Inilah Pengakuan Korban Selamat Kapal Tenggelam di Danau Toba, Dihampiri Wanita di Tengah Danau
LINTAS PUBLIK, Inilah Pengakuan Korban Selamat Kapal Tenggelam di Danau Toba, Dihampiri Wanita di Tengah Danau
Misteri kehidupan dan kematian sepenuhnya diempunyai Sang Maha Kuasa, Tuhan.
Inilah yang diyakini sepenuhnya oleh para korban selamat dari tragedi kapal tenggelam di perairan Danau Toba.
Mengapungkan syukur tiada tara sebab masih beroleh kesempatan hidup dengan penuh perjuangan.
Tuhan, diyakini ada di balik keselamatan yang dialami.
Di sisi lain, nestapa menggelayut di kedalaman kalbu seraya berharap Tuhan masih menyelamatkan sanak saudara, teman, handai taulan yang turut serta diboyong Kapal Motor (KM) Sinar Bangun yang karam.
Seandainya pun meninggal dunia, kiranya jasad ditemukan.
Napak tilas kejadian, jarum jam menunjukkan pukul 15:00 WIB pada Senin (18/6/2018) tatkala KM Sinar Bangun bertolak dari pelabuhan Simanindo, Samosir menuju pelabuhan Tiga Ras, Simalungun.
Kapal memboyong penumpang dan sepeda motor yang melebihi muatan kapal (over capacity).
Kurang-lebih, 30 menit melaju dari pelabuhan Simanindo, KM Sinar Bangun oleng diterpa angin kencang dan ombak yang tinggi. Kapal oleng tiga sebelum karam.
Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik sekitar pukul 17.00 WIB di Kabupaten Samosir atau sekitar Danau Toba.
Kecepatan angin tersebut setara 12 knot dan berpotensi memicu ombak setinggi 75 centimeter (cm) hingga 1,25 meter (m). Cuaca ekstrem inilah yang menghantam KM Sinar Bangun yang kadung kelebihan muatan.
Lantas bagaimana kesaksian para korban kapal karam yang selamat. Tribun-medan.com merangkum dari berbagai sumber soal pengakuan penumpang yang luput dari tragedi nahas itu.
Satu dari sekian banyak penumpang kapal motor (KM) Sinar Bangun menceritakan suasana ketika kapal mulai tenggelam.
Akun Instagram @humassumut mengunggah video kesaksian dari Sandri Marianto Sianturi.
Pemuda ini berada di dalam kapal ketika kejadian.
Sarjana Ekonomi ini menceritakan, sebelum kapal tenggelam dirinya sudah memegang dua pelampung.
Hanya saja tak jadi dipakai karena ketiga kawan yang naik KM Sinar Bangun menertawakannya.
"Ada kawan berempat yang tiga sudah di luar, ada kereta yang parkir di belakang, aku di situ sudah takut juga, sudah kusiapkan pelampung dua, tapi kutanya sama petugasnya, dia bilang aman, jadi saya mau pakai pelampung ketawa kawan saya, tenang saja, jadi ga jadi kupakai," kata Sandri di video.
Sandri melanjutkan, selapas itu dia memutuskan untuk melihat kondisi penumpang lainnya di atas kapal.
Ia merasa aneh, karena penumpang yang berada di atas kapal sangat tenang.
"Naiklah aku ke atas, dan aku lihat kenapa tenang sekali, terus ku tanya teman, dia bilang sudah panik semua, tapi disuruh diam," katanya.
Sandri kemudian memutuskan untuk kembali ke bagian dalam kapal.
Ia berniat untuk mengambil dua pelampung yang tadi sudah dipersiapkan.
Sayang, sesampainya di dalam, kapal sudah mulai oleng.
"Kemudian turun lagi aku ke bawah untuk ambil pelampung, saat di bawah kapal sudah oleng ke kanan dan muatan motor di kapal terbalik dan semakin berat ke arah kanan, terbaliklah kapal," sambungnya.
Kondisi KM Sinar Bangun saat itu sudah sangat gelap, kata Sandri.
Dia dan penumpang lainnya terjebak di bagian dalam KM Sinar Bangun.
Sebelum air memenuhi bagian dalam KM Sinar Bangun, Sandri sempat mengambil napas di bagian yang belum terisi air.
"Sudah gelap semua di dalam itu terjebak, dua kali ambil napas, mau ambil napas lagi udah penuh semua dengan air, saya sempat tutup mata, sudah pasrah," kata Sandri.
Sandri kembali tersadar.
Ia berupaya untuk mencari jalan keluar.
Dari situ, Sandri baru mengetahui bahwa KM Sinar Bangun sudah terbalik.
