol,” lanjut.

SMA Captoen di kawasan Mangga Besar merupakan salah satu sekolah favorit. Sebagai siswa yang dikenal pintar, Bangkit remaja didapuk sebagai Ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). “Saya selalu juara umum sejak kelas satu hingga kelas tiga. Makanya saya diangkat sebagai ketua OSIS,” kenangnya.

Untuk menghidupkan organisasi yang dipimpinnya Bangkit bersama pengurus lainnya banyak meminta sumbangan dari pengusaha tempat hiburan malam yang banyak bertebaran di Mangga Besar. “Saya dulu sudah memikirkan bagaimana caranya membantu siswa yang tidak mampu. Tetapi mereka tetap mau sekolah. Ya caranya itu meminta sumbangan dari tempat hiburan malam,” jelas anak tentara ini.

Namun, katanya, tetap saja ada beberapa siswa yang sirik dengan keberhasilan yang dilakukannya. Salah satunya ada anak seorang perwira tinggi polisi yang sering mengolok-olok organisasinya. Selain itu anak tersebut memalak siswa lainnya.

Sebagai seorang ketua OSIS tentu saja Bangkit menegur ulah siswa yang sok jagoan itu. “Eh dia malah menantang saya untuk bertarung adu nyawa,” ujarnya.

PERTARUNGAN ALA GLADIATOR

Dikatakan, pertarungan ala gladiator itu dilangsungkan di lapangan basket dengan disaksikan siswa-siswa lainnya. “Saya hanya bermodal kayu saja. Sedangkan lawan saya pakai celurit. Tapi begitu dia mengayunkan celuritnya saya barengi memukulnya sehingga senjata tajam itu terpental. Saat itu juga dia saya pukul dan terjatuh,” kenangnya.

Ternyata perkelahian itu berbuntut panjang. Tak lama kemudian Bangkit dijemput oleh beberapa polisi dan dijebloskan di tahanan Polsek Sawah Besar. Maklum orang tua si siswa yang dibuat KO adalah perwira polisi.

“Seminggu di penjara itu saya berkenalan dengan seorang tukang becak yang ditahan gara-gara becaknya dipakai untuk mengangkut televisi curian. Disitulah saya terenyuh dan bercita-cita untuk menjadi pengacara membela kaum yang tertindas dan akhirnya kesampaian,” kenangnya.

Orang tuanya yang tentara akhirnya tahu kalau anaknya dipenjara dan mengirim anak buahnya untuk membebaskannya. “Orang tua saya tidak dikasih tahu kalau anaknya dipenjara. Mereka tahu dari sekolah setelah seminggu tidak ada kabar mengenai saya,” katanya.

Setelah tamat dari SMA bangkit melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Jayabaya lalu mengambil S2 hukum di UI dan dilanjut pendidikan Liquidator. Ia pun kini bergelar SH MH CLI.
Bangkit kini juga dipercaya sebagai salah satu hakim di BAORI (Badan Arbitrase Olahraga Indonesia).

Sumber   : poskota 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.