Header Ads

Pohon Plastik di Jalan Protokol Kok Cuma Sebentar Nongol?

LINTAS PUBLIK, Sebelumnya pohon plastik juga sudah lama ada di Jakarta. Tapi karena kemudian dipasang di Jalan Thamrin dan Merdeka Barat, ramailah di jagad medsos. Untung saja pejabat DKI tak bermuka plastik. Begitu viral dan ditanggapi sinis, hanya nongol beberapa jam langsung dicabut kembali. Kata Gubernur, tak ada koordinasi.

Revolusi plastik di Indonesia terjadi kira-kira sejak tahun 1965-an. Alat pembungkus atau pelindung yang biasanya dari daun maupun kertas, mulai digantikan oleh plastik. Di samping lebih awet, juga kedap air.


Jaman itu sandal plastik yang bermerk Lily dan Nilex, sangat populer bagi kalangan remaja. Mereka menyebutnya sebagai sandal anti patah, sebab ditekuk-tekukpun takkan patah. Makin ke sini ember plastik dan klasa (tikar) plastik juga sudah menjadi kebutuhan setiap rumahtangga.

Ketika bungkus membungkus dan tenteng menenteng juga menggunakan kantong plastik, pecinta lingkungan hidup mulai teriak-teriak. Teluk Jakarta di utara Jakarta misalnya, sudah menjadi lautan sampah plastik.

Menurut penelitian asing, sampah plastik di lautan Pasifik luasnya 1,4 wilayah Indonesia. Penyumbang terbesar adalah China dengan volume 262,9 juta ton. Indonesia penyumbang kedua sebanyak 187,2 juta ton. Sampah-sampah plastik lainnya dikirim dari negara Asia Tenggara semisal Filipina, Vietnam dan dan Srilangka.

Tahun 2016 Kementerian Lingkungan Hidup pernah melarang toko-toko ritel menyediakan plastik bagi belanjawan dan belanjawati. Di Jakarta kemudian diberlakukan hal yang sama. Tapi itu hanya seumur jagung.

Di satu sisi plastik dalam bentuk sampah memang membahayakan lingkungan. Tapi sebagai kreativitas manusia, ketika plastik itu dibentuk menjadi pohon-pohon imitasi, menjadi karya seni yang menarik. Tapi celakanya, begitu latahnya Pemprov DKI, jalan-jalan protokol sepanjang Thamrin dan Merdeka Barat “ditanami” pula pohon-pohon plastik.

Bukannya menambah sejuk suasana, tapi malah ngribeti karena mengganggu pejalan kaki. Maka begitu dikritik warganet di medsos, buru-buru dibongkar. Gubernur Anies pun sempat kesal, karena pemasangan itu tanpa koordinasi. Untung saja pejabat DKI tak bermuka plastik, sehingga begitu dikecam di medsos langsung dicabuti.

Sumber  : poskota 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.