"Tapi terbangun lagi, aku pegang besi dan meraba-raba untuk mendorong ke atas dan keluarlah, ternyata kapal sudah terbalik dan orang sudah banyak di atas kapal," ujarnya.
Sandri dan banyak penumpang lainnya mengambang di permukaan Danau Toba.
Tak selang beberapa menit sejak terbalik, KM Sinar Bangun mulai berangsur tenggelam.
Menurut Sandri, kondisinya saat itu semua penumpang panik.
Mereka berupaya untuk mencari barang-barang yang bisa digunakan untuk mengapung.
Akibat panik, sejumlah penumpang berupaya dengan menarik penumpang lain.
"Tidak selang lima menit kapal itu tenggelam dan saya pun berenang, pada waktu itu semua sudah tarik-tarikan," jelasnya.
Sandri tak luput dari tarik-tarikan antar penumpang di permukaan Danau Toba.
Lantas ia mencoba untuk menjauh dengan berenang ke arah lain.
Sampai akhirnya, Sandri menemukan helm.
"Kemudian ada helm, jadi aku ambil untuk pelampung aku dan narik napas ke atas, kalau hanya berenang nggak sanggup," katanya.
Tak berselang lama, Sandri bertemu dengan sepasang penumpang yang menggunakan pelampung.
Sandri bergabung dengan mereka dibantu pelampung dan helm.
Ketika tengah mengapung, ada seorang perempuan yang menghampiri Sandri dan dua penumpang tersebut.
Menurut Sandri, wanita ini panik hingga tak memegang pelampung melainkan tangan Sandri.
"Rupanya datang cewek satu lagi, panik dia, kalau aku panik juga bisa tenggelam lah kita berempat," ujarnya.
Sandri berkata bahwa bantuan yang datang untuk menolong penumpang KM Sinar Bangun cukup lama.
Hampir satu jam kapal-kapal lain baru datang.
"Hampir satu jam, datang ferry dan melempar pelampung jadi aku berenang langsung ke pelampung itu," tutup Sandri.
Bangkai Kapal Ditemukan di Kedalaman 450 meter lebih
Pada hari Minggu (24/6/2018) sekitar pukul 11.12 WIB tim survei Basarnas dan Mahakarya Geo Survey - Ikatan Alumni ITB (IAITB) yg dipimpin langsung oleh Kepala Basarnas serta disaksikan oleh Menteri Sosial Bapak Idrus Marham, telah menemukan dan mengidentifikasi posisi kapal Sinar Bangun.
LIHAT JUGA Sebelum KM. SINAR BANGUN Terbalik di Danau Toba, Ternyata Ini yang Terjadi
Sumber : tribun
Misteri kehidupan dan kematian sepenuhnya diempunyai Sang Maha Kuasa, Tuhan.
Inilah yang diyakini sepenuhnya oleh para korban selamat dari tragedi kapal tenggelam di perairan Danau Toba.
Mengapungkan syukur tiada tara sebab masih beroleh kesempatan hidup dengan penuh perjuangan.
Tuhan, diyakini ada di balik keselamatan yang dialami.
Korban selamat kapal tenggelam di Danau Toba, Sandri Sianturi. |
Seandainya pun meninggal dunia, kiranya jasad ditemukan.
Napak tilas kejadian, jarum jam menunjukkan pukul 15:00 WIB pada Senin (18/6/2018) tatkala KM Sinar Bangun bertolak dari pelabuhan Simanindo, Samosir menuju pelabuhan Tiga Ras, Simalungun.
Kapal memboyong penumpang dan sepeda motor yang melebihi muatan kapal (over capacity).
Kurang-lebih, 30 menit melaju dari pelabuhan Simanindo, KM Sinar Bangun oleng diterpa angin kencang dan ombak yang tinggi. Kapal oleng tiga sebelum karam.
Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik sekitar pukul 17.00 WIB di Kabupaten Samosir atau sekitar Danau Toba.
Kecepatan angin tersebut setara 12 knot dan berpotensi memicu ombak setinggi 75 centimeter (cm) hingga 1,25 meter (m). Cuaca ekstrem inilah yang menghantam KM Sinar Bangun yang kadung kelebihan muatan.
Lantas bagaimana kesaksian para korban kapal karam yang selamat. Tribun-medan.com merangkum dari berbagai sumber soal pengakuan penumpang yang luput dari tragedi nahas itu.
Satu dari sekian banyak penumpang kapal motor (KM) Sinar Bangun menceritakan suasana ketika kapal mulai tenggelam.
Akun Instagram @humassumut mengunggah video kesaksian dari Sandri Marianto Sianturi.
Pemuda ini berada di dalam kapal ketika kejadian.
Sarjana Ekonomi ini menceritakan, sebelum kapal tenggelam dirinya sudah memegang dua pelampung.
Hanya saja tak jadi dipakai karena ketiga kawan yang naik KM Sinar Bangun menertawakannya.
"Ada kawan berempat yang tiga sudah di luar, ada kereta yang parkir di belakang, aku di situ sudah takut juga, sudah kusiapkan pelampung dua, tapi kutanya sama petugasnya, dia bilang aman, jadi saya mau pakai pelampung ketawa kawan saya, tenang saja, jadi ga jadi kupakai," kata Sandri di video.
Sandri melanjutkan, selapas itu dia memutuskan untuk melihat kondisi penumpang lainnya di atas kapal.
Ia merasa aneh, karena penumpang yang berada di atas kapal sangat tenang.
"Naiklah aku ke atas, dan aku lihat kenapa tenang sekali, terus ku tanya teman, dia bilang sudah panik semua, tapi disuruh diam," katanya.
Sandri kemudian memutuskan untuk kembali ke bagian dalam kapal.
Ia berniat untuk mengambil dua pelampung yang tadi sudah dipersiapkan.
Sayang, sesampainya di dalam, kapal sudah mulai oleng.
"Kemudian turun lagi aku ke bawah untuk ambil pelampung, saat di bawah kapal sudah oleng ke kanan dan muatan motor di kapal terbalik dan semakin berat ke arah kanan, terbaliklah kapal," sambungnya.
Kondisi KM Sinar Bangun saat itu sudah sangat gelap, kata Sandri.
Dia dan penumpang lainnya terjebak di bagian dalam KM Sinar Bangun.
Sebelum air memenuhi bagian dalam KM Sinar Bangun, Sandri sempat mengambil napas di bagian yang belum terisi air.
"Sudah gelap semua di dalam itu terjebak, dua kali ambil napas, mau ambil napas lagi udah penuh semua dengan air, saya sempat tutup mata, sudah pasrah," kata Sandri.
Sandri kembali tersadar.
Ia berupaya untuk mencari jalan keluar.
Dari situ, Sandri baru mengetahui bahwa KM Sinar Bangun sudah terbalik.
"Tapi terbangun lagi, aku pegang besi dan meraba-raba untuk mendorong ke atas dan keluarlah, ternyata kapal sudah terbalik dan orang sudah banyak di atas kapal," ujarnya.
Sandri dan banyak penumpang lainnya mengambang di permukaan Danau Toba.
Tak selang beberapa menit sejak terbalik, KM Sinar Bangun mulai berangsur tenggelam.
Menurut Sandri, kondisinya saat itu semua penumpang panik.
Mereka berupaya untuk mencari barang-barang yang bisa digunakan untuk mengapung.
Akibat panik, sejumlah penumpang berupaya dengan menarik penumpang lain.
"Tidak selang lima menit kapal itu tenggelam dan saya pun berenang, pada waktu itu semua sudah tarik-tarikan," jelasnya.
Sandri tak luput dari tarik-tarikan antar penumpang di permukaan Danau Toba.
Lantas ia mencoba untuk menjauh dengan berenang ke arah lain.
Sampai akhirnya, Sandri menemukan helm.
"Kemudian ada helm, jadi aku ambil untuk pelampung aku dan narik napas ke atas, kalau hanya berenang nggak sanggup," katanya.
Tak berselang lama, Sandri bertemu dengan sepasang penumpang yang menggunakan pelampung.
Sandri bergabung dengan mereka dibantu pelampung dan helm.
Ketika tengah mengapung, ada seorang perempuan yang menghampiri Sandri dan dua penumpang tersebut.
Menurut Sandri, wanita ini panik hingga tak memegang pelampung melainkan tangan Sandri.
"Rupanya datang cewek satu lagi, panik dia, kalau aku panik juga bisa tenggelam lah kita berempat," ujarnya.
Sandri berkata bahwa bantuan yang datang untuk menolong penumpang KM Sinar Bangun cukup lama.
Hampir satu jam kapal-kapal lain baru datang.
"Hampir satu jam, datang ferry dan melempar pelampung jadi aku berenang langsung ke pelampung itu," tutup Sandri.
Bangkai Kapal Ditemukan di Kedalaman 450 meter lebih
Pada hari Minggu (24/6/2018) sekitar pukul 11.12 WIB tim survei Basarnas dan Mahakarya Geo Survey - Ikatan Alumni ITB (IAITB) yg dipimpin langsung oleh Kepala Basarnas serta disaksikan oleh Menteri Sosial Bapak Idrus Marham, telah menemukan dan mengidentifikasi posisi kapal Sinar Bangun.
LIHAT JUGA Sebelum KM. SINAR BANGUN Terbalik di Danau Toba, Ternyata Ini yang Terjadi
Sumber : tribun
Tidak ada komentar